Mirza adalah puteri salah
seorang pegawai istana. Dia sudah lama tinggal di istana dan membantu pekerjaan
ibunya menyiapkan makanan dan beraneka macam kue setiap hari untuk keluarga
kerajaan. Karena keahliannya membuat kue, dia sering diminta oleh putera puteri
raja untuk membuatkan beraneka macam kue-kue lezat yang disukai putera-puteri
raja. Kue-kue buatan Mirza selalu disukai oleh putera-puteri raja karena Mirza
sangat kreatif sekali dalam membuat kue. Kue apapun yang dibuatnya selalu memiliki
rasa yang khas yang tidak dimiliki oleh
pembuat kue lainnya sehingga Mirza menjadi pembuat kue kesayangan keluarga
raja.
Mirza sungguh sangat
beruntung bisa menjadi pembuat kue untuk keluarga kerajaan. Tidak setiap juru
masak dan orang yang memiliki keahlian membuat kue bisa menjadi juru masak
diistana. Apalagi juru masak bagi keluarga kerajaan.
Namun ternyata Mirza tidak
memanfaatkan keberuntungannya itu. Karena merasa dirinya sangat disayang oleh
keluarga kerajaan, akhirnya Mirza malah sering bermalas-malasan. Bila dia
diminta untuk membuatkan kue karena diistana akan diadakan suatu acara, Mirza
sering menyuruh orang lain yang membuatnya. Tentu saja kue buatan Mirza sangat
berbeda rasanya dengan kue buatan orang lain.
Karisa berbeda dengan Mirza.
Dia juga pandai memasak dan membuat kue. Namun Karisa hanyalah juru masak
didapur kecil dibagian belakang istana. Setiap hari dia menyiapkan masakan dan
kue-kue untuk para pegawai istana, termasuk tukang kebun dan tukang sapu
dilingkungan istana. Dulu ibunya yang mengerjakan semua pekerjaan ini, namun
setelah ibunya merasa cukup tua, pekerjaan itu diserahkan kepada Karisa.
Pada suatu hari Puteri
Yulia, salah seorang puteri raja masuk kedapur untuk para pegawai istana. Yulia
baru selesai bermain-main ditaman
sehingga dia merasa lapar dan haus sekali. Puteri Yulia melihat Karisa sedang
sibuk bekerja menyiapkan berbagai macam masakan dan kue-kue. Puteri Yulia
mengambil sepotong kue. Hm. Enak sekali.
“Kue buatanmu sungguh enak
sekali, Karisa.” Puji Puteri Yulia. “Kau pintar sekali membuat kue. Apakah
semua kue ini buatanmu?”
“Ya, Tuan Puteri.”
“Kue sebanyak ini engkau
sendiri yang mengerjakannya?’
“Ya, setiap hari saya
bangun pukul empat shubuh. Setelah mandi saya segera pergi ke pasar untuk
berbelanja seluruh kebutuhan. Pulang dari pasar saya langsung mengolah
bahan-bahan makanan dan memasak untuk sarapan para pegawai istana. Setelah
memasak saya membuat kue-kue ini. Setiap hari saya memasak dan membuat kue tiga
kali sehari.”
“Oh, Karisa, pekerjaanmu sungguh
berat.” Cetus Puteri Yulia.
Karisa tersenyum. “Memang
terasa berat kalau pekerjaan dianggap
beban, Tuan Puteri. Tapi saya mengerjakannya dengan senang hati dan tidak
menganggap sebagai beban. Saya telah menekuni pekerjaan ini bertahun-tahun
lamanya dan saya senang dengan pekerjaan saya ini.”
“Kau seorang gadis yang
tekun dan mau bekerja keras, Karisa.” Kata Puteri Yulia. “Sudah saatnya engkau
naik pangkat, Karisa. Aku akan mengusulkan pada ibuku agar engkau menjadi juru
masak untuk keluarga kerajaan. Kau tidak perlu mengerjakan pekerjaanmu
sendirian. Ada
beberapa orang pelayan lain yang akan membantu pekerjaanmu namun tanggung jawab
dan pengawasan semua makanan merupakan tanggung jawabmu. Sementara Mirza yang
pemalas akan menggantikanmu disini. Dia
nanti bisa bekerja dengan dibantu oleh pelayan-pelayan yang lain.”
Ya, Mirza yang sebenarnya
sudah beruntung menjadi juru masak bagi keluarga raja, tidak memanfaatkan
keberuntungannya. Dia lebih senang bermalas-malasan dan menyuruh orang lain
yang mengerjakan pekerjaan yang semestinya menjadi tugasnya. Sementara Karisa
karena kerja keras dan ketekunannya akhirnya mendapat posisi yang baik di
istana. Dia menjadi juru masak kesayangan keluarga kerajaan.
--- 00 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar