Jumat, 10 Mei 2013

RUMAH KAYU DI TEPI HUTAN




Salma gadis kecil yang cantik dan lucu. Usianya baru tujuh  tahun. Dia tinggal  di sebuah desa yang permai. Kedua orangtuanya adalah seorang pembuat roti. Dia senang bermain-main sendirian pada saat ayah dan ibunya tengah sibuk bekerja. Namun suatu hari Salma bermain-main terlalu jauh dari rumahnya. Dia masuk kedalam hutan didekat desanya dan tersesat hingga tidak tahu jalan pulang kerumahnya. Bukan main bingung perasaannya. Hari sudah semakin siang. Ibunya pasti mencarinya. Gadis kecil  itu berusaha mencari jalan pulang, namun ternyata dia semakin jauh masuk kedalam hutan. Tiba-tiba dari kejauhan  dia melihat sebuah rumah kayu. Salma merasa gembira melihat rumah itu. Siapa tahu ada orang didalamnya.
Ketika sudah berada didepan rumah kayu itu, Salma mendengar suara tangisan seorang gadis. Beberapa kali gadis yang tengah menangis itu memanggil ayah dan ibunya. Sungguh kasihan mendengarnya. Perlahan Salma mengetuk pintu rumah itu. Pintu terbuka. Seorang gadis sebayanya membukakan pintu. Wajah gadis itu sembab bekas menangis.
 “Oh, siapakah engkau?” tanya gadis kecil itu.
“Aku tersesat.” Sahut Salma. “Aku tidak bisa menemukan jalan pulang kerumahku.”
“Dimanakah rumahmu?” tanya gadis itu.
“Di desa didekat hutan ini.”
“Masuklah. Kau pasti lapar sekali. Nanti aku akan mengantarmu pulang.” Kata gadis itu.
Salma masuk kedalam rumah itu. Didalam rumah itu  kelihatan bersih dan terawat dengan baik. Gadis itu mengajak Salma duduk menghadapi meja makan dan memberinya makanan yang sangat sederhana.
“Makanlah. Kau pasti sudah lapar sekali.” Kata gadis itu.
“Terima kasih. Kau baik sekali.” Kata Salma. Dia makan makanan yang disajikan gadis itu. Walaupun makanan yang disajikan gadis itu sangat sederhana namun karena perutnya lapar, makanan itu jadi terasa nikmat sekali.
“Apakah engkau tinggal sendirian disini?” tanya Salma.
“Ayahku seorang tukang kayu bakar. Ibuku membantu ayahku menjualkan kayu bakar itu ke pasar di desa. Namun beberapa bulan lalu ayah dan ibuku meninggal. Mereka tertimpa pohon yang rubuh ketika tengah mencari kayu bakar. Kini aku tinggal sendirian saja disini.” Kata gadis itu.
“Apakah engkau yang tadi menangis?” tanya Salma.
“Ya. Hampir setiap hari aku menangis. Aku merasa sangat kesepian setelah ayah dan ibuku meninggal.” Gadis itu mulai menangis lagi.
Salma merasa kasihan melihatnya. Dia mencoba menghibur gadis itu. “Sudahlah, jangan menangis lagi. Engkau gadis yang baik hati. Pasti engkau akan keluar dari kesedihanmu. Namaku Salma. Siapakah namamu?”
“Namaku Asrina.” Sahut gadis itu sambil berhenti menangis. “Aku senang engkau datang kerumahku, Salma. Sudah lama aku tidak memiliki teman. Aku hanya hidup sendirian saja dihutan ini.”
Setelah selesai makan, Asrina mengantar Salma keluar dari dalam hutan itu. Asrina rupanya sudah sangat hapal dengan seluk beluk jalan didalam hutan itu. Tidak lama kemudian mereka sudah keluar dari dalam hutan dan rumah Salma sudah kelihatan dari kejauhan.
“Itu rumahku!” seru Salma dengan gembira. Keduanya berlarian pulang kerumah.
“Oh, Salma. Darimana saja engkau? Ibu mencarimu kemana-mana.” Sambut ibunya dengan wajah cemas.
“Aku tersesat didalam hutan.” Sahut Salma. “Untunglah aku bertemu Asrina. Dia yang mengantarkan aku pulang.”
Salma menceritakan pengalamannya pada ibunya. Ibunya sangat berterima kasih kepada Asrina dan menyuguhi gadis kecil itu roti buatannya.
“Rotinya enak sekali.” Kata Asrina.
“Ambilah beberapa buah roti untuk kau bawa pulang.” Kata ibunya Salma sambil memasukan beberapa buah roti kedalam kantong kertas.
“Bu, Asrina hidup sendirian didalam hutan. Kedua orangtuanya sudah meninggal dunia.” Kata Salma.
“Oh, kasihan sekali.” Sahut ibunya. “Bagaimana engkau bisa hidup sendirian saja, Asrina?”
Asrina hanya tersenyum mendengar pertanyaan ibunya Salma.
“Bu, bagaimana bila Asrina tinggal saja bersama kita? Kasihan dia.” Ucap  Salma. “Aku dan Asrina bisa bersama-sama dan dia tidak akan tinggal kesepian lagi didalam hutan sendirian.”
Pada saat itu ayah Salma baru pulang setelah menitipkan roti-roti buatannya pada toko roti yang ada didesa mereka. Ibunya menceritakan tentang Asrina kepada suaminya.
“Kasihan sekali. Kalau begitu, biarlah dia tinggal bersama kita.” Kata ayahnya.
“Oh, terima kasih bapak ibu, juga Salma.” Kata Asrina dengan penuh suka cita.
Bukan main senangnya perasaan Asrina. Kini dia memiliki keluarga baru. Ternyata Asrina seorang gadis kecil yang rajin dan cekatan. Dia sudah pintar membereskan rumah. Dia juga bisa mencuci pakaian. Bukan main senangnya perasaan ibunya Salma melihat Asrina banyak membantu pekerjaannya sehari-hari. Melihat Asrina yang rajin dan cekatan, Salma pun belajar membantu pekerjaan orangtuanya. 
Bertahun-tahun kemudian Salma dan Asrina tumbuh semakin besar. Mereka sudah menjadi gadis remaja yang cantik, rajin, pintar dan cekatan. Sepulang sekolah, mereka selalu membantu kedua orangtuanya membuat roti. Ketika mereka telah menamatkan  sekolah, mereka meneruskan usaha orangtua mereka menjadi pembuat roti. Roti-roti buatan Salma dan Asrina jauh lebih enak daripada buatan orangtua mereka sehingga roti-roti buatan mereka selalu laris.  Salma dan Asrina sudah menjadi saudara angkat. Mereka hidup rukun selamanya. Kedua orangtua Salma juga merasa bahagia memiliki seorang anak angkat  Asrina.  

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar