Jumat, 10 Mei 2013

KENANGA DAN CEMPAKA




Kenanga dan Cempaka, dua gadis bersaudara, tinggal pada sebuah pondok kayu di tepi hutan. Pondok itu sudah tua dan lapuk. Bila hujan turun dengan deras disertai angin ribut, mereka selalu merasa cemas, hujan dan angin itu akan merobohkan pondok mereka.
Mereka tinggal bersama ibu mereka yang sudah tua dan tidak bisa berjalan. Ayah mereka sudah lama meninggal dunia. Kenanga dan Cempaka setiap hari pergi ke hutan mencari kayu bakar.  Kayu bakar itu selain untuk kebutuhan mereka sendiri sehari-hari, sebagiannya lagi  mereka jual ke kota. Dengan uang hasil penjualan kayu bakar itu mereka mendapatkan uang secukupnya untuk kehidupan mereka sehari-hari.
Kehidupan mereka sangatlah sederhana namun meskipun begitu mereka bertiga selalu merasa bahagia karena mereka selalu bersyukur dengan apapun yang mereka  peroleh meskipun keadaan mereka serba terbatas dan sederhana.
Suatu hari Kenanga dan Cempaka pergi ke hutan seperti biasanya. Cuaca sudah mendung sejak pagi hari. Langit hitam dan kelabu menunjukan hujan akan segera turun. Namun keduanya tetap pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar karena kalau mereka tidak mencari kayu bakar, mereka tidak akan punya uang.  Lagi pula persediaan kayu bakar  untuk kebutuhan mereka sehari-hari pun  tinggal sedikit lagi.
Setelah mencari kayu bakar sepanjang hari, Kenanga dan Cempaka akan segera pulang karena hari sudah sore. Namun mendadak saja hujan turun dengan derasnya. Air hujan seakan dicurahkan dari langit. Angin bertiup dengan kencangnya. Oh, alangkah bingungnya kedua gadis itu karena mereka tidak bisa segera pulang. Akhirnya  mereka memutuskan berteduh pada sebatang pohon besar dan rindang. Mereka duduk dibawah pohon  itu  menunggu hujan reda.
“Kelihatannya  hujan akan turun lama sekali.” Kata Kenanga sambil menengadah, melihat langit yang kelabu.
“Ya.” Sahut Cempaka, adiknya dengan perasaan resah.
Sambil menunggu hujan reda, Cempaka mengeluarkan sepotong roti, sisa bekal mereka. Roti  itu dibagi dua. Sepotong untuk kakaknya, dan sepotong lagi untuk dirinya. Namun tiba-tiba dia mendengar suara mencicit yang keras sekali dari atas pohon. Cempaka mendongak. Dia melihat seekor burung yang sedang bertengger pada salah satu dahan pohon sambil menatap roti yang sedang dipegangnya. Burung itu  mencicit  makin keras  ketika melihat Cempaka melihatnya.
“Oh, mungkin burung itu lapar dan menginginkan roti ini.” Kata Cempaka.
“Lihat dahan diatasnya. Oh, rupanya disana sarangnya.” Seru Kenanga. “Lihatlah kepala anak-anak burung itu. Aduh, kasihan sekali. Mungkin anak-anak burung itu kelaparan dan induknya tidak bisa mencari makanan untuk mereka karena hari hujan.”
“Kita berikan saja roti ini kepada burung itu, ya.” Kata Cempaka.
Kenanga mengangguk setuju. Mereka tidak begitu lapar karena tadi sudah cukup kenyang memakan bekal yang mereka bawa dari rumah. Lagi pula tadi mereka menemukan beberapa buah hutan yang manis rasanya dan memakan buah-buah hutan itu. Cempaka mengangsurkan kedua potong roti itu kepada burung itu.
Burung itu langsung terbang turun dan menyambar sepotong roti yang diberikan Cempaka.  Lalu terbang kembali ke sarangnya. Tidak lama kemudian burung itu terbang kembali kearah Cempaka dan menyambar potongan  roti kedua ditangan cempaka. Burung itu  terbang kembali ke sarangnya. Dari bawah Kenanga dan Cempaka mendengar cicit-cicit burung yang ramai diatas        pohon. Oh, rupanya anak-anak burung itu sedang memakan roti-roti itu. Kenanga dan Cempaka merasa senang karena anak-anak burung itu sekarang tidak  kelaparan lagi.
Hujan mulai reda. Kenanga dan Cempaka  siap-siap akan pulang. Mereka mengikat  kayu bakar  dan menggendongnya  diatas punggung mereka dengan sebuah kain tua yang sudah  tidak terpakai lagi.  Namun tiba-tiba saja induk burung itu terbang pada mereka. Indung burung itu bertengger dibahu cempaka.  Mulutnya menggigit sesuatu. Tiba-tiba saja burung itu menjatuhkan sesuatu dari mulutnya keatas telapak tangan Cempaka. Cempaka dan Kenanga terbelalak. Ditangan Cempaka tergeletak sebuah cincin yang sangat indah sekali.
“Oh, alangkah indahnya cincin ini!” seru Kenanga.
“Hei, lihat! Ada cap kerajaan pada cincin ini!” pekik Cempaka. “Cincin ini pasti milik raja yang hilang ketika sedang berburu beberapa waktu lalu. Ya, aku masih ingat dengan berita yang kudengar dari kerajaan tentang cincin raja yang hilang ketika beliau sedang pergi berburu ke hutan. Kakak, kita harus mengembalikan cincin ini kepada raja.”
“Ya.” Sahut Kenanga setuju. “Raja pasti merasa sangat kehilangan cincin ini. Cincin ini pasti sangat berharga sekali bagi raja.”
Keesokan harinya kedua gadis itu memberanikan diri pergi ke istana raja untuk menyerahkan cincin yang mereka dapatkan dari burung itu. Namun ternyata tidak mudah untuk bisa menemui raja. Kedua gadis yang berpakaian buruk itu diusir dari istana oleh pengawal istana. Kenanga dan Cempaka memohon kepada pengawal itu agar bisa bertemu dengan raja sebentar saja karena mereka ingin menyerahkan sesuatu yang penting kepada raja. Ketika melihat kesungguhan dan kejujuran diwajah kedua gadis itu, akhirnya pengawal menyampaikan permohonan kedua gadis itu kepada raja.  Beruntung  raja bersedia bertemu dengan mereka. Oh, alangkah senangnya Kenanga dan Cempaka. Mereka masuk kedalam istana dan merasa takjub dengan keindahan didalam istana. Segalanya begitu megah. Mimpipun mereka belum pernah melihat istana seindah itu.
Ketika sudah berhadapan dengan raja, Kenanga dan Cempaka menceritakan pengalaman mereka ketika sedang mencari kayu bakar di hutan. Kenanga menyerahkan cincin itu kepada raja.
“Oh, benar. Cincin ini memang milikku yang hilang sebulan lalu ketika aku sedang berburu.” Kata raja.
Oh, alangkah senangnya hati raja ketika mendapatkan kembali cincin miliknya. Cincin itu sangat berarti sekali bagi raja karena cincin itu merupakan hadiah  dari ayahandanya ketika dirinya dinobatkan sebagai raja menggantikan ayahandanya.
Raja juga merasa senang kepada Kenanga dan Cempaka yang rajin bekerja dan sangat menyayangi ibu mereka yang sudah tua dan tidak bisa berjalan. Kedua gadis itu sangat berbakti kepada orangtuanya. Ketika Kenanga dan Cempaka akan pulang,  raja memberikan hadiah sekantung uang emas dan sekantung uang perak. Raja juga memerintahkan pengawal istana untuk mengantarkan kedua gadis itu pulang ke desanya sambil  mengirim segerobak penuh berisi makanan dan pakaian untuk Kenangan, Cempaka dan ibunya.  Oh, bukan main gembiranya Kenanga dan Cempaka mendapatkan hadiah dari raja. Mereka  berdua berkali-kali membungkukan badan kepada raja sambil mengucapkan terima kasih.
Alangkah terkejutnya ibunda  kedua gadis itu ketika melihat kedua anak gadisnya pulang dengan membawa banyak hadiah dari raja.  Makanan yang dikirim raja untuk mereka cukup untuk persediaan selama berbulan-bulan. Begitu pula pakaian  pemberian raja membuat mereka tidak perlu lagi mengenakan pakaian compang camping yang selama ini mereka kenakan. Dan sekantung uang emas dan sekantung uang perak hadiah dari raja, akan dipakai untuk membangun sebuah rumah, menggantikan pondok mereka yang sudah tua dan lapuk.

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar