Hujan turun dengan derasnya.
Bunyi halilintar menggelegar bersahut-sahutan memekakkan telinga. Angin bertiup
kencang sehingga pohon-pohon condong diterpa tiupan angin. Bapak dan ibu Amri
berjalan cepat-cepat melintasi kebun bergegas pulang menuju rumah mereka.
Seharian ini mereka sibuk bekerja di kebun
namun ketika akan pulang hujan turun dengan derasnya. Keduanya memegangi
daun pisang untuk melindungi mereka dari guyuran hujan yang deras.
“Toloong! Toloong!!”
Bapak dan ibu Amri
samar-samar mendengar suara berteriak meminta tolong ditengah-tengah suara
guyuran hujan yang deras. Keduanya berhenti melangkah dengan perasaan terkejut.
“Ada yang berteriak meminta
tolong, siapa dia?” Tanya pak Amri.
“Ya, aku juga mendengar
teriakan itu.” Sahut bu Amri. Matanya berkeliling mencari siapa gerangan yang
berteriak meminta tolong. Namun dia tidak melihat siapapun disekitar mereka.
Begitu juga dengan pak Amri. Walaupun dia sudah memperhatikan keadaan
disekitarnya, namun dia tidak melihat ada seorang pun manusia.
“Mungkin kita salah
mendengar.” Kata pak Amri. “Aku tidak melihat siapapun yang berteriak meminta
tolong. Ayo kita segera pulang kerumah.”
Namun baru saja beberapa langkah,
kembali bapak dan ibu Amri mendengar orang berteriak meminta tolong.
“Tolooong! Tolooong!”
“Pak! Pak! Benar, ada yang
berteriak meminta tolong! Ayo kita cari siapa dia.” Kata ibu Amri sambil
menarik tangan pak Amri. Keduanya berusaha mencari sumber suara.
“Tolooong! Oh, tolonglah aku
bapak dan ibu yang baik.”
Sebuah suara yang halus
mengejutkan sepasang petani itu. Mereka melihat seorang gadis kecil yang
besarnya sebesar ibu jari manusia dewasa terduduk diatas rumput yang basah.
Semula bapak dan ibu Amri merasa ketakutan, namun ketika melihat keadaan gadis
mungil itu yang basah kuyup mereka merasa tidak tega. Bapak Amri mengambil
gadis kecil itu dan meletakkannya diatas telapak tangannya. Pada punggung
gadis kecil itu ada sepasang sayap.
Namun rupanya sayap itu basah terkena air hujan sehingga gadis itu tidak bisa
terbang.
“Kenapa denganmu?” Tanya ibu
Amri.
“Aku tergelincir dari atas
daun itu. Sayapku basah sehingga aku tidak bisa terbang mengepakkan sayapku.”
Ujar gadis mungil itu.
“Ikutlah dengan kami pulang
kerumah kami.” Kata pak Amri. Dia merasa iba pada gadis mungil itu. Apalagi
mereka tidak memiliki anak. Dia ingin menjadikan gadis mungil itu sebagai anak
mereka. “Siapakah namamu?”
“Imelda.”
Akhirnya Imelda ikut pulang
kerumah bapak dan ibu Amri. Dirumah sepasang petani itu Imelda beristirahat.
Ibu Amri menyediakan sebuah kamar untuk Imelda. Karena tubuh Imelda sangat
mungil, ibu Amri menaruh sebuah keranjang yang dilapisi selimut tebal sebagai
tempat tidur Imelda. Sekejap saja Imelda sudah tertidur lelap. Sementara itu
bapak dan ibu Amri setelah mandi mereka juga masuk kekamar tidur dan tertidur
lelap. Sementara itu diluar hujan masih turun dengan derasnya.
Menjelang sore bapak dan ibu
Amri bangun. Bukan main herannya ketika diruang makan mereka melihat beragam masakan sudah
tersaji diatas meja makan. Masakan-masakan itu masih hangat mengepul.
“Siapakah yang sudah memasak
semua masakan ini?” Tanya ibu Amri keheranan.
Bapak Amri mencoba mencicipi
sebuah masakah. Lidahnya berdecak nikmat.
“Astaga, bu. Masakan ini
rasanya enak sekali.” Ujar pak Amri. Dia lalu mencicipi semua masakan yang
terhidang diatas meja diikuti oleh ibu Amri. Benar, semua masakan yang
terhidang diatas meja rasanya enak sekali. Tanpa sadar bapak dan ibu Amri
menghabiskan semua masakan yang tersaji diatas meja makan. Pada saat itu
barulah ibu Amri teringat pada Imelda.
“Astaga, aku baru ingat pada
Imelda. Dia pasti kelaparan.” Kata ibu Amri sambil beranjak kekamar Imelda.
Namun dia tidak menemukan gadis mungil itu didalam keranjang.
“Oh, dia sudah pergi, pak.”
Teriak ibu Amri pada suaminya.
“Ada apa, bu? Aku disini.”
Sebuah suara menyapa halus.
Bu Amri menoleh. Dia melihat
Imelda tengah duduk pada jendela. Dia sudah pulih lagi. Bu Amri tersenyum lega.
“Oh, kukira engkau sudah
pergi.” Ujar ibu Amri. “Tinggallah bersama kami. Sudah lama aku dan suamiku
mengharapkan memiliki anak. Dengan kehadiranmu dirumah kami ini akan mengobati
kerinduan kami memiliki anak.”
“Terima kasih ibu dan bapak
yang baik.” Kata Imelda.
Setiap hari Imelda ikut
dengan bapak dan ibu Amri ke kebun. Bila pak Amri tengah membajak sawah, Imelda
terbang sambil bernyanyi sehingga lembu yang membajak sawah merasa gembira dan
bekerja dengan penuh semangat. Bila ibu Amri akan memasak, dengan cekatan
Imelda membantu ibu Amri menyiapkan bekal untuk dibawa kekebun. Namun bila
bapak ibu Amri pulang lagi kerumah, diatas meja makan selalu sudah tersedia
beragam masakan yang enak dan lezat. Akhirnya bapak dan ibu Amri tahu bahwa
Imelda yang telah memasak semua masakan itu. Bukan main gembiranya perasaan
bapak dan ibu Amri dengan kehadiran Imelda dirumah mereka.
Suatu hari ibu Amri
memperhatikan Imelda yang tengah tertidur dengan lelapnya didalam keranjangnya.
Ibu Amri merasa terharu menatap wajah anak angkatnya itu. Alangkah cantiknya
gadis mungil itu. Bu Amri menjulurkan tangannya akan mengelus punggung gadis
mungil itu. Namun mendadak Imelda terbangun dengan perasaan terkejut ketika
merasakan ada sesuatu yang menyentuh punggungnya. Dengan spontan dia mengepakkan
sayapnya akan terbang. Ibu Amri yang merasa kaget tanpa sadar menarik salah
satu sayap dipunggung Imelda sehingga sayap itu menjadi patah dan terlepas dari
punggung Imelda. Keajaiban terjadi. Mendadak Imelda berubah menjadi seperti
gadis biasa. Tubuhnya tinggi dan langsing seperti manusia biasa. Alangkah
cantiknya gadis itu. Ibu Amri terkejut bukan main melihat perubahan itu.
Sementara Imelda ketika melihat apa yang terjadi pada dirinya, memeluk tubuh ibu Amri sambil menangis.
“Ibu, ibu, aku kini sudah
menjadi manusia lagi.” Ucap Imelda.
“Oh, kau sungguh mengejutkan
aku.” Ucap ibu Amri.
“Ibu, aku sebenarnya adalah
seorang puteri raja yang tengah mendapat kutukan. Aku akan berubah menjadi
manusia lagi bila ada orang yang
menyayangiku dengan setulus hati dan
bisa melepaskan sayap itu dari punggungku.” Cerita Imelda. “Kini aku sudah
bebas dari kutukan itu. Aku akan pulang kembali ke istana orangtuaku.”
Esok harinya Imelda pulang
kembali ke istana orangtuanya. Namun tidak lama kemudian Imelda kembali lagi
untuk menjemput bapak dan ibu Amri. Imelda tidak melupakan kebaikan bapak dan
ibu Amri yang telah menyayanginya dan menjadikan dirinya sebagai anak mereka.
Kini setelah Imelda pulang kembali ke istana orangtuanya dia membawa bapak dan
ibu Amri untuk tinggal bersamanya di
istana.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar