Kerajaan Parakan
berbatasan dengan Kerajaan Sidayu. Raja Parakan dan Raja Sidayu berencana
menjodohkan putera puteri mereka yaitu Pangeran Surya Alam putera Raja Parakan dengan
Puteri Puspa Kencana, puteri Raja Sidayu.
“Anakku, sejak dahulu
leluhur kita bersahabat baik dengan seluruh raja-raja dari kerajaan Sidayu.
Leluhur kita saling menghormati dan saling menghargai, saling membantu dikala
susah dan terus menerus menjalin
hubungan yang baik. Oleh karena itu ayah dan Raja Sidayu sudah sepakat akan
menjodohkanmu dengan Puteri Puspa Kencana, puteri dari Raja Sidayu.” Kata Raja
Parakan pada anaknya, Pangeran Surya Alam.
Pangeran Surya Alam
mendengarkan penjelasan ayahnya dengan perasaan masygul. Tanpa sepengetahuan
ayahnya dia sebenarnya telah menjalin cinta dengan Puteri Ageng Pakis, dari
kerajaan tetangga. Dia belum pernah
bertemu dengan Puteri Puspa Kencana sementara dengan Puteri Ageng Pakis
hubungannya sudah berlangsung selama dua tahun. Tidak mungkin dia mengkhianati
cintanya pada Puteri Ageng Pakis.
“Ayah, saya tidak bisa
menerima rencana perjodohan ini karena sebenarnya saya sudah menjalin hubungan
dengan Puteri Ageng Pakis.” Ucap Pangeran Surya Alam.
Ayahnya menatap anaknya
dengan terkejut. Baginda sama sekali tidak tahu bila anaknya telah menjalin
hubungan dengan seorang puteri.
“Kenapa kau tidak
memberitahu ayah kalau kau sudah menjalin hubungan dengan puteri lain, anakku?
Lalu bagaimana dengan rencana perjodohanini sementara Puteri Puspa Kencana
sudah mengetahui rencana perjodohan ini dan dia sudah bersedia menikah
denganmu.”
“Mohon maaf, ayah,
sebaiknya ayah segera membatalkan rencana perjodohan ini karena saya tidak
mungkin menerima rencana perjodohan ini. Pertama saya sudah memiliki calon
istri, dan kedua saya belum mengenal Puteri Puspa Kencana.” Ujar Pangeran Surya
Alam.
Akhirnya dengan berat hati
Raja Parakan mengirimkan utusan pada Raja Sidayu bahwa rencana perjodohan itu
dibatalkan dengan alasan Pangeran Surya Alam belum berencana untuk berumah
tangga. Pangeran Surya Alam masih ingin mempelajari berbagai macam ilmu
kesaktian yang akan berguna baginya bila dia menjadi raja kelak.
Raja Sidayu berbesar hati
menerima keputusan dari Raja Parakan. Namun tidak demikian dengan Puteri Puspa
Kencana. Sang Puteri merasa sakit hati karena dia merasa telah ditolak oleh
Pangeran Surya Alam. Untuk melipur
kesedihannya, Puteri Puspa Kencana belajar berbagai macam ilmu yang biasanya
dikuasai oleh para ksatria. Dia belajar berkuda, bermain pedang, memanah dan
berbagai macam ilmu yang biasa dipelajari oleh para ksatria. Setelah merasa
cukup dengan ilmu yang dimilikinya, diam-diam Puteri Puspa Kencana pergi dari
istana dan berkelana. Sang puteri menyamar menjadi seorang ksatria dan berganti
nama menjadi Pangeran Suratanu.
Pada suatu hari terjadi
pemberontakan diperbatasan kedua kerajaan itu. Raja Parakan memerintahkan
puteranya untuk menumpas pemberontakan itu. Dengan membawa pasukan secukupnya,
Pangeran Surya Alam segera pergi untuk menjalankan titah dari ayahandanya.
Pada saat itu Pangeran
Suratanu sedang berada didalam hutan dimana terjadi pertempuran antara
pemberontak dengan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Surya Alam. Pangeran
Suratanu sudah tahu, siapa pangeran gagah berani yang sedang memimpin melawan
para pemberontak itu. Pada awalnya dia merasa ragu untuk menolong dan ikut
membantu pertempuran itu, namun ketika Pangeran Suratanu melihat seorang
pemberontak mengayunkan kapaknya kepunggung Pangeran Surya Alam yang sedang
bertarung dengan pedang melawan tiga orang pemberontak, Pangeran Suratanu tak
bisa menahan diri. Dia segera membentangkan anak panahnya kearah
pemberontak yang sedang mengayunkan
kapak kepunggung Pangeran Surya Alam.
Pemberontak itu mati seketika ditembus panah Pangeran Suratanu. Meskipun sedang
bertempur melawan tiga orang perampok, namun Pangeran Surya Alam mengetahui ada
orang yang telah menyelamatkan nyawanya. Dengan matanya yang tajam, Pangeran
Surya Alam melihat seorang ksatria dengan busur ditangannya berdiri tidak jauh
dari tempat pertempuran.
Melihat salah seorang
kawannya mati dipanah, lima orang
pemberontak menyerang Pangeran Suratanu. Namun dengan tangkas Pangeran Suratanu
memainkan pedangnya melawan lima orang pemberontak itu. Ketika melihat ksatria
yang telah menyelamatkan nyawanya terdesak oleh serangan para pemberontak itu,
Pangeran Surya Alam segera meloncat mendekati ksatria itu dan membantunya
melawan para pemberontak.
Pangeran Suratanu dan
Pangeran Surya Alam mengerahkan seluruh kemampuan mereka bertempur melawan para
pemberontak itu hingga tak lama kemudian para pemberontak itu berhasil
dilumpuhkan dan diringkus. Pangeran Surya Alam segera memerintahkan pasukannya
untuk menawan para pemberontak yang berhasil dilumpuhkan, nantinya pemberontak
itu akan dibawa kekerajaan sebagai
tawanan. Untuk beberapa waktu mereka akan tinggal dulu dihutan itu
memperhatikan situasi karena barangkali masih ada pemberontak yang masih
bersembunyi didalam hutan. Untuk itu pasukan menyiapkan tenda untuk tempat
menginap mereka.
“Terima kasih, dik, telah
menyelamatkan nyawa saya.” Kata Pangeran Surya Alam ketika dia telah selesai
memberi komando kepada pasukannya.
Pangeran Suratanu hanya
tersenyum mendengar ucapakan Pangeran Surya Alam. Pangeran Surya Alam menangkap
kesan ksatria yang pintar memanah dan memainkan pedang ini sebagai seorang
ksatria yang pemalu.
“Bolehkan saya tahu,
siapakah nama adik?” tanya Pangeran Surya Alam.
“Namaku Suratanu.” Sahut
Puteri Puspa Kencana yang sedang menyamar itu.
“Nama yang bagus. Sesuai
benar dengan orangnya.” Puji Pangeran Surya Alam yang menangkap kesan kalau
pemuda ini tentulah juga seorang pangeran seperti dirinya.
“Hendak pergi kemanakah
adik ini sehingga sendirian berada ditengah hutan?” tanya Pangeran Surya Alam.
“Hamba hanya seorang
pengelana. Kebetulan saja hamba lewat ketengah hutan ini dan melihat
pertempuran tuan dengan pemberontak itu.” Sahut Pangeran Suratanu sopan.
“Aku merasa berhutang budi
padamu, engkau telah menyelamatkan nyawaku, maukah engkau menjadi sahabatku?”
tanya Pangeran Surya Alam.
“Tentu saja, tuanku.
Dengan senang hati.” Ujar Pangeran Suratanu.
“Tinggallah dulu bersamaku
beberapa waktu.” Kata Pangeran Surya Alam.
“Baiklah.” Ujar Pangeran
Suratanu.
Pangeran Surya Alam dan
Pangeran Suratanu kemudian menjalin persahabatan namun Pangeran Suratanu
kelihatan sangat pemalu dan tidak mau
tidur satu tenda dengan Pangeran Surya Alam. Dia meminta tenda yang terpisah
dan hanya untuk dirinya. Pangeran Surya Alam tidak banyak berkomentar, dia
meminta salah seorang anak buahnya mendirikan tenda untuk Pangeran Suratanu.
Pangeran Surya Alam sangat
terkesan pada Pangeran Suratanu yang sangat mahir memanah dan menguasai
berbagai macam ilmu. Dia masih ingin bersama-sama dengan Pangeran Suratanu namun sayang tiga hari kemudian
harinya Pangeran Suratanu
memutuskan pergi dan pamitan pada Pangeran Surya Alam.
Setelah memberi komando
kepada pasukannya agar membawa para
pemberontak kekerajaan, Pangeran Surya
Alam diam-diam mengikuti Pangeran Suratanu. Dia merasa penasaran dengan
pangeran yang kelihatan pemalu itu. Pangeran Surya Alam berusaha menjaga jarak
agar tidak ketahuan oleh Pangran Suratanu bahwa dirinya sedang diikuti
diam-diam olehnya.
Siang itu Pangeran Surya
Alam melihat Pangeran Suratanu menghentikan kudanya ditepi sungai. Pangeran
Surya Alam menambatkan kudanya pada sebatang pohon dan menyelinap dibalik semak
memperhatikan Pangeran Suratanu. Mendadak Pangeran Surya Alam melongo, Pangeran
Suratanu mandi disungai dan kelihatan rambutnya yang panjang terurai. Oh,
Pangeran Surya Alam merasa terkejut. Jadi Pangeran Suratanu adalah seorang puteri yang cantik jelita.
Seketika itu juga Pangeran
Surya Alam jatuh cinta pada puteri yang sedang menyamar itu. Ketika puteri itu
selesai mandi, Pangeran Surya Alam terus mengikuti puteri itu. Namun dia merasa heran karena puteri itu kemudian
memasuki kerajaan Sidayu. Dia melihat para ponggawa kerajaan menyambut dengan
hormat pada puteri itu yang melenggang santai dengan kudanya.
Pangeran Surya Alam
berusaha mencari tahu siapakah puteri yang cantik jelita itu.
“Siapakah puteri yang
berkuda tadi?” tanya Pangeran Surya Alam pada salah seorang ponggawa kerajaan
yang sedang duduk santai diatas rumput.
“Oh, dia adalah tuan Puteri
Puspa Kencana.” Sahut ponggawa itu.
Pangeran Surya Alam
tertegun. Jadi puteri cantik itu adalah puteri yang akan dijodohkan oleh orang
tuanya. Dan puteri itu pulalah yang telah menyelamatkan nyawanya dari kapak
pemberontak. Pangeran Surya Alam tak kuasa menahan gejolak perasaannya. Dia
sudah jatuh cinta pada Puteri Puspa Kencana. Melalui pegawai istana, Pangeran
Surya Alam mengirim bunga cempaka yang wangi kepada sang puteri.
Pangeran Surya Alam
kembali kekerajaan dan melaporkan tugas yang telah diselesaikannya kepada
ayahnya. Pada saat itu pula ayahnya menyampaikan berita bahwa Puteri Ageng
Pakis sudah menikah. Puteri Ageng Pakis yang tidak sabar menunggu dilamar Pangeran Surya Alam, akhirnya menikah dengan
Pangeran Permana dari kerajaan Pondan.
Raja Parakan mengiran
Pangeran Surya Alam akan marah dan patah hati. Namun ternyata anaknya
menanggapi berita perkawinan Puteri Ageng Pakis dengan senyuman.
Setelah Puteri Ageng Pakis
menikah, akhirnya Pangeran Surya Alam meminang Puteri Puspa Kencana. Puteri Puspa
Kencana merasa bahagia sekali karena sejak bersama-sama bertempur melawan
pemberontak sang puteri sudah jatuh cinta pada sang pangeran.
--- 0 ---
Assalamualaikum
BalasHapusSaya ingin tahu kisah yang diceritakan adakah ia kisah dongeng, kisah benar atau kisah kayangan
terima kasih
Waalaikum salam. Semua dongeng yang saya buat ini, sebagian sudah dimuat di majalah anak2, adalah dongeng atau khayalan semata... terima kasih sdh membaca dongeng saya...
BalasHapusbaik ceritanya maupun nama2nya semata2 adalah rekaan dan imajinasi saya saja... :)
BalasHapus