Jumat, 10 Mei 2013

Kue Ulang Tahun Tania




Kegembiraan Tania menyambut hari ulang tahunnya hari ini langsung memudar ketika dia melihat hujan sejak pagi seakan tidak berhenti turun dari langit.
“Oh hujan yang baik, berhentilah kau mengucurkan airmu ke bumi.” Tania menatap langit yang mendung dengan perasaan sedih.  “Hari ini hari ulang tahunku. Aku sudah mengundang teman-temanku untuk datang kerumahku. Sekarang mereka pasti enggan datang karena hujan.”
Namun hujan seakan tidak mendengarkan kata-kata Tania. Hujan turun semakin deras. Curah hujan yang deras terdengar gemuruh menimpa genting. Tania berlari masuk kedalam kamarnya. Dia melihat jalan didepan rumahnya seakan kebanjiran, tidak kelihatan lagi permukaan aspal didepannya. Mata Tania terasa panas. Bayangan indah hari ulang tahunnya  menjadi sirna. Tak ada seorang pun dari dua puluh lima teman-temannya yang diundang yang datang kerumahnya.
Tania keluar dari kamarnya menuju meja diruangan tengah dimana kue ulang tahunnya sudah diletakan ibu disana. Dia mengambil kue ulang tahunnya dan membawanya kekamarnya. Dipandanginya kue ulang tahunnya dengan perasaan sedih. Kue itu dipesan ibunya dari toko kue Nyonya Wimpy, toko kue terkenal di kotanya. Kue itu berbentuk bulat dihiasi dengan krim berwarna merah muda dan  krim putih susu. Diatasnya ditaburi kacang dan coklat tabur. Ada  boneka seorang puteri  sebagai hiasannya. Sebuah kue ulang tahun yang indah sekali.
Sekali lagi Tania memandang langit lewat kaca jendela kamarnya. Dia berharap hujan segera berhenti agar teman-temannya bisa datang kerumahnya memenuhi undangannya. Namun tidak kelihatan tanda-tanda bahwa hujan akan segera berhenti. Malah beberapa kali terdengar suara halilintar memecah langit. Dalam keadaan cuaca seperti ini, pasti tidak ada anak yang berani keluar rumah. Dan tidak ada orang tua yang mengijinkan anaknya keluar rumah dalam keadaan cuaca seburuk ini.
“Hari ini aku akan merayakan ulang tahunku sendirian saja.” Pikir Tania sambil memandang kue ulang tahunnya dengan perasaan sedih. “Oh, seandainya saja aku memiliki kawan yang bisa menemani aku menikmati kue ulang tahunku.”
“Selamat ulang tahun, Tania!” Tania menoleh dengan terkejut ketika   tiba-tiba seekor burung dengan bulunya yang basah bertengger pada dahan pohon bunga  yang tumbuh didepan kamarnya.
“Oh, terima kasih.” Tania bangkit berdiri. Dia gembira mendengar ucapan selamat ulang tahun dari burung kecil itu. Dia sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari seekor burung. Dia membuka jendela kamarnya. Angin berhembus kencang masuk kedalam kamarnya.
“Burung yang baik, masuklah kemari! Kaulah temanku yang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.” Kata Tania dengan riang. Kesedihannya terasa berkurang. Matanya berbinar bahagia menatap burung itu. Burung kecil itu terbang masuk kekamar Tania.
“Oh, kamarmu indah sekali, Tania. Kau menyukai warna merah, ya.” Kata burung itu. “Gorden dan karpet dikamarmu ini semuanya berwarna merah.”
Tania tersenyum. “Ya, aku senang dengan warna merah.”
Tania duduk didepan kue ulang tahunnya. “Mari kita nikmati kue ulang tahunku.”
Tania akan memotong  kue dan memberikannya kepada burung itu, namun burung itu mencegahnya.
“Jangan dulu dipotong, Tania!” seru burung itu. “Aku akan pergi dulu sebentar. Nanti aku pasti akan kembali lagi.” Burung itu terbang keluar kamar Tania.
“Oh, kau mau pergi kemana?” seru Tania, ingin mencegah burung itu pergi.
“Sebentar aku pasti kembali lagi kemari.” Seru burung itu.
“Selamat ulang tahun, Tania. Bisakah aku ikut merayakan ulang tahunmu?” sebuah sapaan diluar kamarnya mengejutkan Tania.
Tania melihat seekor kelinci berdiri tegak didepan kamarnya. “Oh, kelinci sahabatku yang baik. Masuklah. Kau bisa melompat kedalam kamarku lewat jendela, bukan?” Tania membuka jendela kamarnya lebih lebar lagi.
Huup. Kelinci itu sekali meloncat langsung masuk kekamar Tania. Kelinci itu menyerahkan sesuatu kepada Tania. “Inilah hadiah ulang tahunmu dariku, Tania.”
Tania menerima hadiah dari kelinci. Oh, kalung yang indah terbuat dari biji kenari. “Hei, indah sekali kalung ini? Darimana kau mendapatkan kalung seindah ini?”
“Aku sendiri yang membuatnya. Aku membuatkan kalung itu untukmu karena kau selalu baik mau bermain-main bersamaku ditepi hutan.”
Tania akan memotong kue ulang tahunnya dan memberikannya kepada kelinci itu. “Mari kita nikmati kue ulang tahunku.”
“Oh, jangan dulu dipotong, Tania!” kata kelinci itu.
“Kenapa? Apakah kau  tidak ingin menikmati kue ulang tahunku?” tanya tania.
“Tunggulah sebentar. Lebih baik kita menikmatinya bersama-sama dengan yang lain. Siapa tahu akan datang lagi temanmu yang lain.”
Wuuus. Tania dan kelinci terkejut bukan main ketika tiba-tiba burung itu masuk kekamar Tania. Dimulutnya menjuntai seuntai kalung mutiara. Burung itu membuka mulutnya dan menjatuhkan kalung mutiara itu ditelapak tangan Tania.
“Inilah hadiah ulang tahunmu dari aku, Tania.” Kata burung itu.
“Oh, terima kasih, burung. Kau sungguh  baik sekali.” Ucap Tania dengan gembira.  Dia senang mendapat hadiah kalung dengan bentuk yang berbeda dari dua sahabatnya ini.
“Nah, sekarang kita mulai menikmati kue ulang tahunku, ya.” Kata Tania. “Aku akan memotongnya untuk kalian. Kita nikmati bersama-sama.”
Mereka bertiga duduk mengelilingi  kue ulang tahun dengan gembira. Namun mendadak tawa riang mereka berhenti ketika sayup-sayup mereka mendengar suara meminta tolong.
“Toloooong! Oh, toloooooong!!!”
“Oh, siapakah yang berteriak meminta tolong?’ tanya Tania sambil berlari menuju jendela. Dia mengedarkan pandangannya mencari-cari siapa yang berteriak meminta tolong. Kelinci melompat keatas meja, burung bertengger pada tepi jendela. Keduanya ikut melihat keluar, ingin mengetahui siapa yang meminta tolong. Diluar  hujan masih turun dengan derasnya. Namun tidak kelihatan ada siapapun diluar.
“Tidak ada siapa-siapa.” Kata Tania. “Tapi siapakah tadi yang berteriak meminta tolong?”
“Hei, lihat! Apa itu yang berayun-ayun disana?” seru burung tiba-tiba.
Sofi dan kelinci melihat pada arah yang ditunjuk burung. Mereka melihat sesuatu berayun-ayun pada ranting sebuah  pohon tidak jauh dari kamar Tania.
“Olala! Itu seekor peri!” seru Tania. “Oh, kasihan sekali. Sebelah sayapnya tersangkut pada ranting pohon itu.  Oh, burung sahabatku yang baik, bisakah engkau menolongnya dan membawanya kemari?’
“Tentu saja.” Sahut burung itu yang langsung terbang menuju kearah peri itu. Dengan susah payah  akhirnya peri itu bisa melepaskan salah satu sayapnya yang tersangkut pada ranting pohon itu dengan dibantu oleh burung. Peri itu lalu duduk pada punggung burung. Dengan gesit burung membawa peri itu terbang kekamar Tania.
“Oh, kasihan! Sayapmu terkoyak sedikit. Biarlah nanti kujahit.”  Tania mengambil jarum dan benang. Lalu dengan hati-hati Tania mulai menjahit sayap peri itu yang terkoyak. Bukan main gembiranya peri kecil itu ketika dia bisa mengepak-ngepakan sayapnya kembali.
“Tunggulah sebentar, aku pergi dulu.” Kata peri kecil itu.
“Hei, kau mau pergi kemana? Jangan pergi dulu! Mari kita nikmati kue ulang tahunku dulu.” Seru Tania.
“Aku pergi sebentar, nanti kembali lagi.” Kata peri itu sambil terbang keluar kamar.
Tidak lama kemudian Peri itu telah kembali lagi. Dia membawa seuntai kalung perak yang indah sekali.
“Tania, inilah hadiah ulang tahunmu dariku. Selamat ulang tahun, Tania.” Kata peri itu.
“Oh, terima kasih. Hari ini aku gembira sekali. Aku mendapat hadiah ulang tahun yang tidak kusangka-sangka. Kalian semua seperti sudah sepakat memberiku hadiah yang sama, kalung. Namun kalung ini semuanya tidak ada yang sama, berbeda-beda. Semuanya indah. Aku merasa senang sekali.” Ujar Tania gembira. “Nah, sekarang marilah  kita menikmati kue ulang tahunku bersama-sama. Aku ingin kegembiraanku hari ini bisa dirasakan juga oleh kalian semua.” Tania memotong-motong kue ulang tahunnya.
“Mengapa kau tidak memasang lilin ulang tahunmu?” tanya peri dengan heran.
“Oh, iya. Aku lupa. Sebentar kuambil dulu, ya.” Tania mengambil lilin ulang tahunnya yang berwarna merah, lalu memasangnya satu-satu pada kue ulang tahunnya. Tania menyalakan lilin-lilin ulang tahunnya. Sambil memandang api yang berkelap-kelip, mereka mulai menyanyikan lagu ulang tahun  bersama-sama dengan gembira. Setelah itu Tania meniup lilinnnya. Semua bertepuk tangan dengan gembira. Setelah itu Tania memotong-motong kue ulang tahunnya dan menikmatinya bersama-sama dengan teman-temannya.

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar