Minggu, 12 Mei 2013

PUTERI YANG SETIA





Raja Martanegara dengan Raja Mandura bersahabat baik karena kerajaan mereka bertetangga. Demikian pula dengan putera puteri mereka. Pangeran Pranata, putera Raja Martanegara dan  puteri Sukawati  sejak kecil mereka sudah berteman baik.   Pertemanan yang berlangsung sejak kecil itu ternyata telah menumbuhkan bibit-bibit cinta dihati sang puteri dan sang pangeran setelah mereka sama-sama dewasa. Sehingga keduanya berjanji untuk saling setia dan saling mencintai sepanjang hidup mereka. 
“Berjanjilah, kau tak akan menerima laki-laki lain sebagi suamimu.” Kata  pangeran  Pranata  pada  suatu saat.
“Ya, aku berjanji.” Sahut puteri Sukawati  sambil tersenyum. “Aku hanya akan menikah denganmu saja. Tapi kau pun harus berjanji  tak akan menikah dengan puteri lain selain aku.”
“Ya, aku berjanji.” Sahut  pangeran  Pranata  dengan penuh keyakinan.
Waktu terus berjalan hingga pada suatu saat kerajaan ayahanda  pangeran Pranata  diserang musuh. Kerajaan ayahanda  pangeran  Pranata  dikalahkan. Kedua orang tua pangeran Pranata  tewas ditangan musuh sementara  pangeran Pranata  ditawan oleh musuh dan dibawa ke kerajaan Wanakerta. Meskipun sang pangeran sudah berusaha untuk melarikan diri namun penjagaan yang ketat dari musuh membuat sang pangeran tak bisa melarikan diri.
Suatu hari sang Pangeran Pranata  dipindahkan dari penjaranya ke sebuah bangunan kecil dilingkungan istana kerajaan.  Pangeran  Pranata tidak mengerti mengapa dia dipindahkan. Ditempat yang indah itu Pangeran Pranata  diberi pakaian yang bagus-bagus dan makanan yang enak. Pangeran Pranata   juga dilayani dengan sebaik-baiknya oleh pelayan istana seperti halnya yang diterimanya dulu diistananya. Perlakuan para pelayan dan pengawal kerajaan sungguh jauh berbeda dengan yang diterimanya ketika dia dipenjara sebagai tawanan.
Pagi itu Pangeran Pranata   sedang duduk sendirian  ditaman istana ketika tiba-tiba datanglah seorang puteri  yang cantik sekali dengan sikapnya yang anggun. Pangeran Pranata  tidak mengenal puteri yang cantik itu namun dia mengira bahwa puteri itu pasti memiliki hubungan yang erat dengan penguasa kerajaan. Ternyata tebakannya tepat. Puteri itu adalah puteri raja yang menawannya. Ketika melihat sang pangeran, sang puteri langsung jatuh cinta. Puteri itu bernama Puteri Sekar Delima.
Hampir setiap hari Puteri Sekar Delima  menjenguk  Pangeran  Pranata   bersama dayang-dayangnya. Bahkan akhirnya  Puteri Sekar Delima  suka mengajak Pangeran  Pranata   berburu dihutan. Namun meskipun Puteri Sekar Delima   sudah berusaha untuk menyenangkan perasaan Pangeran Pranata, namun Pangeran Pranata   belum pernah menunjukan wajah yang gembira.
“Kenapa kau selalu murung?” tegur  Puteri Sekar Delima   suatu saat.
“Kenapa kau tanyakan hal itu?”  Pangeran Pranata   balik bertanya. “Kerajaanku hancur, orangtuaku tewas  sementara aku sendiri ditawan  musuh. Apa lagi yang bisa membuat aku gembiran?”
“Nasib yang telah menentukan bahwa ayahku bermusuhan dengan ayahmu.” Kata Puteri  Sekar Delima  dengan lemah lembut. “Buyutmu dahulu pernah menghancurkan kerajaan buyutku hingga selama berpuluh-puluh tahun kehidupan dikerajaan kami penuh dengan penderitaan hingga akhirnya setelah sekian lama kerajaan kami bisa pulih kembali. Jangan salahkan ayahku bila sekarang ayahku membalas menyerang kerajaan ayahmu. Ayahku sudah terlanjur berjanji kepada kakeknya kalau dia akan membalas sakit hati buyutnya dan akan menghancurkan kerajaan yang dahulu pernah menghancurkan kerajaan buyut kami.”
Pangeran Pranata  tidak memberi komentar. Apalagi ketika dia melihat airmata dimata  puteri Sekar Delima.
“Aku sendiri sangat menyesali dengan keadaan ini. Aku sungguh tak ingin terjadi permusuhan diantara kita.” Kata Puteri Sekar Delima  dengan nada sedih.
Lama kelamaan Pangeran  Pranata  akhirnya bisa menilai bahwa puteri musuhnya ini adalah seorang puteri yang baik hati dan sesungguhnya mencintai perdamaian.  Namun rasa sakit hati yang telah ditimbulkan oleh orangtua sang puteri tak mungkin terhapus begitu saja. Namun meskipun begitu, melihat kebaikan Puteri Sekar Delima   kepadanya, akhirnya hati Pangeran Pranata  luluh juga. Pangeran  Pranata  mulai mau menemani Puteri Sekar Delima dengan senang hati. Mereka berdua banyak melewatkan waktu bersama-sama. Bahkan akhirnya Pangeran Pranata  seakan telah menemukan kegembiraannya kembali. Puteri Sekar Delima  merasa bahagia melihat Pangeran Pranata  telah pulih kembali kegembiraannya.  Lama kelamaan akhirnya sang pangeran jatuh cinta juga kepada sang puteri karena selain cantik dan baik hati, sang puteri itupun kelihatan sungguh-sungguh mencintai dan menyayanginya.
Akhirnya Pangeran Pranata  menikah dengan Puteri  Sekar Delima. Meskipun  pangeran Pranata merasa berdosa karena telah mengkhianati orangtuanya, namun disisi lain dia ingin menebus dosa dengan apa yang telah dilakukan buyutnya dulu kepada buyut  puteri Sekar Delima. Pangeran Pranata  mencoba bersikap bijaksana, tidak mau memperpanjang dendam diantara mereka. Apalagi tak lama kemudian Puteri Sekar Delima  melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat dan lucu. Bukan main bahagianya hati  pangeran Pranata.  Dia merasa bahagia sekali memiliki seorang istri yang baik dan setia dan begitu tulus mencintainya sepenuh hati serta memiliki seorang anak laki-laki yang akan menjadi penerusnya kelak.
Pada suatu hari Pangeran Pranata  sedang bermain-main dengan anaknya di taman istana ketika tiba-tiba seekor merpati hinggap dirumput taman itu. Pada kaki merpati itu Pangeran Pranata  melihat sepucuk surat terbuat dari kulit binatang  yang diikatkan pada kaki merpati itu. Pangeran Pranata  menangkap merpati itu. Dia membentangkan kulit yang berisi tulisan itu. Matanya terbelalak. Sepucuk surat yang ditujukan kepadanya. Ditulis dengan darah. Mendadak dia termenung. Surat itu ditulis oleh Puteri Sukawati, kekasihnya yang sungguh merasa kehilangan dirinya dan telah berusaha mencarinya kemana-mana.
Sekian lamanya aku setia kepadamu, Pangeran Pranata, namun ternyata hanya pengkhianatan sebagai imbalan dari kesetiaanku selama ini.
Hanya kalimat itu yang tertulis dalam selembar kulit itu. Namun hati  pangeran Pranata  mendadak terasa pedih. Dia teringat dengan kesetiaan kekasihnya. Pangeran Pranata  kembali ke istana. Diam-diam dia mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa dan meminta salah seorang pengawalnya untuk menyiapkan kudanya yang terbaik dan bekal secukupnya. Dia nekad akan menemui Puteri  Sukawati  diistananya.
Selama beberapa hari Pangeran  Pranata   menempuh perjalanan tanpa berhenti. Akhirnya tibalah Pangeran Pranata  dikerajaan Puteri  Sukawati. Seorang pengawal menyampaikan kedatangan Pangeran  Pranata  kepada Puteri Sukawati. Tak lama kemudian Puteri  Sukawati  datang menemui Pangeran Pranata. Wajah sang puteri kelihatan murung dan sedih.
“Maafkanlah aku.” Kata Pangeran Pranata. “Keadaan yang membuatku tak bisa lari dari kenyataan ini. Aku ditawan musuh……”
“Bercinta dengan musuhmu sendiri dan menikah dengan dia!” potong Puteri Sukawati  dengan nada ketus. “Sungguh memalukan dan tak punya harga diri sama sekali!”
“Maafkanlah aku.” Kata Pangeran Pranata. “Bukan aku lupa dengan janji setia kita dulu, namun aku tak bisa menghindar dari kenyataan ini.”
Tiba-tiba saja kemarahan Puteri Sukawati  meledak tak terbendung lagi. Puteri Sukawati  tetap tidak mau  menerima kenyataan bahwa kekasihnya menikah dengan puteri lain.  Puteri Sukawati  yang selama ini dikenal oleh Pangeran Pranata  sebagai seorang puteri yang lemah lembut, kini  telah berubah menjadi begitu emosional dan pemarah. Suaranya keras dan meledak-ledak. Setiap kata bagaikan pukulan cambuk yang menyakiti perasaan Pangeran Pranata. Pangeran Pranata dimarahi habis-habisan. Namun Pangeran Pranata  hanya diam saja dicaci maki seperti itu oleh Puteri Sukawati. Ribuan kata-kata yang menusuk dan melukai hati sang pangeran diterimanya dengan perasaan sabar. Pangeran Pranata  tidak membantah atau menyela satu katapun. Dia membiarkan saja Puteri Sukawati  menumpahkan seluruh kemarahannya. Melihat  sang puteri semakin marah dan mencaci makinya, dalam hati Pangeran Pranata  semakin  bersyukur bahwa  dia tidak menikah dengan Puteri Sukawati.
Memang benar, kesetiaan Puteri Sukawati  tak diragukan lagi. Dia benar-benar seorang puteri yang setia.  Namun ternyata tak cukup hanya kesetiaan yang membuat seoang laki-laki akan bertahan mencintainya. Pangeran Pranata  berpikir, seandainya saja dirinya  menikah dengan Puteri Sukawati,  dia yakin tidak akan  sanggup menghadapi sifat Puteri Sukawati  yang ternyata bisa berubah menjadi kasar seperti seekor macan betina dalam sekejap.
Puteri Sukawati  masih terus marah-marah dan mencaci maki ketika Pangeran Pranata  pamitan. Pangeran Pranata  kembali lagi kekerajaan Wanakerta menemui Puteri Sekar Delima. Meskipun menurut sejarah istrinya itu adalah musuh bebuyutannya, namun sekarang dia adalah istri yang sungguh sangat menyayangi, mencintai dan menghormatinya. Dan juga telah memberinya keturunan. Dia tak mau peduli lagi dengan sejarah bebuyutan mereka. Yang diharapkannya adalah membentuk keluarga yang bahagia bersama istrinya yang dicintainya.

--- o ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar