Kenanga dan Cempaka, dua
gadis bersaudara, tinggal pada sebuah pondok kayu di tepi hutan. Pondok itu
sudah tua dan lapuk. Bila hujan turun dengan deras disertai angin ribut, mereka
selalu merasa cemas, hujan dan angin itu akan merobohkan pondok mereka.
Mereka tinggal bersama ibu
mereka yang sudah tua dan tidak bisa berjalan. Ayah mereka sudah lama meninggal
dunia. Kenanga dan Cempaka setiap hari pergi ke hutan mencari kayu bakar. Kayu bakar itu selain untuk kebutuhan mereka
sendiri sehari-hari, sebagiannya lagi
mereka jual ke kota. Dengan uang hasil penjualan kayu bakar itu mereka
mendapatkan uang secukupnya untuk kehidupan mereka sehari-hari.
Kehidupan mereka sangatlah
sederhana namun meskipun begitu mereka bertiga selalu merasa bahagia karena
mereka selalu bersyukur dengan apapun yang mereka peroleh meskipun keadaan mereka serba
terbatas dan sederhana.
Suatu hari Kenanga dan
Cempaka pergi ke hutan seperti biasanya. Cuaca sudah mendung sejak pagi hari.
Langit hitam dan kelabu menunjukan hujan akan segera turun. Namun keduanya
tetap pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar karena kalau mereka tidak mencari
kayu bakar, mereka tidak akan punya uang.
Lagi pula persediaan kayu bakar
untuk kebutuhan mereka sehari-hari pun
tinggal sedikit lagi.
Setelah mencari kayu bakar
sepanjang hari, Kenanga dan Cempaka akan segera pulang karena hari sudah sore.
Namun mendadak saja hujan turun dengan derasnya. Air hujan seakan dicurahkan
dari langit. Angin bertiup dengan kencangnya. Oh, alangkah bingungnya kedua
gadis itu karena mereka tidak bisa segera pulang. Akhirnya mereka memutuskan berteduh pada sebatang
pohon besar dan rindang. Mereka duduk dibawah pohon itu
menunggu hujan reda.
“Kelihatannya hujan akan turun lama sekali.” Kata Kenanga
sambil menengadah, melihat langit yang kelabu.
“Ya.” Sahut Cempaka,
adiknya dengan perasaan resah.
Sambil menunggu hujan
reda, Cempaka mengeluarkan sepotong roti, sisa bekal mereka. Roti itu dibagi dua. Sepotong untuk kakaknya, dan
sepotong lagi untuk dirinya. Namun tiba-tiba dia mendengar suara mencicit yang
keras sekali dari atas pohon. Cempaka mendongak. Dia melihat seekor burung yang
sedang bertengger pada salah satu dahan pohon sambil menatap roti yang sedang
dipegangnya. Burung itu mencicit makin keras
ketika melihat Cempaka melihatnya.
“Oh, mungkin burung itu
lapar dan menginginkan roti ini.” Kata Cempaka.
“Lihat dahan diatasnya.
Oh, rupanya disana sarangnya.” Seru Kenanga. “Lihatlah kepala anak-anak burung
itu. Aduh, kasihan sekali. Mungkin anak-anak burung itu kelaparan dan induknya
tidak bisa mencari makanan untuk mereka karena hari hujan.”
“Kita berikan saja roti
ini kepada burung itu, ya.” Kata Cempaka.
Kenanga mengangguk setuju.
Mereka tidak begitu lapar karena tadi sudah cukup kenyang memakan bekal yang
mereka bawa dari rumah. Lagi pula tadi mereka menemukan beberapa buah hutan
yang manis rasanya dan memakan buah-buah hutan itu. Cempaka mengangsurkan kedua
potong roti itu kepada burung itu.
Burung itu langsung
terbang turun dan menyambar sepotong roti yang diberikan Cempaka. Lalu terbang kembali ke sarangnya. Tidak lama
kemudian burung itu terbang kembali kearah Cempaka dan menyambar potongan roti kedua ditangan cempaka. Burung itu terbang kembali ke sarangnya. Dari bawah
Kenanga dan Cempaka mendengar cicit-cicit burung yang ramai diatas pohon. Oh, rupanya anak-anak burung itu
sedang memakan roti-roti itu. Kenanga dan Cempaka merasa senang karena
anak-anak burung itu sekarang tidak
kelaparan lagi.
Hujan mulai reda. Kenanga
dan Cempaka siap-siap akan pulang.
Mereka mengikat kayu bakar dan menggendongnya diatas punggung mereka dengan sebuah kain tua
yang sudah tidak terpakai lagi. Namun tiba-tiba saja induk burung itu terbang
pada mereka. Indung burung itu bertengger dibahu cempaka. Mulutnya menggigit sesuatu. Tiba-tiba saja
burung itu menjatuhkan sesuatu dari mulutnya keatas telapak tangan Cempaka.
Cempaka dan Kenanga terbelalak. Ditangan Cempaka tergeletak sebuah cincin yang
sangat indah sekali.
“Oh, alangkah indahnya
cincin ini!” seru Kenanga.
“Hei, lihat! Ada cap
kerajaan pada cincin ini!” pekik Cempaka. “Cincin ini pasti milik raja yang
hilang ketika sedang berburu beberapa waktu lalu. Ya, aku masih ingat dengan
berita yang kudengar dari kerajaan tentang cincin raja yang hilang ketika
beliau sedang pergi berburu ke hutan. Kakak, kita harus mengembalikan cincin
ini kepada raja.”
“Ya.” Sahut Kenanga
setuju. “Raja pasti merasa sangat kehilangan cincin ini. Cincin ini pasti
sangat berharga sekali bagi raja.”
Keesokan harinya kedua
gadis itu memberanikan diri pergi ke istana raja untuk menyerahkan cincin yang
mereka dapatkan dari burung itu. Namun ternyata tidak mudah untuk bisa menemui
raja. Kedua gadis yang berpakaian buruk itu diusir dari istana oleh pengawal
istana. Kenanga dan Cempaka memohon kepada pengawal itu agar bisa bertemu
dengan raja sebentar saja karena mereka ingin menyerahkan sesuatu yang penting
kepada raja. Ketika melihat kesungguhan dan kejujuran diwajah kedua gadis itu,
akhirnya pengawal menyampaikan permohonan kedua gadis itu kepada raja. Beruntung
raja bersedia bertemu dengan mereka. Oh, alangkah senangnya Kenanga dan
Cempaka. Mereka masuk kedalam istana dan merasa takjub dengan keindahan didalam
istana. Segalanya begitu megah. Mimpipun mereka belum pernah melihat istana
seindah itu.
Ketika sudah berhadapan
dengan raja, Kenanga dan Cempaka menceritakan pengalaman mereka ketika sedang
mencari kayu bakar di hutan. Kenanga menyerahkan cincin itu kepada raja.
“Oh, benar. Cincin ini
memang milikku yang hilang sebulan lalu ketika aku sedang berburu.” Kata raja.
Oh, alangkah senangnya
hati raja ketika mendapatkan kembali cincin miliknya. Cincin itu sangat berarti
sekali bagi raja karena cincin itu merupakan hadiah dari ayahandanya ketika dirinya dinobatkan
sebagai raja menggantikan ayahandanya.
Raja juga merasa senang
kepada Kenanga dan Cempaka yang rajin bekerja dan sangat menyayangi ibu mereka
yang sudah tua dan tidak bisa berjalan. Kedua gadis itu sangat berbakti kepada
orangtuanya. Ketika Kenanga dan Cempaka akan pulang, raja memberikan hadiah sekantung uang emas
dan sekantung uang perak. Raja juga memerintahkan pengawal istana untuk
mengantarkan kedua gadis itu pulang ke desanya sambil mengirim segerobak penuh berisi makanan dan
pakaian untuk Kenangan, Cempaka dan ibunya.
Oh, bukan main gembiranya Kenanga dan Cempaka mendapatkan hadiah dari
raja. Mereka berdua berkali-kali
membungkukan badan kepada raja sambil mengucapkan terima kasih.
Alangkah terkejutnya
ibunda kedua gadis itu ketika melihat
kedua anak gadisnya pulang dengan membawa banyak hadiah dari raja. Makanan yang dikirim raja untuk mereka cukup
untuk persediaan selama berbulan-bulan. Begitu pula pakaian pemberian raja membuat mereka tidak perlu
lagi mengenakan pakaian compang camping yang selama ini mereka kenakan. Dan
sekantung uang emas dan sekantung uang perak hadiah dari raja, akan dipakai
untuk membangun sebuah rumah, menggantikan pondok mereka yang sudah tua dan
lapuk.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar