Melati dan Mawar
dua bersaudara. Melati kakaknya, dan Mawar adiknya. Mereka tinggal
bersama ibu mereka yang sudah lama menjanda. Rumah mereka berada di tepi hutan.
Meskipun kehidupan mereka sederhana, namun Melati dan Mawar selalu riang gembira. Setiap hari Melati dan
Mawar pergi kepadang rumput untuk menggembalakan domba-domba mereka yang
merupakan warisan dari ayah mereka yang telah lama meninggal dunia. Sore hari,
barulah mereka pulang menggiring kembali domba-domba mereka pulang ke kandang.
Pada suatu hari, ketika Melati dan Mawar sedang
menggembala domba mereka, tiba-tiba, munculah seekor beruang. Melati dan Mawar
menjerit ketakutan. Begitu pula dengan domba-domba mereka. Domba-domba itu
berlarian kesana kemari dengan penuh ketakutan.
“Tolooong! Tolooooong!!” teriak Melati dan Mawar. Mereka
berusaha memanjat sebatang pohon yang besar. Mereka tidak tahu bahwa beruang
itu pintar memanjat juga. Ketika Melati dan Mawar sudah sampai didahan yang
tinggi, ternyata beruang itu sudah ikut memanjat pohon itu. Melati dan Mawar
kembali menjerit ketakutan.
“Jangan takut, gadis manis. Aku tidak akan
mengganggumu.” Kata beruang itu. Melati dan Mawar keheranan. Beruang itu bisa
bicara seperti manusia.
“Pergilah, jangan ganggu kami!” mohon Melati.
“Aku tidak akan menganggumu. Aku ingin berteman dengan
kalian berdua.” Kata beruang itu.
“Berteman? Kenapa kau ingin berteman dengan kami? Kenapa
kau tidak mencari beruang lain sebagai temanmu?” tanya Mawar.
“Dihutan ini hanya aku sendiri. Tidak ada beruang lain.
Aku memerlukan teman. Sekarang sudah musim dingin. Aku sangat menderita sekali
karena aku tidak punya tempat tinggal dan teman.” Kata beruang itu lagi.
Melati dan Mawar bertukar pandang beberapa saat.
Ketakutan meraka telah sirna. Mereka sekarang malah merasa kasihan kepada
beruang itu.
“Baiklah,” kata Melati akhirnya. “Kau bisa ikut dengan
kami kerumah kami. Tapi rumah kami sangat sederhana dan kami tidak bisa
memberimu makan yang berlebihan.”
“Tidak apa-apa.” Ujar beruang itu dengan gembira. “Yang
penting aku punya teman dan tempat menginap.”
Kedua gadis itu lalu turun dari pohon dan mencari
domba-domba mereka. Setelah itu Melati dan Mawar pulang kerumah mengiringi
domba-domba mereka diikuti oleh beruang yang berjalan dibelakang mereka.
Saat itu musim dingin telah tiba. Cuaca sangat dingin
sekali. Dirumah mereka meskipun sederhana namun suasananya menyenangkan. Api
selalu menyala diatas tungku dan ibu selalu berusaha menyediakan makanan yang
cukup untuk mereka. Mulanya ibu kaget melihat kedua anak gadisnya membawa
seekor beruang. Namun setelah Melati dan Mawar menjelaskan, barulah ibunya
mengerti dan menerima beruang tinggal beberapa waktu dirumah mereka.
Ternyata beruang itu benar-benar menyenangkan. Melati
dan Mawar menyapu bulu-bulu beruang itu
dengan sapu lidi. Beruang itu berguling-guling karena geli. Malam itu mereka
berkumpul diruang tengah. Diluar angin berhembus kencang. Udara sangat dingin
sekali. Tapi didalam rumah udara terasa hangat karena Melati dan Mawar selalu
menjaga agar api didalam tungku tetap menyala. Kedua gadis itu bermain-main
dengan beruang hingga waktu tidur tiba.
Esoknya beruang itu ikut dengan Melati dan Mawar
menggembala domba ke hutan. Dan sore hari, ketika pulang, beruang itu ikut
pulang dengan membawa beraneka macam buah-buahan yang dicarinya didalam hutan.
Ibu merasa heran melihat begitu banyaknya buah-buahan yang didapat beruang itu.
“Aneh.” Kata ibu. “Sudah sekian lama Melati dan Mawar
pergi kehutan, namun belum pernah menemukan aneka macam buah-buahan seperti
yang kau bawa.”
Beruang itu tertawa. “Ibu tidak usah merasa heran, saya
bisa mendapatkan beraneka macam buah-buahan ini karena saya tahu dimana
tempatnya buah-buahan ini berada.”
Keberadaan beruang di rumah Melati dan Mawar benar-benar
membawa keberuntungan. Hampir setiap hari sepulang dari menggembalakan domba,
beruang selalu pergi dan kembali lagi dengan aneka macam makanan dan
buah-buahan. Akhirnya Melati, Mawar dan ibunya terbiasa dengan kebiasaan
beruang dan tidak pernah bertanya-tanya lagi.
Hampir dua minggu
beruang itu berada dirumah Melati dan Mawar, musim dingin telah berlalu,
beruang itu akhirnya pamitan akan pergi.
Oh, alangkah sedihnya Melati dan Mawar. Mereka sudah menyayangi beruang
itu. Kini mereka akan merasa sangat kehilangan sekali. Beruang itu telah
memberikan kehangatan dan kegembiraan dirumah mereka.
“Kita pasti akan bertemu lagi. Aku nanti pasti akan
kembali lagi kemari.” Kata beruang itu.
Akhirnya Melati, Mawar dan ibunya melepaskan kepergian
beruang itu dengan sedih hati.
Sebulan telah berlalu ketika suatu sore, sepulang dari
menggembalakan domba, Melati dan Mawar kedatangan lima orang yang berpakaian
gagah dan berkuda datang berkunjung ke gubuk mereka. Melati dan Mawar merasa
terkejut melihat kedatangan tamu yang
tidak mereka kenal.
“Kau pasti sudah lupa kepadaku, Melati, Mawar.” Kata
salah seorang penunggang kuda yang paling gagah dan tampan. “Aku adalah beruang
yang pernah kau tolong dulu. Sebenarnya aku adalah seorang pangeran. Aku kena
kutukan. Aku dikutuk selama setahun oleh seorang nenek sihir yang jahat. Aku
bisa pulih kembali bila telah setahun berada dihutan dan bertemu dengan
gadis yang baik hati yang mau memelihara
aku. Ketika aku bertemu dengan kalian, aku sudah hampir setahun menjalani
kutukan dan akhirnya kutukan itu berakhir setelah aku diperlakukan dengan baik
oleh kalian dan ibu kalian.”
Oh, alangkah gembiranya Melati dan Mawar serta ibunya
mendengar cerita sang pangeran.
“Lalu makanan dan buah-buahan yang sering tuanku bawa
dulu berasal dari mana?” tanya Melati.
“Meskipun aku dikutuk jadi beruang dan tinggal didalam
hutan, tapi orangtuaku masih bisa
mengirimi aku makanan ke hutan. Setiap hari pelayanku membawakan aku makanan
dan buah-buahan kedalam hutan.” Sahut sang pangeran.
Pangeran itu benar-benar baik, santun dan sangat
menghargai orang. Melati, Mawar dan ibunya diajak keistana. Tidak lama kemudian
sang pangeran mempersunting Melati sebagai istrinya. Sementara Mawar
dipersunting adik sang pangeran. Mereka hidup bahagia dan damai.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar