Jumat, 10 Mei 2013

JAYANTI DAN GANDARA




            Puteri Jayanti sudah lama sekali menderita sakit. Sudah hampir semua tabib di istana mengobatinya namun sakitnya tidak juga kunjung sembuh. Makin lama tubuh puteri Jayanti semakin kurus. Hingga akhirnya tubuhnya seakan tinggal tulang berbalut kulit. Bukan main sedihnya perasaan raja dan ratu melihat keadaan puteri tunggal mereka. Sewaktu masih sehat, puteri Jayanti sangat cantik jelita, rambutnya hitam panjang terurai, wajahnya selalu berseri dan kulitnya kuning bercahaya. Namun sakit yang dideritanya telah mengubah semuanya.
Setelah hampir semua tabib tidak berhasil menyembuhkan puteri Jayanti, akhirnya raja mengumumkan bahwa barang siapa yang bisa menyembuhkan puterinya apabila lelaki akan dijadikan suami sang puteri, apabila perempuan akan dijadikan saudara sang puteri. Raja mengumumkan itu keseluruh penjuru negeri.  Dalam sekejap  pengumuman dari istana itu sudah menyebar keseluruh penjuru negeri. Setiap penduduk membicarakan pengumuman itu. Berbondong-bondong orang pergi ke istana dan mencoba mengobati sang puteri namun puteri Jayanti tetap tidak kunjung sembuh juga Raja dan ratu semakin sedih namun mereka tetap memiliki harapan bahwa puterinya pasti nanti akan sembuh seperti sediakala.  
Sementara itu pangeran Gandara dari negeri seberang tengah melakukan perjalanan sepulang mengunjungi salah seorang kerabat ibunya. Dia akan pulang kembali kenegerinya. Ketika dia tengah duduk makan disebuah warung, dia mendengarkan percakapan orang-orang yang sedang makan diwarung mengenai sayembara yang diumumkan oleh raja negeri itu. Pangeran Gandara merasa tertarik mendengarkan pembicaraan orang-orang itu.
“Begitu parahkah penyakit yang diderita tuan puteri sehingga tidak ada seorangpun tabib yang mampu menyembuhkannya?” Tanya pangeran Gandara.
“Ya, keadaan tuan puteri sekarang semakin menghawatirkan.” Sahut pemilik warung, seorang perempuan separuh baya. Dia menatap pangeran Gandara. “Sepertinya tuan orang asing dinegeri ini.”
“Ya, saya memang berasal dari negeri seberang. Saya baru pulang mengunjungi salah seorang kerabat ibu saya. Ibu saya dahulu berasal dari negeri ini.” Sahut pangeran Gandara.
Tiba-tiba seekor burung kecil melayang masuk kedalam warung dan menabrak tubuh pangeran Gandara.
“Tuan, tolonglah saya. Seekor elang mengejar saya akan memangsa saya.” Kata burung itu sambil menangis.
Pangeran Gandara merasa kasihan pada burung kecil itu. Dia lalu memasukkan burung kecil itu kedalam saku bajunya. Pada saat itu seekor elang melayang masuk kedalam warung dengan cepat.
“Apakah tuan melihat seekor burung terbang kemari?” Tanya elang itu.
“Ya.” Sahut pangeran Gandara. “Burung itu terbang kearah utara.” Pangeran Gandara menunjuk kearah utara. Tanpa berpikir lagi elang itu segera melayang terbang kearah utara. Setelah elang itu pergi pangeran Gandara mengeluarkan burung kecil itu dari sakunya.
“Nah, kau sekarang sudah aman. Sekarang terbanglah kembali dengan bebas.” Kata pangeran Gandara sambil tersenyum.
“Terima kasih pangeran yang tampan dan budiman.” Ucap burung itu dengan perasaan lega. “Untuk membalas kebaikan hati tuan, saya punya cerita.” Burung itu mendekatkan paruhnya kedekat telingan pangeran Gandara. Dia lalu bercerita.  
“Belum lama ini aku mendengar percakapan manusia mengenai puteri raja yang tengah sakit parah. Sudah banyak orang yang mencoba mengobati tuan puteri namun tidak ada seorangpun yang berhasil menyembuhkan tuan puteri. Meskipun bagaimanapun juga penyakitnya tidak akan sembuh jika tidak diobati oleh semacam rumput aneh yang ditanam seorang petani diladangnya dimana  akar rumput itu untuk makanan sapi dan biri-biri peliharaannya. Petani itu tinggal diujung desa ini. Petani itu memiliki banyak sapi dan biri-biri dan dinegeri ini hanya sapi dan biri-biri peliharaannya saja yang gemuk dan sehat. Jika akar rumput itu  direbus dengan air  susu sapi  lalu diminumkan pada tuan puteri  barulah tuan Puteri akan sembuh kembali dan pulih seperti sediakala.”
Setelah bercerita burung itu lalu terbang ke udara. Burung itu kelihatan gembira sekali sudah terlepas dari kejaran elang itu. Dia mengepak-ngepakkan sayapnya dengan gembira  dan terbang berkeliling diudara  beberapa kali, lalu melayang pergi melintasi angkasa.  Pangeran Gandara tersenyum memperhatikan burung itu.
Setelah burung itu pergi  pangeran Gandara termenung mendengar cerita burung itu. Akhirnya dia memutuskan akan menemui petani itu dan meminta rumput itu. Ketika pangeran Gandara tiba dirumah petani itu, nampak petani itu tengah memberikan makan rumput pada sapi dan biri-biri dikandangnya. Pangeran Gandara bertanya pada petani itu apakah dia boleh meminta rumput yang tengah diberikan petani itu pada ternaknya. Petani itu menatap pangeran Gandara dengan bingung karena baru sekarang ada orang yang meminta rumput padanya. Pangeran Gandara memberikan uang pada petani itu, akhirnya petani itu menunjukan tempat dimana dia biasa menyabit rumput untuk makanan ternaknya.
“Ambillah sebanyak yang tuan inginkan.” Kata petani itu.
“Terima kasih.” Sahut pangeran Gandara. Dia mengambil rumput secukupnya dan memasukkan kedalam kantong pelana kudanya. Lalu pangeran Gandara juga membeli dua botol susu sapi pada petani itu. Setelah itu lalu pergilah pangeran Gandara menuju istana raja.
            Begitu tiba di istana raja, pangeran Gandara merasakan suasana yang murung dan bersedih. Kesedihan  yang tengah dirasakan raja dan ratu dirasakan oleh semua penghuni istana dan penduduk negeri. Pangeran Gandara meminta dipertemukan dengan raja. Ketika dia mengatakan bahwa  dirinya sanggup menyembuhkan tuan puteri, beberapa orang pengawal segera   mengingatkan  pangeran Gandara  bahwa jika pangeran Gandara  gagal  tidak bisa mengobati tuan puteri, raja pasti akan sangat marah dan kecewa sekali dan akan menghukum mati pangeran Gandara. Namun pangeran Gandara dengan penuh rasa percaya diri mengatakan bahwa dia tetap akan mencoba mengobati  tuan puteri.
Akhirnya pengawal membawa pangeran Gandara masuk kedalam istana dan dibawa kekamar tidur tuan puteri. Raja dan ratu juga sedang berada didalam kamar tuan puteri tengah duduk ditepi tempat tidur menunggui puteri mereka. Wajah raja dan ratu murung dan sedih. Ketika melihat pangeran Gandara masuk, raja dan ratu segera mempersilahkan pangeran Gandara untuk mencoba mengobati puteri mereka.
Pangeran Gandara mencuci rumput itu sampai bersih  lalu akar rumput itu direbus dengan  air susu sapi. Setelah itu rebusan akar rumput itu diminumkan pada tuan puteri. Tidak berapa lama puteri Jayanti membuka matanya. Lalu menggerakkan tubuhnya. Makin lama wajahnya mulai memerah, tidak pucat lagi  dan kembali segar lagi.
“Ayah, ibu.” Panggil puteri Jayanti pelan.
Oh, bukan main senangnya perasaan raja dan ratu ketika melihat puteri mereka sudah  bisa bicara lagi. Sementara itu pangeran Gandara menunggu beberapa saat, lalu dia memberikan lagi  minuman rebusan akar itu pada puteri Jayanti. Beberapa jam kemudian puteri Jayanti telah  sembuh seperti sedia kala.
            Diseluruh negeri  semuanya  bergembira ketika mendengar berita yang dengan cepat menyebar bahwa tuan puteri telah sembuh seperti sedia kala. Kegembiraan itu semakin bertambah ketika tidak lama kemudian tersebar berita bahwa puteri Jayanti akan melangsungkan pernikahannya dengan pangeran Gandara, pangeran  dari negeri seberang yang telah mengobatinya. Pesta pernikahan itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam. Semua rakyat ikut  berpesta dan bergembira.
--- o ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar