Jumat, 10 Mei 2013

Gubuk Tua Pak Togi




Pak Togi dan Ibu  Togi tinggal berdua di sebuah gubuk. Mereka tidak memiliki anak. Gubuk yang mereka tinggali sudah tua sekali. Kayu-kayunya banyak  yang sudah lapuk. Kalau hujan deras, lantai gubuk itu dibanjiri air hujan. Atap gubuk itu memang sudah banyak yang bocor.  Pak Togi merasa sedih sekali. Sudah lama ia ingin memperbaiki gubuk tuanya itu. Namun ia tidak punya uang untuk membeli kayu.
Pada suatu hari hujan deras turun. Halilintar menggelegar keras sekali. Sejak sore langit begitu gelap diselimuti awan hitam yang tebal. Semakin malam hujan turun semakin deras. Bapak dan ibu Togi diam di dalam gubuk mereka. Perasaan mereka sangat khawatir. Mereka takut  hujan yang terlalu deras akan meruntuhkan gubuk tua mereka.
Tiba-tiba, di tengah derasnya curah hujan, terdengar bunyi halilintar menggelegar tiga kali. Bunyinya memekakan telinga. Bu Togi memanjatkan do’a.
“Semoga tidak terjadi apa-apa dengan gubuk tua kami.” Gumamnya.
Namun baru saja bu Togi mengatupkan bibirnya, tiba-tiba terdengar suara berderak. Diluar  rumah. Lantas, terdengar bunyi berdebum yang sangat keras dan mengejutkan.  BUMM!!
“Pak! Pak! Apa yang terjadi diluar?” tanya Bu Togi khawatir.
Bu Togi berlari menuju jendela. Berusaha melihat apa yang terjadi diluar. Namun di luar gelap sekali. Ia tidak dapat melihat apapun. Namun Bu Togi merasa yakin, diluar telah terjadi sesuatu.
“Pak, coba lihat! Apa yang terjadi diluar?” pinta Ibu Togi cemas.
“Tenang, Bu. Bapak akan segera keluar.” Sahut Pak Togi dengan suara tenang. Padahal perasaannya  sama khawatirnya dengan Bu Togi. Pak Togi bergegas mengambil lentera untuk menerangi pandangan. Bu Togi mengikuti suaminya dari belakang.
Diluar, mata Pak Togi terbelalak kaget. Pohon besar yang selama ini  tumbuh didekat gubuknya telah tumbang. Batang pohonnya yang besar telah patah disambar petir. Ranting-ranting dan daun-daunnya berserakan memenuhi jalanan dan halaman rumah.
“Astaga! Pohon tua itu tumbang disambar halilintar, Bu!” seru Pak Togi.
“Untunglah pohon itu tidak menimpa gubuk tua kita, Pak.” Kata Bu Togi sambil menangis terisak-isak.
Ibu Togi tak sanggup membayangkan andai pohon itu tumbang menimpa gubuknya. Gubuk yang sudah tua itu pasti akan hancur seketika. Syukurlah, Tuhan Yang Maha Pengasih  melindungi mereka dari musibah.
“Bersyukurlah, Bu. Tuhan melindungi kita.” Kata Pak Togi sabar, menenangkan perasaan Bu Togi. “Bahkan Tuhan memberikan anugerah kepada kita dengan tumbangnya pohon tua ini.”
“Apa, Pak?” Tanya Bu Togi tak mengerti.
Pak Togi  tersenyum sabar.
“Bu, bukankah selama ini kita ingin memperbaiki gubuk kita. Namun kita tidak memiliki uang untuk membeli kayu. Nah, kayu dari pohon tua ini dapat kita gunakan untuk memperbaiki gubuk kita.”
“Oh, ya, ya.” Sahut Bu Togi gembira.
Esok harinya Pak Togi mulai membelah kayu dari pohon tua itu. Dengan kayu dari pohon itu, Pak Togi bisa memperbaiki gubuknya. Sementara ranting-ranting dan sisa-sisa kayu yang sudah tidak terpakai, dijemur hingga kering. Bu Togi menggunakannya sebagai kayu bakar. Pak Togi dan Bu Togi merasa sangat bersyukur dengan karunia yang diberikan Tuhan kepada mereka.

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar