Jumat, 01 Agustus 2014

Raja Depp dan Bucek








Sudah hampir tiga tahun lamanya negeri dalam keadaan susah. Musim kemarau membuat hasil pertanian rusak. Tak ada panen padi ataupun palawija. Rakyat berulang kali meminta bantuan pada Raja Depp agar membuat saluran air, namun Raja Depp tidak pernah menggubris keluhan rakyat. Raja muda itu sangat gemar berburu ke hutan. Musim kemarau membuat Raja Depp hampir setiap hari pergi berburu ke hutan dan pulang ke istana dengan membawa rusa hasil buruannya, lalu rusa itu dijadikan daging panggang dan dinikmati oleh Raja Depp beserta para pengawalnya. Tak sedikitpun Raja ingat pada rakyatnya yang sudah mulai dilanda kelaparan dimana-mana karena sudah tidak ada lagi yang bisa dimakan.  
Rakyat yang kelaparan sudah sangat marah sekali kepada raja mereka yang sering melakukan perbuatan sewenang-wenang. Makanan-makanan busuk yang dibagikan Raja Depp berserakan dijalanan, berbaur dengan sampah. Seluruh rakyat sudah bersiap akan melakukan pemberontakan agar Raja Depp mau peduli pada rakyatnya yang tengah dilanda kelaparan sementara di istana makanan berlimpah dan dijadikan untuk berpoya-poya oleh Raja Depp.
Namun Raja Depp menganggap apa yang dilakukan rakyat sungguh sangat tidak berterima kasih. Suatu hari Raja Depp memperhatikan dari balik jendela kamarnya dilantai atas pada halaman istana yang dipenuhi rakyat yang tengah berteriak-teriak memanggil Raja Depp agar keluar menemui rakyatnya. Diantara pemberontak itu ada seorang anak muda seusianya yang gagah dan tampan. Anak muda itu kelihatannya yang menjadi pemimpin dari pemberontak itu.
“Siapakah anak muda itu?” Tanya Raja Depp pada salah seorang pengawal yang mendampinginya.
“Yang mana, Tuan?” Tanya pengawalnya sambil ikut melihat keluar jendela.
“Anak muda yang mengenakan topi hitam itu, yang berdiri paling depan.” Sahut Raja Depp.
“Oh, dia adalah anak seorang petani. Namanya Bucek.”
“Panggil anak muda itu dan suruh menghadapku. Hanya anak muda itu saja. Aku terkesan dengan keberaniannya.”
Pengawal itu segera keluar istana dan menemui anak muda itu. Raja Depp memperhatikan dari balik jendela kamarnya. Kelihatan anak muda itu mengikuti pengawal itu masuk ke istana.
Anak muda itu duduk dihadapan Raja Depp dengan sikap penuh keberanian.
“Siapa namamu?” Tanya Raja Depp.
“Bucek.”
“Aku suka dengan keberanianmu. Kau kelihatannya gagah berani. Maukah engkau menjadi salah seorang pengawalku?” Tanya Raja Depp.
“Tidak, Yang Mulia. Bukan pekerjaan yang hamba cari. Hamba mewakili teman-teman semua yang merupakan rakyat Tuanku Yang Mulia agar Tuanku bersedia membantu kami semua yang sedang dilanda kesusahan. Sudah bertahun-tahun kami para petani tidak pernah panen karena musim kemarau yang sangat panjang. Yang kami butuhkan adalah bantuan dari Tuanku Yang Mulia berupa pipa-pipa untuk menyalurkan air dari sungai sehingga sawah kami bisa diairi lagi dan bisa diolah kembali.” Sahut Bucek dengan suara lantang.
“Bicaramu panjang sekali dan lantang, padahal kau sedang bicara dengan Raja.” Tegur Raja Depp sambil tersenyum.
“Maafkan hamba, Tuanku. Kesempatan bertemu dengan Tuanku sudah lama sekali hamba tunggu, dan baru sekarang hamba bisa bertemu dengan Tuanku.” Sahut Bucek.
“Sebetulnya kalian semua tidak perlu protes ke istana apalagi merencanakan pemberontakan hanya karena musim kemarau yang terlalu panjang. Kalian bisa menanam tanaman lain sebagai pengganti padi dan gandum. Bukankah banyak tanaman lain yang bisa ditanam yang tidak memerlukan banyak air?”
“Misalnya apa, Tuanku?”
“Bukankah bertanam kentang dan umbi-umbian tidak memerlukan banyak air? Jadi walaupun musim kemarau kalian masih bisa panen kentang dan umbi-umbian untuk kalian makan?” sahut Raja Depp.
“Tuanku, bertanam apapun kami para petani tetap membutuhkan air untuk menggemburkan tanah sebelum ditanami. Mohon maaf yang sebesar-besarnya, sudikah Tuanku sejenak saja meninjau sawah ladang kami dan melihat sendiri bagaimana tanah sudah sangat kering kerontang. Bahkan sawah-sawah tanahnya sudah terbelah-belah akibat kekeringan yang sangat parah tahun ini.”
“Anak muda, aku mengerti. Baiklah, akan aku pikirkan hal itu. Hanya saja aku tidak suka bila kau memimpin rakyat untuk memberontak kepadaku. Aku bisa menghukummu dengan hukuman yang sangat berat.” Kata Raja Depp.
“Tuanku, tidak akan pernah terjadi rakyat memberontak pada Raja apabila rakyat sudah hidup makmur dan tercukupi seluruh kebutuhan hidupnya.” Sahut Bucek. “Perut yang lapar lah yang membuat rakyat marah, tuanku.”
“Baiklah, sekarang aku akan melihat sendiri sudah separah apakah kerusakan yang melanda sawah dan ladang kalian sehingga kalian ingin melakukan pemberontakan kepadaku. Kau temani aku bersama dengan para pengawalku.” Kata Raja Depp sambil bangkit.
Raja Depp berserta Bucek dan para pengawalnya naik kuda. Rakyat yang tengah berkumpul diluar halaman istana memberi jalan ketika iring-iringan Raja Depp lewat. Raja Depp merasa terkejut ketika dibawa oleh Bucek  ke pesawahan dan ladang-ladang. Tanah-tanah sudah sangat kering sekali. Bahkan beberapa penduduk yang dilihat Raja Depp tubuhnya sudah banyak yang kurus kering. Anak-anak banyak yang menderita busung lapar karena kekurangan makanan bergizi. Raja Depp merasa terkejut melihat apa yang dilihatnya. Dia baru sadar bahwa ternyata keadaan negerinya sudah sangat menderita sekali sementara di istana dirinya hidup senang dan berpoya-poya. Raja Depp menahan airmatanya. Dia teringat pada pesan almarhum ayahnya sebelum menyerahkan takhta kepadanya bahwa dia harus memperhatikan rakyatnya dengan sebaik-baiknya. Namun kini dia telah melakukan kesalahan yang sangat besar sekali dengan menelantarkan rakyatnya. Hatinya dipenuhi dengan penyesalan.
“Jadi yang kalian butuhkan adalah pipa-pipa untuk menyalurkan air dari sungai?” Raja Depp menoleh pada Bucek.
“Ya, Tuanku. Air sungai sudah mulai mengering juga. Itu salah satu pilihan menarik air sungai untuk mengairi sawah dan ladang. Pilihan lainnya adalah membuat beberapa buah sumur dibeberapa tempat, lalu dibuat sebuah bak yang besar sekali sebagai bak induk pada beberapa tempat dimana dibuat sumur itu. Melalui beberapa buah bak induk  itu dialirkan air pada beberapa tempat sehingga bisa mengairi sawah dan sebagian lagi pada beberapa bak induk lainnya dialirkan air pada jamban-jamban umum untuk kebutuhan penduduk sehari-hari.” Kata Bucek.
“Baiklah. Aku akan memenuhi permintaan rakyatku.” Raja Depp mengangguk setuju.
“Terima kasih, Tuanku.” Ucap Bucek dengan gembira.
Tidak lama kemudian rakyat berkerja bergotong royong menggali tanah pada beberapa tempat dan membuat sumur. Dibawah tanah yang kering itu ternyata tersimpan air yang jernih dan bening. Begitu sebuah sumur selesai digali, air yang jernih dan bersih memancar keluar. Rakyat bersorak sorai gembira. Sebagian rakyat lainnya  pada beberapa tempat membuat beberapa buah bak induk sebagai tempat penampungan air. Sementara itu air sungai pun ditarik untuk mengairi beberapa sawah yang paling dekat dengan sungai. Semuanya bekerja dengan giat dan penuh harapan. Bucek  memimpin semua pekerjaan itu. Dia sangga bahagia ketika melihat semua teman-temannya bekerja dengan penuh semangat. Bantuan-bantuan peralatan dan bahan-bahan dari Raja Depp mengalir dengan penuh sehingga pekerjaan bisa diselesaikan dengan cepat.
Ketika beberapa bulan kemudian pekerjaan telah selesai, para petani kembali turun ke sawah dan mulai menggarap kembali sawah ladang mereka. Air mengalir dimana-dimana. Bukan hanya sawah ladang yang terpenuhi kebutuhan akan air, bahkan seluruh penduduk pun terpenuhi kebutuhan akan air bersih. Mereka tidak perlu lagi pergi rame-rame ke sungai untuk mencuci pakaian dan mandi karena dibeberapa tempat sudah tersedia jamban-jamban yang mengalirkan air yang bersih dan jernih. Rakyat gembira dan Raja Depp pun merasa puas dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik.
Raja Depp terkesan dengan keberanian dan kesungguhan Bucek  dalam menjalankan tugasnya. Akhirnya Raja Depp menjadikan  Bucek sebagai sahabatnya.  Apabila Raja Depp ingin turun ke desa-desa meninjau rakyatnya, Bucek  selalu menemaninya.