Jumat, 10 Mei 2013

Imelda





Hujan turun dengan derasnya. Bunyi halilintar menggelegar bersahut-sahutan memekakkan telinga. Angin bertiup kencang sehingga pohon-pohon condong diterpa tiupan angin. Bapak dan ibu Amri berjalan cepat-cepat melintasi kebun bergegas pulang menuju rumah mereka. Seharian ini mereka sibuk bekerja di kebun  namun ketika akan pulang hujan turun dengan derasnya. Keduanya memegangi daun pisang untuk melindungi mereka dari guyuran hujan yang deras.    
“Toloong! Toloong!!”
Bapak dan ibu Amri samar-samar mendengar suara berteriak meminta tolong ditengah-tengah suara guyuran hujan yang deras. Keduanya berhenti melangkah dengan perasaan  terkejut.
“Ada yang berteriak meminta tolong, siapa dia?” Tanya pak Amri.
“Ya, aku juga mendengar teriakan itu.” Sahut bu Amri. Matanya berkeliling mencari siapa gerangan yang berteriak meminta tolong. Namun dia tidak melihat siapapun disekitar mereka. Begitu juga dengan pak Amri. Walaupun dia sudah memperhatikan keadaan disekitarnya, namun dia tidak melihat ada seorang pun manusia.
“Mungkin kita salah mendengar.” Kata pak Amri. “Aku tidak melihat siapapun yang berteriak meminta tolong. Ayo kita segera pulang kerumah.”
Namun baru saja beberapa langkah, kembali bapak dan ibu Amri mendengar orang berteriak meminta tolong.
“Tolooong! Tolooong!”
“Pak! Pak! Benar, ada yang berteriak meminta tolong! Ayo kita cari siapa dia.” Kata ibu Amri sambil menarik tangan pak Amri. Keduanya berusaha mencari sumber suara.
“Tolooong! Oh, tolonglah aku bapak dan ibu yang baik.”
Sebuah suara yang halus mengejutkan sepasang petani itu. Mereka melihat seorang gadis kecil yang besarnya sebesar ibu jari manusia dewasa terduduk diatas rumput yang basah. Semula bapak dan ibu Amri merasa ketakutan, namun ketika melihat keadaan gadis mungil itu yang basah kuyup mereka merasa tidak tega. Bapak Amri mengambil gadis kecil itu dan meletakkannya diatas telapak tangannya. Pada punggung gadis  kecil itu ada sepasang sayap. Namun rupanya sayap itu basah terkena air hujan sehingga gadis itu tidak bisa terbang.
“Kenapa denganmu?” Tanya ibu Amri.
“Aku tergelincir dari atas daun itu. Sayapku basah sehingga aku tidak bisa terbang mengepakkan sayapku.” Ujar gadis mungil itu.
“Ikutlah dengan kami pulang kerumah kami.” Kata pak Amri. Dia merasa iba pada gadis mungil itu. Apalagi mereka tidak memiliki anak. Dia ingin menjadikan gadis mungil itu sebagai anak mereka. “Siapakah namamu?”
“Imelda.”
Akhirnya Imelda ikut pulang kerumah bapak dan ibu Amri. Dirumah sepasang petani itu Imelda beristirahat. Ibu Amri menyediakan sebuah kamar untuk Imelda. Karena tubuh Imelda sangat mungil, ibu Amri menaruh sebuah keranjang yang dilapisi selimut tebal sebagai tempat tidur Imelda. Sekejap saja Imelda sudah tertidur lelap. Sementara itu bapak dan ibu Amri setelah mandi mereka juga masuk kekamar tidur dan tertidur lelap. Sementara itu diluar hujan masih turun dengan derasnya.
Menjelang sore bapak dan ibu Amri bangun. Bukan main herannya ketika diruang   makan mereka melihat beragam masakan sudah tersaji diatas meja makan. Masakan-masakan itu masih hangat mengepul.
“Siapakah yang sudah memasak semua masakan ini?” Tanya ibu Amri keheranan.
Bapak Amri mencoba mencicipi sebuah masakah. Lidahnya berdecak nikmat.
“Astaga, bu. Masakan ini rasanya enak sekali.” Ujar pak Amri. Dia lalu mencicipi semua masakan yang terhidang diatas meja diikuti oleh ibu Amri. Benar, semua masakan yang terhidang diatas meja rasanya enak sekali. Tanpa sadar bapak dan ibu Amri menghabiskan semua masakan yang tersaji diatas meja makan. Pada saat itu barulah ibu Amri teringat pada Imelda.
“Astaga, aku baru ingat pada Imelda. Dia pasti kelaparan.” Kata ibu Amri sambil beranjak kekamar Imelda. Namun dia tidak menemukan gadis mungil itu didalam keranjang.
“Oh, dia sudah pergi, pak.” Teriak ibu Amri pada suaminya.
“Ada apa, bu? Aku disini.” Sebuah suara menyapa halus.
Bu Amri menoleh. Dia melihat Imelda tengah duduk pada jendela. Dia sudah pulih lagi. Bu Amri tersenyum lega.
“Oh, kukira engkau sudah pergi.” Ujar ibu Amri. “Tinggallah bersama kami. Sudah lama aku dan suamiku mengharapkan memiliki anak. Dengan kehadiranmu dirumah kami ini akan mengobati kerinduan kami memiliki anak.”
“Terima kasih ibu dan bapak yang baik.” Kata Imelda.
Setiap hari Imelda ikut dengan bapak dan ibu Amri ke kebun. Bila pak Amri tengah membajak sawah, Imelda terbang sambil bernyanyi sehingga lembu yang membajak sawah merasa gembira dan bekerja dengan penuh semangat. Bila ibu Amri akan memasak, dengan cekatan Imelda membantu ibu Amri menyiapkan bekal untuk dibawa kekebun. Namun bila bapak ibu Amri pulang lagi kerumah, diatas meja makan selalu sudah tersedia beragam masakan yang enak dan lezat. Akhirnya bapak dan ibu Amri tahu bahwa Imelda yang telah memasak semua masakan itu. Bukan main gembiranya perasaan bapak dan ibu Amri dengan kehadiran Imelda dirumah mereka.
Suatu hari ibu Amri memperhatikan Imelda yang tengah tertidur dengan lelapnya didalam keranjangnya. Ibu Amri merasa terharu menatap wajah anak angkatnya itu. Alangkah cantiknya gadis mungil itu. Bu Amri menjulurkan tangannya akan mengelus punggung gadis mungil itu. Namun mendadak Imelda terbangun dengan perasaan terkejut ketika merasakan ada sesuatu yang menyentuh punggungnya. Dengan spontan dia mengepakkan sayapnya akan terbang. Ibu Amri yang merasa kaget tanpa sadar menarik salah satu sayap dipunggung Imelda sehingga sayap itu menjadi patah dan terlepas dari punggung Imelda. Keajaiban terjadi. Mendadak Imelda berubah menjadi seperti gadis biasa. Tubuhnya tinggi dan langsing seperti manusia biasa. Alangkah cantiknya gadis itu. Ibu Amri terkejut bukan main melihat perubahan itu. Sementara Imelda ketika melihat apa yang terjadi pada dirinya,  memeluk tubuh ibu Amri sambil menangis.
“Ibu, ibu, aku kini sudah menjadi manusia lagi.” Ucap Imelda.
“Oh, kau sungguh mengejutkan aku.” Ucap ibu Amri.
“Ibu, aku sebenarnya adalah seorang puteri raja yang tengah mendapat kutukan. Aku akan berubah menjadi manusia lagi  bila ada orang yang menyayangiku dengan setulus hati  dan bisa melepaskan sayap itu dari punggungku.” Cerita Imelda. “Kini aku sudah bebas dari kutukan itu. Aku akan pulang kembali ke istana orangtuaku.”
Esok harinya Imelda pulang kembali ke istana orangtuanya. Namun tidak lama kemudian Imelda kembali lagi untuk menjemput bapak dan ibu Amri. Imelda tidak melupakan kebaikan bapak dan ibu Amri yang telah menyayanginya dan menjadikan dirinya sebagai anak mereka. Kini setelah Imelda pulang kembali ke istana orangtuanya dia membawa bapak dan ibu Amri untuk  tinggal bersamanya di istana.

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar