Jumat, 10 Mei 2013

Marina dan Angsa





Marina tinggal bersama ibunya di tepi hutan. Setiap hari dia pergi kehutan mencari kayu bakar untuk dijualnya. Dengan uang hasil penjualan kayu bakar itu dia memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Marina dan ibunya  hidup sangat sederhana sekali, namun meskipun begitu Marina selalu merasa bahagia. Dia tidak pernah mengeluh dengan keadaan mereka yang prihatin. Dia tetap rajin bekerja setiap hari mencari kayu di hutan.
Setiap sore, ketika akan pulang kerumahnya, Marina selalu bermain-main dulu ditepi danau yang ada dihutan tempat dia mencari kayu bakar. Danau itu sangat indah sekali. Banyak angsa-angsa hutan yang berenang disana. Marina senang memperhatikan angsa-angsa itu, melihat mereka berenang kesana kemari atau mengepak-ngepakan sayapnya yang basah. Pemandangan itu selalu menimbulkan kebahagiaan tersendiri bagi Marina. Angsa-angsa hutan itu pun sangat senang kepada Marina. Bila Marina datang, mereka selalu menyambut kedatangan Marina sambil mengepak-ngepakan sayapnya.
Pada suatu hari Marina mendengar kabar bahwa sang pangeran akan mengadakan pesta. Pangeran mengundang seluruh gadis yang ada dinegerinya untuk datang ke istana. Oh, rupanya sang pangeran akan mencari seorang istri.
Marina ingin sekali pergi ke pesta itu. Namun dia terpaksan harus mengurungkan niatnya. Dia tidak memiliki sehelai pun gaun pesta. Pakaian sehari-harinya yang biasa dikenakannya ke hutan mencari kayu bakar hanyalah pakaian sederhana yang sudah rusak karena sering terkoyak oleh duri tanaman dihutan. Satu-satunya pakaian yang dimilikinya hanyalah sehelai gaun sederhana berwarna putih. Hanya gaun itu yang dimilikinya.
Sore itu sepulang mencari kayu bakar, seperti biasanya Marina pergi ke danau dan menemui angsa-angsa sahabat-sahabatnya yang baik. Namun kedatangan Marina kali ini berbeda dari biasanya. Wajahnya murung tidak seperti biasanya.
“Kenapa, Marina?” tanya salah seekor angsa.
Marina menceritakan kabar yang diterimanya. “Aku ingin sekali pergi ke pesta itu, tapi aku tidak memiliki gaun yang indah. Yang kupunya hanyalah sehelai gaun yang sangat sederhana sekali. Namun gaun itu pun tidak pantas kukenakan untuk datang menghadiri pesta undangan sang pangeran.” Kata Marina.
Angsa-angsa yang mendengarkan cerita Marina mengepak-ngepakan sayapnya sehingga bulu-bulu mereka yang putih beterbangan ke udara. Mereka merasa sedih mendengar cerita Marina. Mereka ingin Marina bisa datang menghadiri pesta itu namun mereka tidak bisa membantu Marina menyediakan sehelai gaun pesta yang pantas.
“Jangan bersedih, Marina.” Kata salah seekor angsa. “Aku punya akal. Katamu kau punya sehelai gaun yang sederhana. Ah, mengapa engkau tidak menghiasnya dengan bulu-bulu kami?”
Marina menatap  angsa itu. Mendadak wajahnya berubah menjadi cerah. “Ya, gaun itu pasti akan sangat indah sekali bila dihias dengan bulu-bulu angsa. Tapi pasti untuk menghiasi sebuah gaun, diperlukan banyak sekali bulu angsa.” Kata Marina.
“Kau tak perlu khawatir. Bulu-bulu angsa dari kami semua pasti akan cukup untuk menghias sepuluh gaun sekalipun.” Kata angsa lain membesarkan hati.
Kemudian angsa-angsa itu mulai mengepak-ngepakan sayap mereka. Dalam sekejap  bulu-bulu angsa beterbangan. Marina memunguti bulu-bulu angsa itu dan membawanya pulang kerumahnya. Malam harinya dia mulai menempelkan bulu-bulu angsa itu dengan hati-hati pada daunnya. Marina menjahit helai-helai bulu angsa itu dengan rapih dan teliti. Dia benar-benar sangat tekun melakukan pekerjaannya.
Esok harinya, sepulang mencari kayu bakar, Marina kembali kedanau menemui angsa-angsa sahabatnya. Seperti kemarin, angsa-angsa itu mengepak-ngepakan sayapnya dan Marina memunguti kembali bulu-bulu angsa itu lalu bergegas pulang kerumahnya.
Tak terasa beberapa hari kemudian gaun yang dihiasi bulu angsa itu sudah selesai. Marina melihat hasil pekerjaannya. Oh, dia merasa bahagia sekali. Gaunnya telah berubah menjadi gaun yang indah sekali. Sehelai gaun yang dihiasi dengan bulu-bulu angsa yang putih berkilauan.
Hari itu Marina mandi dengan perasaan gembira. Dia juga mencuci rambutnya yang panjang sehingga kelihatan indah berkilauan. Marina bergegas mengenakan gaunnya dan akan ikut pergi ke istana bersama dengan teman-teman gadisnya yang lain. Dia menghiasi rambutnya yang panjang dengan bunga-bunga melati yang putih dan harum. Namun alangkah kecewanya perasaan Marina. Mereka semuanya telah berangkat ke istana. Mereka tidak tahu kalau Marina akan ikut pergi ke pesta istana.
Marina merasa kecewa sekali. Harapannya untuk bisa ikut pesta di istana kandas sudah. Dia tidak mungkin menyusul teman-temannya ke istana karena jaraknya sangat jauh dari desa tempat tinggalnya. Dia pergi ke danau di tepi hutan dan menangis dengan sedih disana.
“Ada apa, Marina? Bukankah kau sudah memiliki sehelai gaun yang indah?” sapa salah seorang angsa.
“Aku tidak bisa pergi ke istana. Semua teman-temanku sudah berangkat. Aku tidak mungkin menyusul karena istana letaknya jauh sekali dari sini.”
Oh, angsa-angsa itu memperhatikan Marina dengan bingung dan sedih. Mereka semua dapat merasakan kekecewaan yang dirasakan Marina.
“Jangan bersedih, Marina. Aku bisa membantumu pergi kesana.” Kata salah seekor burung besar yang biasa bertengger diatas dahan pohon ditepi danau. Burung itu suka memperhatikan Marina dan melihat persahabatan Marina dengan angsa-angsa penghuni danau. “Naiklah kepunggungku. Aku akan membawamu terbang ke istana.”
“Oh, benarkah engkau mau menolongku, burung yang baik?” Marina menghentikan tangisannya dan menatap burung itu dengan penuh harapan.
Burung itu mengangguk. “Cepatlah naik kepunggungku. Kita berangkat sekarang.”
Bergegas Marina naik keatas punggung burung itu. Siiuutt! Mendadak Marina merasakan tubuhnya terangkat. Sekejap saja dia sudah berada diudara. Marina memandang kebawahnya. Oh, pemandangan dibawah sana indah sekali. Marina sampai terpekik kegirangan melihat keindahan pemandangan yang dilihatnya.
Burung itu terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Marina memeluk leher burung itu erat-erat. Sekejap saja menara istana sudah kelihatan. Burung itu langsung menukik dan masuk kedalam istana. Pesta yang tengah berlangsung dengan meriah mendadak berhenti ketika tiba-tiba seekor burung masuk keruangan. Semua mata menatap pada Marina yang masih duduk diatas punggung burung itu.
Olala, bukan main malunya perasaan Marina ketika semua mata memandangnya. Mendadak Marina sadar, burung itu berhenti didekat seorang pangeran yang tengah menatap Marina.
“Maafkan, saya.” Kata Marina dengan gugup.
“Kau dan burungmu datang dengan tidak sopan. Tapi aku memaklumi karena burung tidak punya rem untuk menghentikan kecepatan terbangnya yang tinggi.” Kata pangeran itu. Lalu dia tersenyum menatap gaun yang dikenakan Marina. “Gaunmu indah sekali. Bulu apa yang menempel digaunmu itu? Indah sekali, putih berkilauan.”
Marina tersenyum malu. “Bulu yang menempel digaun hamba ini adalah bulu-bulu angsa, tuanku.”
“Kau cantik sekali mengenakan gaun dengan bulu angsa itu. Siapa namamu?” ujar sang pangeran lagi.
“Marina, tuanku.”
“Marina, maukah kau berdansa denganku?’
“Oh, tentu saja, tuanku. Dengan senang hati.” Sahut Marina gembira.
Musik segera mengalun merdu. Marina dan pangeran berdansa dengan indah. Semua yang hadir melihat gaun Marina kelihatan menawan sekali, berbeda dengan gaun-gaun yang dikenakan gadis-gadis lain.
Pesta itu benar-benar merupakan pesta yang istimewa bagi Marina. Tidak lama setelah pertemuan mereka di pesta itu, sang pangeran datang menjemput Marina dan ibunya. Sang pangeran rupanya telah jatuh cinta pada Marina dan ingin mempersuntingnya. Tidak lama kemudian pesta perkawinan Marina dan sang pangeran diselenggarakan dengan meriah. Marina tidak melupakan sahabat-sahabatnya, angsa-angsa di hutan dan burung yang telah membawanya ke istana. Marina selalu mengundang mereka datang ke istana dan bergembira ria bersamanya di taman istana yang indah dan luas.

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar