Puteri Yasmin seorang
puteri yang cantik jelita. Puteri Yasmin sudah cukup usia untuk menikah namun
dia belum juga menunjukan tanda-tanda ingin segera menikah padahal kedua adik
perempuannya sudah lebih dahulu menikah.
Raja dan permaisuri merasa
sedih sekali karena Puteri Yasmin adalah puteri sulung mereka yang kelak
diharapkan akan menggantikan kedudukan ayahandanya sebagai ratu dinegerinya
karena raja tidak memiliki anak laki-laki. Sebagai calon ratu, tentunya Puteri
Yasmin sangat diharapkan sekali segera
memiliki seorang suami yang akan mendampinginya kelak dalam melaksanakan
tugasnya sebagai ratu.
Rupanya tanpa
sepengetahuan kedua orangtuanya, Puteri Yasmin ternyata memiliki sebuah cermin
ajaib. Cermin ajaib itu merupakan hadiah dari Ratu Peri pada hari ulang tahun
Puteri Yasmin yang ketujuhbelas.
Ratu Peri merasa senang
kepada Puteri Yasmin karena selama ini Puteri Yasmin selalu melakukan perbuatan
baik. Puteri Yasmin sangat senang menolong orang dan sangat murah hati. Ratu
Peri sangat menyayangi Puteri Yasmin dan berharap suatu saat nanti Puteri
Yasmin akan menikah dengan seorang pangeran yang baik hati pula seperti
dirinya. Cermin ajaib itu akan membantu
sang puteri dalam menilai seorang pangeran
yang menyukainya. Apalah pangeran itu seorang pangeran yang baik hati
atau tidak.
Pada suatu hari datanglah
seorang pangeran yang merupakan putera sahabat ayahanda Puteri Yasmin. Namanya
Pangeran Arvan. Ketika melihat Puteri
Yasmin, Pangeran Arvan langsung jatuh cinta. Dia ingin melamar Puteri Yasmin.
Namun seperti kepada
pangeran-pangeran lainnya, kepada Pangeran Arvan pun, puteri Yasmin melihat kedalam cermin ajaibnya
untuk melihat tingkah laku sang pangeran. Melihat tingkah lakunya, sang pangeran memang kelihatan baik hati.
Namun itu belum cukup. Puteri Yasmin ingin menguji pula kepandaian sang
pangeran.
Puteri Yasmin meminta kepada sang pangeran untuk
menyembunyikan tiga buah benda miliknya. Bila ketiga benda yang disembunyikan
itu berhasil ditebak oleh Puteri Yasmin, berarti sang pangeran telah gagal
menyuntingnya.
Ketika pagi itu Pangeran
Arvan menemui Puteri Yasmin di taman istana, Puteri Yasmin meminta Pangeran
Arvan untuk menyembunyikan cincinnya. Sang pangeran menyanggupinya sambil
tersenyum.
Keesokan harinya, sang
puteri tersenyum ketika Pangeran Arvan menemuinya.
“Cincinku kau sembunyikan
didalam lemari dikamar yang kau tempati. Alangkah mudahnya menemukan cincin itu
kembali.” Ujar sang puteri.
Lalu sang puteri
menyerahkan kalung yang sedang dikenakannya dan meminta sang pangeran untuk
menyembunyikan benda miliknya untuk yang kedua kalinya.
Esoknya, sang puteri
kembali tersenyum menyambut kedatangan Pangeran Arvan.
“Kalungku kau gantungkan
dibalik cermin yang ada dikamarmu.” Kata
Puteri Yasmin. “Bila sekali lagi kau gagal menyembunyikan benda milikku, dengan
sangat menyesal hubungan kita hanya sebagai teman saja.”
“Oh, tidak apa-apa.” Sahut
Pangeran Arvan sambil tersenyum sabar.
“Aku tetap merasa senang sekali meskipun hanya bersahabat denganmu.”
Oh, tentu saja Pangeran
Arvan berdusta. Dia tidak hanya ingin
sekedar bersahabat dengan Puteri Yasmin. Sang pangeran sudah jatuh cinta pada
Puteri Yasmin dan ingin mempersuntingnya menjadi isterinya.
Puteri Yasmin menyerahkan
gelangnya yang indah bertaburan berlian dan mutiara kepada Pangeran Arvan.
“Gelang ini adalah benda
terakhir milikku yang harus kau sembunyikan.” Ujar Puteri Yasmin.
Sang pangeran menerima
gelang itu. Dikamarnya, dia
termenung sekian lamanya,
memikirkan dimanakah dia harus menyembunyikan gelang itu. Tiba-tiba didengarnya
suara seseorang yang meminta tolong. Pangeran Arvan mencari suara itu. Dia
menengadah. Dilihatnya peri kecil
tersangkut disela-sela teralis besi jendela kamar yang tinggi dan besar.
Oh, kasihan sekali peri
kecil itu. Dia terperangkap disela-sela teralis besi jendela. Rupanya
disela-sela teralis besi itu dipenuhi
dengan sarang laba-laba sehingga sayap peri yang halus itu terjerat oleh sarang
laba-laba. Dengan hati-hati sekali, Pangeran Arvan berusaha
melepaskan sang peri dari jeratan sarang laba-laba.
“Oh, terima kasih pangeran
yang tampan dan baik hati.” Kata peri itu dengan lega. “Sekarang aku sudah bisa
terbang kembali.”
Sang pangeran hanya
mengangguk dan kembali duduk termenung memikirkan dimanakah dia harus
menyembunyikan gelang sang puteri agar tidak berhasil diketahui oleh sang
puteri. Ini adalah kesempatan terakhir. Dia tidak ingin menyia-nyiakan
kesempatan ini. Dia harus berhasil menyembunyikan gelang ini dan membuat sang
puteri gagal menemukan dimanakah gelangnya disembunyikannya.
“Apa yang kau pikirkan,
pangeran?” tanya sang peri ketika melihat wajah sang pangeran yang murung dan
seakan sedang berpikir keras.
Sang pangeran menceritakan
kesulitannya.
Peri itu tersenyum setelah
Pangeran Arvan selesai bercerita. “Kau seorang pangeran yang baik hati dan suka
menolong orang yang sedang mendapatkan kesusahan. Karena kebaikan hatimu dan kau sudah
menolongku, aku pun akan menolongmu keluar dari kesulitanmu. Berikanlah gelang itu kepadaku. Jangan banyak pikiran.
Tenang saja. Malam ini kau bisa tidur dengan nyenyak. Bermimpilah menikah
dengan Puteri Yasmin dan semoga mimpimu nanti akan menjadi kenyataan.”
Dengan perasaan ragu
Pangeran Arvan menyerahkan gelang milik Puteri Yasmin kepada peri itu.
Keesokan harinya Pangeran
Arvan menemui Puteri Yasmin di taman istana. Sang Puteri sedang duduk
menunggunya. Namun Puteri Yasmin tidak tersenyum seperti biasanya ketika
melihat kedatangan Pangeran Arvan.
Sebaliknya Pangeran Arvan
tersenyum bahagia menatap sang puteri. Tadi malam tidurnya nyeyak
sekali. Bahkan dia bermimpi yang indah bersama dengan Puteri Yasmin.
“Aku menyerah kalah.” Kata
Puteri Yasmin menyambut kedatangan Pangeran Arvan. “sampai tadi pagi aku tidak
berhasil mengetahui dimana kau sembunyikan gelangku.”
Pangeran Arvan tersenyum
senang. “Berarti kau kalah.” Katanya dengan gembira.
Puteri Yasmin tersenyum
melihat kegembiraan diwajah Pangeran Arvan. Dia juga merasa senang karena
akhirnya dia bertemu dengan seorang pangeran yang baik hati dan suka menolong
orang. Puteri Yasmin terus menerus memperhatikan tingkah laku sang pangeran
melalui cermin ajaibnya. Puteri juga mengetahui ketika sang pangeran menolong
seorang peri melepaskan diri dari jeratan sarang laba-laba. Namun sayang, dia
tidak tahu apa yang menjadi percakapan diantara sang pangeran dan peri itu
karena cermin ajaibnya tidak bisa menangkap pembicaraan. Yang lebih aneh lagi,
ketika Puteri Yasmin sedang
memperhatikan cermin ajaibnya, mendadak peri itu mengepakan sayapnya dengan keras. Pada saat
itu pula mendadak cerminnya menjadi gelap gulita sehingga Puteri Yasmin tidak bisa melihat lebih lanjut apa yang terjadi antara sang pangeran dengan
peri itu.
Pesta pernikahan Puteri
Yasmin dan Pangeran Arvan berlangsung dengan meriah selama tujuh hari tujuh
malam. Raja dan permaisuri merasa bahagia sekali karena sekarang Puteri Yasmin
sudah menikah dengan seorang pangeran
yang tampan dan baik hati.
Sebulan setelah
pernikahannya, barulah Puteri Yasmin mengetahui dimana gelangnya disembunyikan.
Oh, rupanya peri itu telah menyulap gelang miliknya menjadi hiasan rambut yang
indah sekali. Lucunya, Puteri Yasmin tidak mengetahui kalau gelangnya yang indah bertaburan berlian dan mutiara
yang telah disulap peri itu menjadi hiasan rambut, ternyata hiasan rambut
itu dipakainya setiap hari. Puteri
Yasmin tidak mengetahui hal itu karena setiap hari yang menata rambutnya dan
memasang perhiasan dikepalanya adalah dayang-dayangnya.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar