Minggu, 12 Mei 2013

MIRZA DAN KARISA





Mirza adalah puteri salah seorang pegawai istana. Dia sudah lama tinggal di istana dan membantu pekerjaan ibunya menyiapkan makanan dan beraneka macam kue setiap hari untuk keluarga kerajaan. Karena keahliannya membuat kue, dia sering diminta oleh putera puteri raja untuk membuatkan beraneka macam kue-kue lezat yang disukai putera-puteri raja. Kue-kue buatan Mirza selalu disukai oleh putera-puteri raja karena Mirza sangat kreatif sekali dalam membuat kue. Kue apapun yang dibuatnya selalu memiliki rasa  yang khas yang tidak dimiliki oleh pembuat kue lainnya sehingga   Mirza menjadi pembuat kue kesayangan keluarga raja.
Mirza sungguh sangat beruntung bisa menjadi pembuat kue untuk keluarga kerajaan. Tidak setiap juru masak dan orang yang memiliki keahlian membuat kue bisa menjadi juru masak diistana. Apalagi juru masak bagi keluarga kerajaan.
Namun ternyata Mirza tidak memanfaatkan keberuntungannya itu. Karena merasa dirinya sangat disayang oleh keluarga kerajaan, akhirnya Mirza malah sering bermalas-malasan. Bila dia diminta untuk membuatkan kue karena diistana akan diadakan suatu acara, Mirza sering menyuruh orang lain yang membuatnya. Tentu saja kue buatan Mirza sangat berbeda rasanya dengan kue buatan orang lain.
Karisa berbeda dengan Mirza. Dia juga pandai memasak dan membuat kue. Namun Karisa hanyalah juru masak didapur kecil dibagian belakang istana. Setiap hari dia menyiapkan masakan dan kue-kue untuk para pegawai istana, termasuk tukang kebun dan tukang sapu dilingkungan istana. Dulu ibunya yang mengerjakan semua pekerjaan ini, namun setelah ibunya merasa cukup tua, pekerjaan itu diserahkan kepada Karisa.  
Pada suatu hari Puteri Yulia, salah seorang puteri raja masuk kedapur untuk para pegawai istana. Yulia baru selesai bermain-main  ditaman sehingga dia merasa lapar dan haus sekali. Puteri Yulia melihat Karisa sedang sibuk bekerja menyiapkan berbagai macam masakan dan kue-kue. Puteri Yulia mengambil sepotong kue. Hm. Enak sekali.
“Kue buatanmu sungguh enak sekali, Karisa.” Puji Puteri Yulia. “Kau pintar sekali membuat kue. Apakah semua kue ini buatanmu?”
“Ya, Tuan Puteri.”
“Kue sebanyak ini engkau sendiri yang mengerjakannya?’
“Ya, setiap hari saya bangun pukul empat shubuh. Setelah mandi saya segera pergi ke pasar untuk berbelanja seluruh kebutuhan. Pulang dari pasar saya langsung mengolah bahan-bahan makanan dan memasak untuk sarapan para pegawai istana. Setelah memasak saya membuat kue-kue ini. Setiap hari saya memasak dan membuat kue tiga kali sehari.”
“Oh, Karisa, pekerjaanmu sungguh berat.” Cetus Puteri Yulia.
Karisa tersenyum. “Memang terasa berat  kalau pekerjaan dianggap beban, Tuan Puteri. Tapi saya mengerjakannya dengan senang hati dan tidak menganggap sebagai beban. Saya telah menekuni pekerjaan ini bertahun-tahun lamanya dan saya senang dengan pekerjaan saya ini.”
“Kau seorang gadis yang tekun dan mau bekerja keras, Karisa.” Kata Puteri Yulia. “Sudah saatnya engkau naik pangkat, Karisa. Aku akan mengusulkan pada ibuku agar engkau menjadi juru masak untuk keluarga kerajaan. Kau tidak perlu mengerjakan pekerjaanmu sendirian. Ada beberapa orang pelayan lain yang akan membantu pekerjaanmu namun tanggung jawab dan pengawasan semua makanan merupakan tanggung jawabmu. Sementara Mirza yang pemalas  akan menggantikanmu disini. Dia nanti bisa bekerja dengan dibantu oleh pelayan-pelayan yang lain.”
Ya, Mirza yang sebenarnya sudah beruntung menjadi juru masak bagi keluarga raja, tidak memanfaatkan keberuntungannya. Dia lebih senang bermalas-malasan dan menyuruh orang lain yang mengerjakan pekerjaan yang semestinya menjadi tugasnya. Sementara Karisa karena kerja keras dan ketekunannya akhirnya mendapat posisi yang baik di istana. Dia menjadi juru masak kesayangan keluarga kerajaan.

--- 00 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar