Pak Togi dan Ibu
Togi tinggal berdua di sebuah gubuk. Mereka tidak memiliki anak. Gubuk
yang mereka tinggali sudah tua sekali. Kayu-kayunya banyak yang sudah lapuk. Kalau hujan deras, lantai
gubuk itu dibanjiri air hujan. Atap gubuk itu memang sudah banyak yang
bocor. Pak Togi merasa sedih sekali.
Sudah lama ia ingin memperbaiki gubuk tuanya itu. Namun ia tidak punya uang
untuk membeli kayu.
Pada suatu hari hujan
deras turun. Halilintar menggelegar keras sekali. Sejak sore langit begitu
gelap diselimuti awan hitam yang tebal. Semakin malam hujan turun semakin
deras. Bapak dan ibu Togi diam di dalam gubuk mereka. Perasaan mereka sangat
khawatir. Mereka takut hujan yang
terlalu deras akan meruntuhkan gubuk tua mereka.
Tiba-tiba, di tengah
derasnya curah hujan, terdengar bunyi halilintar menggelegar tiga kali.
Bunyinya memekakan telinga. Bu Togi memanjatkan do’a.
“Semoga tidak terjadi
apa-apa dengan gubuk tua kami.” Gumamnya.
Namun baru saja bu Togi
mengatupkan bibirnya, tiba-tiba terdengar suara berderak. Diluar rumah. Lantas, terdengar bunyi berdebum yang
sangat keras dan mengejutkan. BUMM!!
“Pak! Pak! Apa yang
terjadi diluar?” tanya Bu Togi khawatir.
Bu Togi berlari menuju
jendela. Berusaha melihat apa yang terjadi diluar. Namun di luar gelap sekali.
Ia tidak dapat melihat apapun. Namun Bu Togi merasa yakin, diluar telah terjadi
sesuatu.
“Pak, coba lihat! Apa yang
terjadi diluar?” pinta Ibu Togi cemas.
“Tenang, Bu. Bapak akan
segera keluar.” Sahut Pak Togi dengan suara tenang. Padahal perasaannya sama khawatirnya dengan Bu Togi. Pak Togi
bergegas mengambil lentera untuk menerangi pandangan. Bu Togi mengikuti
suaminya dari belakang.
Diluar, mata Pak Togi
terbelalak kaget. Pohon besar yang selama ini
tumbuh didekat gubuknya telah tumbang. Batang pohonnya yang besar telah
patah disambar petir. Ranting-ranting dan daun-daunnya berserakan memenuhi
jalanan dan halaman rumah.
“Astaga! Pohon tua itu
tumbang disambar halilintar, Bu!” seru Pak Togi.
“Untunglah pohon itu tidak
menimpa gubuk tua kita, Pak.” Kata Bu Togi sambil menangis terisak-isak.
Ibu Togi tak sanggup
membayangkan andai pohon itu tumbang menimpa gubuknya. Gubuk yang sudah tua itu
pasti akan hancur seketika. Syukurlah, Tuhan Yang Maha Pengasih melindungi mereka dari musibah.
“Bersyukurlah, Bu. Tuhan
melindungi kita.” Kata Pak Togi sabar, menenangkan perasaan Bu Togi. “Bahkan
Tuhan memberikan anugerah kepada kita dengan tumbangnya pohon tua ini.”
“Apa, Pak?” Tanya Bu Togi
tak mengerti.
Pak Togi tersenyum sabar.
“Bu, bukankah selama ini
kita ingin memperbaiki gubuk kita. Namun kita tidak memiliki uang untuk membeli
kayu. Nah, kayu dari pohon tua ini dapat kita gunakan untuk memperbaiki gubuk
kita.”
“Oh, ya, ya.” Sahut Bu
Togi gembira.
Esok harinya Pak Togi
mulai membelah kayu dari pohon tua itu. Dengan kayu dari pohon itu, Pak Togi
bisa memperbaiki gubuknya. Sementara ranting-ranting dan sisa-sisa kayu yang
sudah tidak terpakai, dijemur hingga kering. Bu Togi menggunakannya sebagai
kayu bakar. Pak Togi dan Bu Togi merasa sangat bersyukur dengan karunia yang
diberikan Tuhan kepada mereka.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar