“Kemana puteri Sharita?”
tanya raja pada salah seorang pelayannya. Pelayan yang bernama Shima itu hanya
termangu, tidak bisa menjawab pertanyaan sang raja, ayahanda puteri Sharita.
Tidak ada seorangpun yang tahu kemana perginya puteri Sharita. Semua orang
sedang sibuk akan menyambut datangnya malam tahun baru. Tak ada seorangpun yang
memperhatikan kemana perginya puteri Sharita.
“Cepat cari dia sampai
ketemu! Nanti malam dia harus berdandan secantik mungkin. Aku sudah mengundang
pangeran Indy agar merayakan malam tahun baru bersama kita.” Peritah raja pada
Shima.
“Baik, tuanku.”
Shima tahu, raja ingin
menjodohkan puteri Sharita dengan pangeran Indy. Barangkali karena sudah tahu
akan dipaksa untuk bertemu dengan pangeran Indy yang membuat puteri Sharita
diam-diam pergi meninggalkan istana. Shima tahu, puteri Sharita masih belum
memikirkan pernikahan. Puteri Sharita masih ingin hidup bebas. Namun Shima
mematuhi perintah raja. Dia mengambil kudanya dan segera pergi akan mencari
puteri Sharita. Dia tidak berani pulang ke istana tanpa membawa puteri Sharita.
Hujan turun dengan
derasnya. Shima mengenakan mantelnya dan memacu kudanya cepat-cepat. Dia belum
tahu akan mencari Sharita kemana. Namun lebih baik dia cepat-cepat meninggalkan
istana daripada dia kena marah raja lagi.
Setelah pergi cukup jauh,
tiba-tiba Shima menghentikan laju kudanya disebuah desa yang tengah terjadi
bencana longsor. Dia seakan melihat puteri Sharita. Ya, benar. Ternyata gadis
itu adalah Sharita. Dia sedang membantu seorang anak kecil yang terluka
tertimpa tanah longsor. Anak perempuan kecil itu menangis dan Sharita sibuk
membujuk dan menghiburnya.
“Tuan puteri!”
Sharita menoleh. “Shima!
Kebetulan kamu kemari. Cepat bantu aku menyelamatkan penduduk dari bencana longsor
ini.” Teriak Sharita.
Shima bergegas turun dari
kudanya dan membantu Sharita dengan penduduk lainnya membantu yang tengah
tertimpa musibah. Hujan yang turun deras terus menerus rupanya telah membuat
tanah perbukitan itu longsor dan menimpa rumah-rumah penduduk dibawahnya.
Ketika Sharita dan Shima
masih sibuk bekerja, tiba-tiba datang seorang pemuda yang tengah berkuda
melintasi tempat itu. Pemuda itu mendadak menghentikan laju kudanya dan
memperhatikan Sharita dengan seksama. Lalu pemuda itu bergegas turun dari
kudanya dan membantu Sharita yang tengah menggendong anak kecil lainnya
yang menangis kesakitan karena kakinya
patah tertimpa balok kayu.
“Tuan puteri, mari saya
bantu.” Kata pemuda itu, mengambil anak kecil itu dari tangan Sharita dan
membawanya ketempat penampungan sementara, sebuah tenda darurat tidak jauh dari tempat itu.
Walaupun tidak mengenal
pemuda itu, namun Sharita menyerahkan anak kecil itu pada pemuda itu. lalu
Sharita bergabung dengan perempuan-perempuan lain membantu penduduk yang tengah
terluka.
“Shima, kamu pulang dulu
ke istana dan kembali kemari dengan membawa bahan makanan untuk penduduk yang
tengah tertimpa musibah ini.” Kata Sharita pada Shima. “Sampaikan pada ayah
mengenai bencana longsor yang terjadi disini. Dan sampaikan juga pada ayah
bahwa aku berada disini.”
“Baik, tuan puteri.” Sahut
Shima. Dia melihat pada pemuda itu dan berbisik pada Sharita. “Tuan puteri,
nampaknya pemuda asing itu serius ingin membantu tuan puteri disini.”
“Ya. Aku tidak mengenalnya
tapi sepertinya dia tahu kepada aku.” Sahut Sharita.
Shima segera pulang ke
istana, sementara Sharita tetap sibuk membantu menyelamatkan penduduk, terutama
anak-anak kecil yang tak henti menangis karena kesakitan dan kelaparan. Malam
mulai larut ketika Shima kembali dengan rombongan. Diantara rombongan itu ada
raja yang bergegas turun dari kudanya menemui Sharita.
“Sharita! Ayah mencarimu
kemana-mana namun ternyata engkau berada disini.” Tegur raja dengan wajah
marah.
“Maafkan aku, ayah. Aku
memang pergi diam-diam dari istana. Aku tidak ingin merayakan malam tahun baru
dengan berpesta diistana seperti tahun-tahun lalu, setiap pergantian tahun
selalu dirayakan dengan pesta dan kembang api. Diam-diam pagi tadi aku pergi
dari istana. Namun tidak aku duga, ditengah jalan aku mendapatkan pemandangan
yang sangat menyedihkan ini. Hujan yang turun tidak henti-hentinya sejak
kemarin telah menyebabkan longsor didesan ini. Mereka adalah rakyat kita. Aku
bahagia bisa ikut membantu disaat mereka tengah mendapatkan musibah.” Ujar
Sharita.
“Tuan puteri, hamba
membawa banyak bahan makanan seperti yang dipesan oleh tuan puteri, kemanakah
semua bahan makanan ini harus disimpan?” tanya Shima.
“Terima kasih, Shima.
Semua bahan makanan itu kau angkut ke dapur umum. Disana banyak perempuan yang
tengah bekerja dan mereka sudah kehabisan bahan makanan untuk penduduk yang
kelaparan dan tengah tertimpa musibah ini.”
“Baik, tuan puteri.”
Raja hanya tertegun
menatap puterinya. Dan raja kembali tertegun ketika melihat pemuda asing yang
ada disana, yang tengah ikut membantu penduduk yang terkena musibah.
“Indy! Kau juga ada
disini?” seru raja pada pemuda itu.
Pemuda itu tersenyum dan
menghampiri raja. “Benar, tuanku. Dalam perjalanan menuju istana tuanku,
perjalanan hamba tertahan ketika melihat puteri Sharita yang tengah sibuk
membantu penduduk yang tengah tertimpa bencana ini sehingga perasaan hamba pun tergerak untuk ikut
membantu mereka yang sedang membutuhkan bantuan.” Kata pemuda itu yang ternyata
adalah pangeran Indy.
Sharita tertegun menatap
pemuda itu. Jadi pemuda itu adalah pangeran Indy yang direncanakan ayahnya akan
dijodohkan dengannya? Tiba-tiba Sharita merasa malu, karena dia sudah bicara
pada ayahnya bahwa dia menolak dijodohkan dengan pangeran Indy. Namun sejak
pertemuan mereka tadi, dia sudah terkesan dengan apa yang dilakukan oleh
pangeran Indy terhadap penduduk yang terkena bencana. Tidak ada rasa canggung.
Dan sikapnya begitu tulus dalam membantu semua penduduk yang tengah menderita. Dan
baru sekarang Sharita menyadari, betapa menawannya wajah pangeran Indy,
walaupun pakaian yang dikenakannya sangat kotor penuh lumpur tanah longsor.
“Aku bangga pada kalian
berdua, Sharita dan Indy. Kalian memiliki perasaan dan jiwa yang tulus dan peka
terhadap penderitaan orang lain. Aku malu karena seharusnya aku sebagai raja
yang harus lebih peka dengan keadaan yang
menimpa rakyatku.” Ujar raja. “Bila kalian telah menyelesaikan urusan
kalian disini, segera pulanglah ke istana.”
“Ya, ayah.” Kata Sharita,
bersamaan dengan anggukan kepala Indy.
Rakyat yang terkena
musibah mendapatkan bantuan yang layak. Raja memerintahkan para menteri untuk
menanggulangi bencana itu dan memberikan bantuan pada rakyat yang rumahnya
rusak terkena bencana longsor itu. Tiga hari lamanya Sharita dan Indy berada
dilokasi longsor itu. Setelah keadaan mulai pulih kembali, Sharita bersama Indy
pulang bersama-sama ke istana. Keduanya sudah mulai akrab dan saling menyukai.
Raja merasa senang karena usahanya ingin menjodohkan Sharita dengan pangeran
Indy berhasil. Keduanya merupakan pasangan yang serasi. Beberapa bulan
kemudian, puteri Sharita melangsungkan pernikahannya dengan pangeran Indy. Raja
percaya, suatu saat nanti bila dia menyerahkan takhta kepada Sharita yang
menjadi pewarisnya, Sharita akan bisa melaksanakan tugasnya sebagai ratu dengan
sebaik-baiknya, didampingi suaminya, pangeran Indy.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar