Miranda dan ibunya tinggal disebuah
desa yang tenang dan sejuk. Penduduk desa hidup rukun dan damai. Setiap hari
Miranda membantu ibunya bekerja ditoko roti milik ibunya. Ayahnya sudah lama
meninggal. Toko roti milik ibunya satu-satunya toko roti yang ada didesa itu.
Banyak penduduk desa yang suka membeli roti ditoko roti itu.
Pagi itu Miranda yang cantik dan
cekatan sudah sibuk seperti biasanya
membantu ibunya membuat roti dan kue didapur. Mianda membawa roti dengan beragam rasa yang sudah matang kedalam toko. Toko roti itu
semula ada ruangan depan rumah namun ibu menatanya menjadi toko roti dengan
penataan yang menarik sehingga pembeli merasa nyaman berbelanja kesana.
Walaupun hari masih pagi namun hampir setiap hari sudah banyak pelanggan
roti yang berdatangan sehingga Miranda dan ibunya selalu sibuk sejak masih pagi
buta menyiapkan beragam roti. Benar saja, ketika Miranda baru membuka pintu toko, seorang gadis masuk
kedalam toko.
“Miranda, aku beli lima buah roti cokelat,
dua buah roti nanas dan dua buah roti
strawberry.” Sinta salah seorang
tetangganya dan juga langganan toko masuk kedalam toko.
“Baiklah, tunggu sebentar, ya.” Sahut Miranda
yang masih sibuk menata roti yang baru diambilnya dari dapur. Dia lalu
mengambil kantong kertas dan memasukan roti-roti pesanan Sinta.
Siang semakin menjelang. Udara terasa
panas. Miranda menghela napas lega. Rotinya sudah banyak yang terjual.
“Miranda, kamu jaga toko, ya. Ibu akan
pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan roti.” Kata ibunya. “Kita memerlukan
tepung dan bahan-bahan lainnya yang sudah hampir habis.”
“Ya, bu.” Sahut Miranda. Mumpung tidak
sedang ada pembeli, dia bergegas membersihkan lantai. Buat Miranda, kebersihan
toko merupakan salah satu daya tarik sehingga banyak pembeli yang senang datang
ketokonya.
Tiba-tiba Miranda menghentikan
pekerjaannya. Dia melihat seorang pemuda yang menunggang kuda berhenti didepan
tokonya dan menambatkan kudanya pada sebuah pohon didepan toko. Miranda tidak
mengenali pemuda itu. Pasti dia bukan penduduk desa sini, pikir Miranda. Pemuda
itu masuk kedalam toko.
“Perutku terasa lapar. tolong sediakan
minuman dan roti untukku.” Kata pemuda
itu.
“Baik, tuan.” Sahut Miranda. “Tuan mau
memesan roti dan minuman apa? Ditoko kami banyak tersedia roti dengan beragam
isi, ada roti nanas, roti keju, roti cokelat…..”
“Aku minta roti cokelat dan roti
nanas.”
“Baik, tuan. Lalu minumannya? Disini
ada kopi, susu, cokelat….”
“Kopi saja.” sahut pemuda itu.
Bergegas Miranda menyediakan pesanan
pemuda itu. Pemuda itu duduk pada salah satu kursi. Didalam toko disediakan
meja bundar dengan kursi untuk pembeli yang ingin menikmati roti dan minuman
disana. Tak lama kemudian Miranda sudah kembali dengan pesanan pemuda itu. Pemuda
itu segera menikmati pesanannya.
“Hm, enak sekali roti ini. Aku sudah
sering makan roti cokelat, namun roti ini terasa berbeda.” Kata pemuda itu.
Lalu dia meminum kopi. “Hm, kopi ini juga enak sekali.”
Miranda tersenyum senang mendengar
pujian pemuda itu. Dia memperhatikan baju pemuda itu yang kelihatan kotor
berdebu.
“Tuan, rupanya tuan sudah menempuh
perjalanan jauh. Bolehkah saya tahu, tuan pulang darimana?” Tanya Miranda.
“Aku baru pulang berburu dan aku
terpisah dengan pengawalku……” Mendadak pemuda itu berhenti bicara. “Oh,
maksudku, aku terpisah dari teman-temanku. Aku tersesat. Aku berusaha keluar
dari hutan dan ternyata aku masuk kedesa ini. Aku melihat ada toko roti, jadi
aku segera kemari.”
“Oh, rupanya tuan sedang kelaparan
sehingga makanan dan minuman apapun yang tuan makan terasa nikmat sekali.” Kata
Miranda.
“Yah, kau benar. Aku memang sedang
kelaparan. Dan aku sangat lelah sekali. Aku sejak kemarin tidak makan apa-apa
karena semua bekal dibawa oleh temanku.” Kata pemuda itu. “Boleh aku minta dua
buah roti lagi? Dan tolong cangkir kopi ini diisi lagi.”
“Baik, tuan.” Ucap Miranda sambil
bergegas menyeduh lagi kopi dan mengambil dua buah roti. Lalu dihidangkan pada
pemuda itu.
Mendadak pada saat itu ada dua
penunggang kuda lain yang berhenti didepan toko. Dua orang lelaki masuk kedalam
toko.
“Oh, rupanya tuanku berada disini.”
Kata salah seorang lelaki itu. Lalu dengan hormat berdiri tidak jauh dari
tempat duduk pemuda itu. “Kami berusaha mencari tuanku didalam hutan, namun
kami tidak berhasil menemukan tuanku.”
“Yah, aku tersesat didalam hutan. Aku
berusaha memanah seekor rusa namun rusa itu larinya sangat cepat sekali
sehingga tidak berhasil kupanah.” Sahut pemuda itu. “Ayo duduk bersamaku.
Silahkan kalian menikmati roti dan minuman disini. Semuanya enak sekali.”
“Terima kasih. Kami pesan roti dan
kopi yang sama seperti pesanan pangeran Andri.” Kata lelaki yang seorang lagi
sambil duduk dikursi yang lain dimeja yang sama dengan pemuda itu.
“Pangeran Andri?” Miranda menatap
pemuda itu dengan terkejut. “Oh. Rupanya tuan seorang pangeran? Oh, maafkan
hamba bila hamba lancang, tidak melayani tuanku dengan semestinya.” Kata
Miranda ketakutan.
Pemuda itu tertawa lebar. “Tidak
apa-apa. Kau sudah melayani aku dengan baik. Sekarang tolong ambilkan pesanan
yang sama untuk kedua temanku ini.”
“Baik, tuan.”
Bergegas Miranda mengambil roti dan
menyeduh kopi untuk kedua tamunya yang lain. Lalu dia segera menghidangkannya
dihadapan kedua lelaki itu.
“Hm, benar. Enak sekali kopi buatan
nona ini. Dan roti ini juga enak sekali.” Kata salah seorang lelaki itu.
“Terima kasih, tuan.” Sahut Miranda
senang.
“Siapakah namamu?” Tanya lelaki itu.
“Miranda, tuan.” Sahut Miranda.
Tiba-tiba ibunya datang. Bergegas
Miranda memberitahu ibunya bahwa tamu mereka adalah pangeran. Ibu Miranda
terkejut dan segera menemui tamunya.
“Maafkan bila keadaan ditoko kami ini
serba sederhana dan hidangannya sekedarnya saja, tuan.” kata ibu Miranda.
“Oh, roti buatan toko ini enak sekali
dan kopinya sangat menyegarkan tubuhku.” Sahut pangeran. “Mulai sekarang bila
aku pulang berburu, aku akan mampir ke toko ini dan menikmati roti dan kopi
ditoko ini yang enak sekali.”
“Terima kasih, tuan,” sahut ibu
Miranda.
Ketika akan pulang, pangeran menyuruh
kedua pengawalnya untuk memborong roti yang ada disana untuk dibawa pulang ke
istana. Bukan main senangnya perasaan Miranda dan ibunya. Hari itu roti mereka
terjual habis. Pangeran membayar semua roti itu.
Sejak saat itu setiap kali pangeran Andri
pulang berburu dihutan, pangeran Andri selalu mengajak pengawalnya mampir
ditoko roti itu. Miranda sudah tahu roti kesukaan pangeran Andri yaitu roti
cokelat dan minumannya kopi. Namun rupanya lama kelamaan pangeran Andri tidak
hanya menikmati roti dan kopi ditoko roti itu sepulang berburu. Ternyata pangeran Andri jatuh cinta pada Miranda yang cantik dan
anggun. Suatu saat pangeran Andri mempersunting Miranda. Miranda dibawa ke
istana dan mereka berdua hidup bahagia.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar