Salma
gadis kecil yang cantik dan lucu. Usianya baru tujuh tahun. Dia tinggal di sebuah desa yang permai. Kedua orangtuanya
adalah seorang pembuat roti. Dia senang bermain-main sendirian pada saat ayah
dan ibunya tengah sibuk bekerja. Namun suatu hari Salma bermain-main terlalu
jauh dari rumahnya. Dia masuk kedalam hutan didekat desanya dan tersesat hingga
tidak tahu jalan pulang kerumahnya. Bukan main bingung perasaannya. Hari sudah semakin
siang. Ibunya pasti mencarinya. Gadis kecil itu berusaha mencari jalan pulang, namun
ternyata dia semakin jauh masuk kedalam hutan. Tiba-tiba dari kejauhan dia melihat sebuah rumah kayu. Salma merasa
gembira melihat rumah itu. Siapa tahu ada orang didalamnya.
Ketika
sudah berada didepan rumah kayu itu, Salma mendengar suara tangisan seorang
gadis. Beberapa kali gadis yang tengah menangis itu memanggil ayah dan ibunya.
Sungguh kasihan mendengarnya. Perlahan Salma mengetuk pintu rumah itu. Pintu
terbuka. Seorang gadis sebayanya membukakan pintu. Wajah gadis itu sembab bekas
menangis.
“Oh, siapakah engkau?” tanya gadis kecil itu.
“Aku
tersesat.” Sahut Salma. “Aku tidak bisa menemukan jalan pulang kerumahku.”
“Dimanakah
rumahmu?” tanya gadis itu.
“Di
desa didekat hutan ini.”
“Masuklah.
Kau pasti lapar sekali. Nanti aku akan mengantarmu pulang.” Kata gadis itu.
Salma
masuk kedalam rumah itu. Didalam rumah itu kelihatan bersih dan terawat dengan baik.
Gadis itu mengajak Salma duduk menghadapi meja makan dan memberinya makanan
yang sangat sederhana.
“Makanlah.
Kau pasti sudah lapar sekali.” Kata gadis itu.
“Terima
kasih. Kau baik sekali.” Kata Salma. Dia makan makanan yang disajikan gadis
itu. Walaupun makanan yang disajikan gadis itu sangat sederhana namun karena
perutnya lapar, makanan itu jadi terasa nikmat sekali.
“Apakah
engkau tinggal sendirian disini?” tanya Salma.
“Ayahku
seorang tukang kayu bakar. Ibuku membantu ayahku menjualkan kayu bakar itu ke
pasar di desa. Namun beberapa bulan lalu ayah dan ibuku meninggal. Mereka
tertimpa pohon yang rubuh ketika tengah mencari kayu bakar. Kini aku tinggal
sendirian saja disini.” Kata gadis itu.
“Apakah
engkau yang tadi menangis?” tanya Salma.
“Ya.
Hampir setiap hari aku menangis. Aku merasa sangat kesepian setelah ayah dan
ibuku meninggal.” Gadis itu mulai menangis lagi.
Salma
merasa kasihan melihatnya. Dia mencoba menghibur gadis itu. “Sudahlah, jangan
menangis lagi. Engkau gadis yang baik hati. Pasti engkau akan keluar dari
kesedihanmu. Namaku Salma. Siapakah namamu?”
“Namaku
Asrina.” Sahut gadis itu sambil berhenti menangis. “Aku senang engkau datang
kerumahku, Salma. Sudah lama aku tidak memiliki teman. Aku hanya hidup
sendirian saja dihutan ini.”
Setelah
selesai makan, Asrina mengantar Salma keluar dari dalam hutan itu. Asrina
rupanya sudah sangat hapal dengan seluk beluk jalan didalam hutan itu. Tidak
lama kemudian mereka sudah keluar dari dalam hutan dan rumah Salma sudah
kelihatan dari kejauhan.
“Itu
rumahku!” seru Salma dengan gembira. Keduanya berlarian pulang kerumah.
“Oh,
Salma. Darimana saja engkau? Ibu mencarimu kemana-mana.” Sambut ibunya dengan
wajah cemas.
“Aku
tersesat didalam hutan.” Sahut Salma. “Untunglah aku bertemu Asrina. Dia yang
mengantarkan aku pulang.”
Salma
menceritakan pengalamannya pada ibunya. Ibunya sangat berterima kasih kepada
Asrina dan menyuguhi gadis kecil itu roti buatannya.
“Rotinya
enak sekali.” Kata Asrina.
“Ambilah
beberapa buah roti untuk kau bawa pulang.” Kata ibunya Salma sambil memasukan
beberapa buah roti kedalam kantong kertas.
“Bu,
Asrina hidup sendirian didalam hutan. Kedua orangtuanya sudah meninggal dunia.”
Kata Salma.
“Oh,
kasihan sekali.” Sahut ibunya. “Bagaimana engkau bisa hidup sendirian saja,
Asrina?”
Asrina
hanya tersenyum mendengar pertanyaan ibunya Salma.
“Bu,
bagaimana bila Asrina tinggal saja bersama kita? Kasihan dia.” Ucap Salma. “Aku dan Asrina bisa bersama-sama dan
dia tidak akan tinggal kesepian lagi didalam hutan sendirian.”
Pada
saat itu ayah Salma baru pulang setelah menitipkan roti-roti buatannya pada
toko roti yang ada didesa mereka. Ibunya menceritakan tentang Asrina kepada
suaminya.
“Kasihan
sekali. Kalau begitu, biarlah dia tinggal bersama kita.” Kata ayahnya.
“Oh,
terima kasih bapak ibu, juga Salma.” Kata Asrina dengan penuh suka cita.
Bukan
main senangnya perasaan Asrina. Kini dia memiliki keluarga baru. Ternyata
Asrina seorang gadis kecil yang rajin dan cekatan. Dia sudah pintar membereskan
rumah. Dia juga bisa mencuci pakaian. Bukan main senangnya perasaan ibunya
Salma melihat Asrina banyak membantu pekerjaannya sehari-hari. Melihat Asrina
yang rajin dan cekatan, Salma pun belajar membantu pekerjaan orangtuanya.
Bertahun-tahun
kemudian Salma dan Asrina tumbuh semakin besar. Mereka sudah menjadi gadis
remaja yang cantik, rajin, pintar dan cekatan. Sepulang sekolah, mereka selalu
membantu kedua orangtuanya membuat roti. Ketika mereka telah menamatkan sekolah, mereka meneruskan usaha orangtua
mereka menjadi pembuat roti. Roti-roti buatan Salma dan Asrina jauh lebih enak
daripada buatan orangtua mereka sehingga roti-roti buatan mereka selalu
laris. Salma dan Asrina sudah menjadi saudara
angkat. Mereka hidup rukun selamanya. Kedua orangtua Salma juga merasa bahagia
memiliki seorang anak angkat Asrina.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar