Jumat, 10 Mei 2013

TOKO ROTI MIRANDA





Miranda dan ibunya tinggal disebuah desa yang tenang dan sejuk. Penduduk desa hidup rukun dan damai. Setiap hari Miranda membantu ibunya bekerja ditoko roti milik ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal. Toko roti milik ibunya satu-satunya toko roti yang ada didesa itu. Banyak penduduk desa yang suka membeli roti ditoko roti itu.
Pagi itu Miranda yang cantik dan cekatan  sudah sibuk seperti biasanya membantu ibunya membuat roti dan kue didapur. Mianda membawa  roti dengan beragam rasa  yang sudah matang kedalam toko. Toko roti itu semula ada ruangan depan rumah namun ibu menatanya menjadi toko roti dengan penataan yang menarik sehingga pembeli merasa nyaman berbelanja kesana.
Walaupun hari masih pagi  namun hampir setiap hari sudah banyak pelanggan roti yang berdatangan sehingga Miranda dan ibunya selalu sibuk sejak masih pagi buta menyiapkan beragam roti. Benar saja, ketika Miranda baru  membuka pintu toko, seorang gadis masuk kedalam toko.
“Miranda, aku beli lima buah roti cokelat, dua buah roti nanas dan dua  buah roti strawberry.”  Sinta salah seorang tetangganya dan juga langganan toko masuk kedalam toko.
“Baiklah, tunggu sebentar, ya.” Sahut Miranda yang masih sibuk menata roti yang baru diambilnya dari dapur. Dia lalu mengambil kantong kertas dan memasukan roti-roti  pesanan Sinta.
Siang semakin menjelang. Udara terasa panas. Miranda menghela napas lega. Rotinya sudah banyak yang terjual.
“Miranda, kamu jaga toko, ya. Ibu akan pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan roti.” Kata ibunya. “Kita memerlukan tepung dan bahan-bahan lainnya yang sudah hampir habis.”
“Ya, bu.” Sahut Miranda. Mumpung tidak sedang ada pembeli, dia bergegas membersihkan lantai. Buat Miranda, kebersihan toko merupakan salah satu daya tarik sehingga banyak pembeli yang senang datang ketokonya.
Tiba-tiba Miranda menghentikan pekerjaannya. Dia melihat seorang pemuda yang menunggang kuda berhenti didepan tokonya dan menambatkan kudanya pada sebuah pohon didepan toko. Miranda tidak mengenali pemuda itu. Pasti dia bukan penduduk desa sini, pikir Miranda. Pemuda itu masuk kedalam toko.
“Perutku terasa lapar. tolong sediakan minuman dan roti untukku.” Kata  pemuda itu.
“Baik, tuan.” Sahut Miranda. “Tuan mau memesan roti dan minuman apa? Ditoko kami banyak tersedia roti dengan beragam isi, ada roti nanas, roti keju, roti cokelat…..”
“Aku minta roti cokelat dan roti nanas.”
“Baik, tuan. Lalu minumannya? Disini ada kopi, susu, cokelat….”
“Kopi saja.” sahut pemuda itu.
Bergegas Miranda menyediakan pesanan pemuda itu. Pemuda itu duduk pada salah satu kursi. Didalam toko disediakan meja bundar dengan kursi untuk pembeli yang ingin menikmati roti dan minuman disana. Tak lama kemudian Miranda sudah kembali dengan pesanan pemuda itu. Pemuda itu segera menikmati pesanannya.
“Hm, enak sekali roti ini. Aku sudah sering makan roti cokelat, namun roti ini terasa berbeda.” Kata pemuda itu. Lalu dia meminum kopi. “Hm, kopi ini juga enak sekali.”
Miranda tersenyum senang mendengar pujian pemuda itu. Dia memperhatikan baju pemuda itu yang kelihatan kotor berdebu.
“Tuan, rupanya tuan sudah menempuh perjalanan jauh. Bolehkah saya tahu, tuan pulang  darimana?” Tanya Miranda.
“Aku baru pulang berburu dan aku terpisah dengan pengawalku……” Mendadak pemuda itu berhenti bicara. “Oh, maksudku, aku terpisah dari teman-temanku. Aku tersesat. Aku berusaha keluar dari hutan dan ternyata aku masuk kedesa ini. Aku melihat ada toko roti, jadi aku segera kemari.”
“Oh, rupanya tuan sedang kelaparan sehingga makanan dan minuman apapun yang tuan makan terasa nikmat sekali.” Kata Miranda.
“Yah, kau benar. Aku memang sedang kelaparan. Dan aku sangat lelah sekali. Aku sejak kemarin tidak makan apa-apa karena semua bekal dibawa oleh temanku.” Kata pemuda itu. “Boleh aku minta dua buah roti lagi? Dan tolong cangkir kopi ini diisi lagi.”
“Baik, tuan.” Ucap Miranda sambil bergegas menyeduh lagi kopi dan mengambil dua buah roti. Lalu dihidangkan pada pemuda itu.
Mendadak pada saat itu ada dua penunggang kuda lain yang berhenti didepan toko. Dua orang lelaki masuk kedalam toko.
“Oh, rupanya tuanku berada disini.” Kata salah seorang lelaki itu. Lalu dengan hormat berdiri tidak jauh dari tempat duduk pemuda itu. “Kami berusaha mencari tuanku didalam hutan, namun kami tidak berhasil menemukan tuanku.”
“Yah, aku tersesat didalam hutan. Aku berusaha memanah seekor rusa namun rusa itu larinya sangat cepat sekali sehingga tidak berhasil kupanah.” Sahut pemuda itu. “Ayo duduk bersamaku. Silahkan kalian menikmati roti dan minuman disini. Semuanya enak sekali.”
“Terima kasih. Kami pesan roti dan kopi yang sama seperti pesanan pangeran Andri.” Kata lelaki yang seorang lagi sambil duduk dikursi yang lain dimeja yang sama dengan pemuda itu.
“Pangeran Andri?” Miranda menatap pemuda itu dengan terkejut. “Oh. Rupanya tuan seorang pangeran? Oh, maafkan hamba bila hamba lancang, tidak melayani tuanku dengan semestinya.” Kata Miranda ketakutan.
Pemuda itu tertawa lebar. “Tidak apa-apa. Kau sudah melayani aku dengan baik. Sekarang tolong ambilkan pesanan yang sama untuk kedua temanku ini.”
“Baik, tuan.”
Bergegas Miranda mengambil roti dan menyeduh kopi untuk kedua tamunya yang lain. Lalu dia segera menghidangkannya dihadapan kedua lelaki itu.
“Hm, benar. Enak sekali kopi buatan nona ini. Dan roti ini juga enak sekali.” Kata salah seorang lelaki itu.
“Terima kasih, tuan.” Sahut Miranda senang.
“Siapakah namamu?” Tanya lelaki itu.
“Miranda, tuan.” Sahut Miranda.
Tiba-tiba ibunya datang. Bergegas Miranda memberitahu ibunya bahwa tamu mereka adalah pangeran. Ibu Miranda terkejut dan segera menemui tamunya.
“Maafkan bila keadaan ditoko kami ini serba sederhana dan hidangannya sekedarnya saja, tuan.” kata ibu Miranda.
“Oh, roti buatan toko ini enak sekali dan kopinya sangat menyegarkan tubuhku.” Sahut pangeran. “Mulai sekarang bila aku pulang berburu, aku akan mampir ke toko ini dan menikmati roti dan kopi ditoko ini yang enak sekali.”
“Terima kasih, tuan,” sahut ibu Miranda.
Ketika akan pulang, pangeran menyuruh kedua pengawalnya untuk memborong roti yang ada disana untuk dibawa pulang ke istana. Bukan main senangnya perasaan Miranda dan ibunya. Hari itu roti mereka terjual habis. Pangeran membayar semua roti itu.
Sejak saat itu setiap kali pangeran Andri pulang berburu dihutan, pangeran Andri selalu mengajak pengawalnya mampir ditoko roti itu. Miranda sudah tahu roti kesukaan pangeran Andri yaitu roti cokelat dan minumannya kopi. Namun rupanya lama kelamaan pangeran Andri tidak hanya menikmati roti dan kopi ditoko roti  itu sepulang berburu. Ternyata  pangeran Andri  jatuh cinta pada Miranda yang cantik dan anggun. Suatu saat pangeran Andri mempersunting Miranda. Miranda dibawa ke istana dan mereka berdua  hidup bahagia.

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar