Jumat, 10 Mei 2013

KEMANA PUTERI SHARITA?





“Kemana puteri Sharita?” tanya raja pada salah seorang pelayannya. Pelayan yang bernama Shima itu hanya termangu, tidak bisa menjawab pertanyaan sang raja, ayahanda puteri Sharita. Tidak ada seorangpun yang tahu kemana perginya puteri Sharita. Semua orang sedang sibuk akan menyambut datangnya malam tahun baru. Tak ada seorangpun yang memperhatikan kemana perginya puteri Sharita.
“Cepat cari dia sampai ketemu! Nanti malam dia harus berdandan secantik mungkin. Aku sudah mengundang pangeran Indy agar merayakan malam tahun baru bersama kita.” Peritah raja pada Shima.
“Baik, tuanku.”
Shima tahu, raja ingin menjodohkan puteri Sharita dengan pangeran Indy. Barangkali karena sudah tahu akan dipaksa untuk bertemu dengan pangeran Indy yang membuat puteri Sharita diam-diam pergi meninggalkan istana. Shima tahu, puteri Sharita masih belum memikirkan pernikahan. Puteri Sharita masih ingin hidup bebas. Namun Shima mematuhi perintah raja. Dia mengambil kudanya dan segera pergi akan mencari puteri Sharita. Dia tidak berani pulang ke istana tanpa membawa puteri Sharita.
Hujan turun dengan derasnya. Shima mengenakan mantelnya dan memacu kudanya cepat-cepat. Dia belum tahu akan mencari Sharita kemana. Namun lebih baik dia cepat-cepat meninggalkan istana daripada dia kena marah raja lagi.
Setelah pergi cukup jauh, tiba-tiba Shima menghentikan laju kudanya disebuah desa yang tengah terjadi bencana longsor. Dia seakan melihat puteri Sharita. Ya, benar. Ternyata gadis itu adalah Sharita. Dia sedang membantu seorang anak kecil yang terluka tertimpa tanah longsor. Anak perempuan kecil itu menangis dan Sharita sibuk membujuk dan menghiburnya.
“Tuan puteri!”
Sharita menoleh. “Shima! Kebetulan kamu kemari. Cepat bantu aku menyelamatkan penduduk dari bencana longsor ini.” Teriak Sharita.
Shima bergegas turun dari kudanya dan membantu Sharita dengan penduduk lainnya membantu yang tengah tertimpa musibah. Hujan yang turun deras terus menerus rupanya telah membuat tanah perbukitan itu longsor dan menimpa rumah-rumah penduduk dibawahnya.
Ketika Sharita dan Shima masih sibuk bekerja, tiba-tiba datang seorang pemuda yang tengah berkuda melintasi tempat itu. Pemuda itu mendadak menghentikan laju kudanya dan memperhatikan Sharita dengan seksama. Lalu pemuda itu bergegas turun dari kudanya dan membantu Sharita yang tengah menggendong anak kecil lainnya yang  menangis kesakitan karena kakinya patah tertimpa balok kayu.
“Tuan puteri, mari saya bantu.” Kata pemuda itu, mengambil anak kecil itu dari tangan Sharita dan membawanya ketempat penampungan sementara, sebuah tenda  darurat tidak jauh dari tempat itu.
Walaupun tidak mengenal pemuda itu, namun Sharita menyerahkan anak kecil itu pada pemuda itu. lalu Sharita bergabung dengan perempuan-perempuan lain membantu penduduk yang tengah terluka.
“Shima, kamu pulang dulu ke istana dan kembali kemari dengan membawa bahan makanan untuk penduduk yang tengah tertimpa musibah ini.” Kata Sharita pada Shima. “Sampaikan pada ayah mengenai bencana longsor yang terjadi disini. Dan sampaikan juga pada ayah bahwa aku berada disini.”
“Baik, tuan puteri.” Sahut Shima. Dia melihat pada pemuda itu dan berbisik pada Sharita. “Tuan puteri, nampaknya pemuda asing itu serius ingin membantu tuan puteri disini.”
“Ya. Aku tidak mengenalnya tapi sepertinya dia tahu kepada aku.” Sahut Sharita.
Shima segera pulang ke istana, sementara Sharita tetap sibuk membantu menyelamatkan penduduk, terutama anak-anak kecil yang tak henti menangis karena kesakitan dan kelaparan. Malam mulai larut ketika Shima kembali dengan rombongan. Diantara rombongan itu ada raja yang bergegas turun dari kudanya menemui Sharita.
“Sharita! Ayah mencarimu kemana-mana namun ternyata engkau berada disini.” Tegur raja dengan wajah marah.
“Maafkan aku, ayah. Aku memang pergi diam-diam dari istana. Aku tidak ingin merayakan malam tahun baru dengan berpesta diistana seperti tahun-tahun lalu, setiap pergantian tahun selalu dirayakan dengan pesta dan kembang api. Diam-diam pagi tadi aku pergi dari istana. Namun tidak aku duga, ditengah jalan aku mendapatkan pemandangan yang sangat menyedihkan ini. Hujan yang turun tidak henti-hentinya sejak kemarin telah menyebabkan longsor didesan ini. Mereka adalah rakyat kita. Aku bahagia bisa ikut membantu disaat mereka tengah mendapatkan musibah.” Ujar Sharita.
“Tuan puteri, hamba membawa banyak bahan makanan seperti yang dipesan oleh tuan puteri, kemanakah semua bahan makanan ini harus disimpan?” tanya Shima.
“Terima kasih, Shima. Semua bahan makanan itu kau angkut ke dapur umum. Disana banyak perempuan yang tengah bekerja dan mereka sudah kehabisan bahan makanan untuk penduduk yang kelaparan dan tengah tertimpa musibah ini.”
“Baik, tuan puteri.”
Raja hanya tertegun menatap puterinya. Dan raja kembali tertegun ketika melihat pemuda asing yang ada disana, yang tengah ikut membantu penduduk yang terkena musibah.
“Indy! Kau juga ada disini?” seru raja pada pemuda itu.
Pemuda itu tersenyum dan menghampiri raja. “Benar, tuanku. Dalam perjalanan menuju istana tuanku, perjalanan hamba tertahan ketika melihat puteri Sharita yang tengah sibuk membantu penduduk yang tengah tertimpa bencana ini sehingga  perasaan hamba pun tergerak untuk ikut membantu mereka yang sedang membutuhkan bantuan.” Kata pemuda itu yang ternyata adalah pangeran Indy.
Sharita tertegun menatap pemuda itu. Jadi pemuda itu adalah pangeran Indy yang direncanakan ayahnya akan dijodohkan dengannya? Tiba-tiba Sharita merasa malu, karena dia sudah bicara pada ayahnya bahwa dia menolak dijodohkan dengan pangeran Indy. Namun sejak pertemuan mereka tadi, dia sudah terkesan dengan apa yang dilakukan oleh pangeran Indy terhadap penduduk yang terkena bencana. Tidak ada rasa canggung. Dan sikapnya begitu tulus dalam membantu semua penduduk yang tengah menderita. Dan baru sekarang Sharita menyadari, betapa menawannya wajah pangeran Indy, walaupun pakaian yang dikenakannya sangat kotor penuh lumpur tanah longsor.
“Aku bangga pada kalian berdua, Sharita dan Indy. Kalian memiliki perasaan dan jiwa yang tulus dan peka terhadap penderitaan orang lain. Aku malu karena seharusnya aku sebagai raja yang harus lebih peka dengan keadaan yang  menimpa rakyatku.” Ujar raja. “Bila kalian telah menyelesaikan urusan kalian disini, segera pulanglah ke istana.”
“Ya, ayah.” Kata Sharita, bersamaan dengan anggukan kepala Indy.
Rakyat yang terkena musibah mendapatkan bantuan yang layak. Raja memerintahkan para menteri untuk menanggulangi bencana itu dan memberikan bantuan pada rakyat yang rumahnya rusak terkena bencana longsor itu. Tiga hari lamanya Sharita dan Indy berada dilokasi longsor itu. Setelah keadaan mulai pulih kembali, Sharita bersama Indy pulang bersama-sama ke istana. Keduanya sudah mulai akrab dan saling menyukai. Raja merasa senang karena usahanya ingin menjodohkan Sharita dengan pangeran Indy berhasil. Keduanya merupakan pasangan yang serasi. Beberapa bulan kemudian, puteri Sharita melangsungkan pernikahannya dengan pangeran Indy. Raja percaya, suatu saat nanti bila dia menyerahkan takhta kepada Sharita yang menjadi pewarisnya, Sharita akan bisa melaksanakan tugasnya sebagai ratu dengan sebaik-baiknya, didampingi suaminya, pangeran Indy.

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar