Kirani seorang gadis yang
cantik dan lembut. Dia senang bermain-main dengan burung cendrawasih yang
merupakan hadiah dari ayahnya ketika dia berulang tahun waktu masih kecil dulu. Kini Kirani sudah menjadi
seorang gadis remaja dan burung cendrawasih itu pun sudah semakin besar.
Bulunya sangat indah berwarna-warni. Kirani sangat menyukai bulu burung
cendrawasih itu bila tengah mengembang seperti sebuah kipas.
“Cendrawasih, aku sangat
sayang kepadamu.” Kata Kirani suatu hari. “Aku sejak kecil sudah bersahabat
denganmu. Kau teman bermainku yang setia. Dan hingga kini kita tetap
bersahabat.”
“Ya, Kirani.” Sahut
cendrawasih itu. “Aku pun sangat sayang kepadamu. Kau selama ini sudah merawat
aku dengan baik sehingga aku bisa tumbuh besar.”
“Cendrawasih, bila aku
memandangmu, aku selalu teringat kepada ayahku yang sudah lama tiada. Engkaulah
peninggalan ayahku yang paling berharga.” Ucap Kirani. Ketika dia menyebut
ayahnya, Kirani mendadak menjadi sedih. Dia sangat kehilangan ayahnya.
Airmatanya mendadak menggenang.
“Kirani, jangan bersedih.
Ayahmu sudah tenang dialam sana. Kau masih memiliki ibumu dan juga memiliki aku
yang akan selalu menemanimu.” Hibur cendrawasih.
Pada saat itu mendadak
datang rusa menghampiri mereka. Rusa itu juga merupakan sahabat Kirani.
“Kirani, apakah engkau sudah
mendengar bahwa pangeran sedang mencari seorang istri?” Tanya rusa.
“Seorang istri? Tidak, aku
tidak mendengar berita itu.” Sahut Kirani.
“Aku tadi mendengarnya dari
percakapan dua orang gadis didesa ini. Mereka akan datang ke istana dan
berharap semoga mereka yang terpilih oleh sang pangeran.” Kata rusa.
“Oh, tentu mereka
gadis-gadis yang cantik-cantik.” Kata Kirani.
“Kirani, engkau lebih cantik
dari mereka.” Kata rusa. “Kau pergilah ke istana. Siapa tahu pangeran tertarik
kepadamu.”
Kirani tersenyum mendengar
ucapan rusa itu. “Rusa, sahabatku yang baik. Aku hanyalah seorang gadis desa.
Tidak mungkin pangeran akan tertarik kepadaku.”
“Kau belum mencobanya,
Kirani. Bila engkau pergi ke istana, siapa tahu pangeran melihatmu dan jatuh
cinta kepadamu. Engkau seorang gadis yang cantik jelita dan sangat menarik.
Pasti pangeran akan terpesona melihat kecantikanmu.” Kata rusa membujuk Kirani.
“Rusa, aku tidak ingin
mempermalukan diriku sendiri. Aku tidak memiliki sehelai pun gaun yang pantas untuk aku kenakan ke
istana.” Kirani tetap menggelengkan kepalanya.
“Oh, Kirani. Jangan
sia-siakan kesempatan ini. Kau bisa berdansa. Aku sering melihatmu berdansa.
Dansamu sangat indah sekali.” Bujuk rusa sekali lagi.
“Sudah kubilang aku tidak
mau pergi.” Ucap Kirani. “Aku memang
bisa berdansa namun aku tidak mungkin pergi ke istana dengan mengenakan
pakaianku yang sederhana ini.”
Dengan wajah sedih Kirani
memperhatikan gaunnya yang sederhana dan sudah lusuh. Cendrawasih yang
mendengarkan percakapan Kirani dan rusa mendadak memiliki gagasan.
“Kirani, pergilah ke istana.
Benar kata rusa tadi, siapa tahu pangeran tertarik dan jatuh cinta kepadamu.”
Kata cendrawasih dengan penuh semangat. “Mengenai gaun yang akan engkau kenakan
ke istana nanti, kau tidak perlu khawatir. Kau bisa meminjam gaun panjang ibumu
dan engkau menghiasi gaun itu dengan buluku yang indah ini.”
“Apa? Aku meminjam gaun
panjang ibuku dan engkau mau melepaskan bulumu yang indah itu sebagai hiasan
gaun itu?” seru Kirani.
“Ya, Kirani. Selama ini
engkau selalu merawat aku dengan baik. Sudah saatnya aku membalas kebaikanmu
itu.” Sahut cendrawasih sambil tersenyum.
“Oh, terima kasih
cendrawasih yang baik.” Kata Kirani gembira.
Bergegas Kirani menemui
ibunya.
“Ibu, bolehkah aku meminjam
gaunmu untuk kukenakan ke istana? Aku ingin sekali pergi ke istana. Pangeran
mengadakan pesta di istananya dan mengundang semua gadis dinegeri ini untuk
datang ke istana.”
“Tentu saja, Kirani.” Sahut
ibunya sambil tersenyum lembut. Ibunya lalu mengambil gaunnya yang berwarna
biru. “Gaun ini sudah lama sekali tidak
pernah lagi dikenakan oleh ibu.
Mudah-mudahan ukurannya sesuai dengan tubuhmu.”
Kirani mencoba gaun itu. Ternyata
ukurannya sangat pas dengan tubuhnya. Cendrawasih lalu melepaskan bulunya.
Kirani segera menghiasi gaun sederhana milik ibunya itu dengan bulu-bulu
cendrawasih. Tidak lama kemudian gaun itu sudah berubah menjadi gaun yang indah
sekali. Bulu burung cendrawasih yang masih tersisa lalu dibuat menjadi sebuah bondu yang indah untuk hiasan
rambutnya.
Kirani segera mempersiapkan
diri. Dia mandi dan berkeramas. Dikenakannya
gaunnya. Rambutnya yang hitam panjang berkilauan diberi hiasan bondu bulu cendrawasih. Sekejap saja Kirani sudah
menjelma menjadi seorang gadis yang mempesona dengan gaunnya yang indah.
“Ayo kita segera berangkat.
Nanti terlambat.” Kata rusa.
Kirani duduk dipunggung rusa
itu. Rusa itu lalu berlari sekencang-kencangnya menuju ke istana. Tidak lama
kemudian mereka sudah sampai di istana. Bergegas Kirani masuk. Dan dia hampir
saja menabrak sang pangeran karena terlalu tergesa-gesa.
“Oh, maaf.” Kata Kirani.
Pangeran tersenyum
menatapnya. “Siapakah namamu? Kau cantik sekali mengenakan gaun dengan bulu
burung cendrawasih itu.” ujar sang pangeran.
“Nama hamba Kirani, tuanku.”
“Kirani, maukah engkau berdansa denganku?”
“Oh, tentu saja, tuanku.
Dengan senang hati.” Sahut Kirani
gembira.
Musik segera mengalun merdu.
Kirani dan pangeran lalu berdansa. Pangeran merasa takjub dengan kelincahan
Kirani dalam berdansa. Kirani tidak seperti gadis desa. Dia sangat pintar
sekali berdansa. Dansanya sangat indah dan sungguh mempesonakan. Apalagi dengan
gaun berbulu burung cendrawasih itu, Kirani membuat sang pangeran tidak
henti-hentinya berdecak penuh kekaguman.
“Kirani, engkau ternyata
sangat pandai berdansa. Dansamu sungguh luar biasa sekali. Sepertinya engkau
sudah terlatih dan sudah biasa berdansa. Siapakah yang mengajarimu berdansa?”
Tanya sang pangeran.
Kirani tersenyum. “Ibuku,
tuan.”
“Siapakah ibumu namanya?”
“Soraya, tuan.”
Mendadak pangeran seakan
tertegun mendengar nama itu. “Aku sepertinya pernah mendengar nama itu.” Kata
pangeran. Mendadak dia seakan teringat sesuatu.
“Oh, kau rupanya adalah puteri
pengajar dansa istana dimasa lalu.” Seru pangeran. “Ya, aku pernah mendengar
nama Soraya. Soraya dahulu adalah
pengajar dansa di istana. Namun setelah menikah dia berhenti bekerja di istana dan
dia tidak pernah kelihatan lagi.”
Pesta itu benar-benar
merupakan pesta yang sangat mengesankan bagi Kirani. Tidak lama setelah pertemuan mereka di pesta
itu, sang pangeran datang menemui Kirani dan ketika bertemu dengan ibunya Kirani,
pangeran segera tahu bahwa ternyata benar dugaannya bahwa Soraya, ibunya Kirani
dahulunya adalah pengajar dansa di istana. Dia pernah mendengar tentang cerita pengajar dansa itu dari para pelayan istana.
Tidak lama kemudian pesta
perkawinan Kirani dan sang pangeran
diselenggarakan dengan meriah. Rupanya pangeran sudah jatuh cinta pada Kirani
sejak pertemuan mereka diistana itu. Demikian pula dengan Kirani. Dia pun sudah
jatuh cinta kepada sang pangeran yang tampan dan baik hati itu. Setelah menikah
Kirani tidak melupakan
sahabat-sahabatnya, cendrawasih dan rusa. Kirani membawa mereka ikut serta ke
istana dan menempatkan mereka di taman belakang istana. Sewaktu-waktu Kirani masih suka bermain-main dengan cendrawasih dan
rusa itu yang sudah banyak berjasa kepadanya.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar