Jumat, 10 Mei 2013

Azzam, Pemelihara Kuda




Azzam meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai seorang pemelihara kuda. Dia tinggal disebuah desa yang tenang dan hijau. Setiap hari dia sibuk bekerja dipadang penggembalaan kuda mengurus puluhan kuda-kudanya. Banyak pembeli yang datang ke penggembalaan kudanya dan membeli kuda-kudanya. Kuda-kuda dipenggembalaan Azzam merupakan kuda-kuda pilihan dan bagus-bagus.
Suatu hari ketika  Azzam sedang sibuk mengurus kuda-kudanya dipadang  penggembalaan kuda, datanglah seorang pemuda tampan yang gagah. Pemuda itu memperhatikan kuda-kuda yang tengah digembalakan Azzam. Lalu pemuda itu mendekati Azzam dan menunjuk seekor kuda jantan yang gagah dan masih muda. Kuda itu badannya lebih tinggi dari kuda-kuda lainnya. Dia kelihatan langsing tapi kuat. Bulunya berwarna cokelat tua yang kelihatan mengkilap terkena sinar matahari.
“Aku menginginkan kuda itu. kuda itu kelihatannya sangat kuat dan cocok untukku.” Kata pemuda gagah  itu.
Azzam menggelengkan kepalanya. “Jangan, tuan.” Katanya. “Pilihlah kuda lain saja, jangan kuda itu. Masih banyak kuda-kuda lain yang bisa tuan pilih. Semuanya bagus-bagus dan gagah-gagah. Cocok untuk tuan. Kuda itu  adalah kuda milik orang lain.”
“Aku menginginkan kuda itu. Kuda itu kuda yang cocok buat aku. Aku akan membayarmu dengan harga yang tinggi.” Kata pemuda itu bersikeras.
“Aku tetap tidak akan menjual kuda itu walaupun tuan memberikan harga yang tinggi.” Azzam juga tetap bersikeras tidak mau menjual kuda itu kepada pemuda itu.
“Kenapa?” Pemuda itu menatap Azzam heran.
“Sudah saya katakan tadi bahwa kuda itu milik orang lain. Kuda itu adalah milik seorang pangeran. Dia putera raja. Raja telah  berpesan kepada ayahku agar memelihara  induknya dengan sebaik-baiknya, lalu ayahku menitipkan pesan agar aku menjaga anak kuda itu dengan sebaik-baiknya hingga pangeran datang mengambil kuda itu.”
“Siapakah pangeran itu?” tanya pemuda itu dengan tenang.
“Dia adalah pangeran Sam, putera raja negeri ini. Aku yakin suatu saat dia akan datang kemari mengambil kuda ini.”
Pemuda itu tertawa. “Aku akan memberimu dua kantung emas tapi serahkan kuda itu kepadaku.”
“Tidak, tuan. Walaupun tuan memberikan saya sepuluh karung emas sekalipun namun saya tetap tidak akan menjual kuda itu kepada tuan. Saya sudah mendapatkan pesan  dari ayah saya agar saya memelihara kuda itu dengan sebaik-baiknya. Lagi pula kuda itu tidak akan mau ditunggangi oleh siapapun kecuali oleh pemiliknya, pangeran Sam.”
“Benarkah?” Pemuda itu tersenyum.
“Ya, benar tuan. Sudah banyak orang yang berusaha menunggangi kuda itu namun semuanya dilemparkan ke atas tanah.”
“Apakah aku boleh mencobanya?”
“Jangan tuan, nanti tubuh tuan akan dibanting keatas tanah dan hancur.” Cegah Azzam.
Namun pemuda itu tidak memperdulikan ucapan Azzam. Dia mengambil tali dan membuat jerat pada ujungnya lalu dilemparkan ke leher kuda itu. Jeratnya  tepat masuk ke leher kuda itu. Pemuda itu menariknya dengan kencang. Kuda itu berdiri tegap namun pemuda itu berhasil sedikit demi sedikit menarik kuda itu kedekatnya. Dan ketika kuda itu sudah dekat, pemuda itu melompat keatas kuda. Kuda itu meringkik keras, kedua kaki depannya terangkat tinggi. Namun pemuda itu tetap duduk tegak diatas kuda itu sambil memegang tali pengikat kuda erat-erat. Tidak lama kuda itu berdiri dengan tenang. Dia seakan senang pemuda itu duduk diatasnya.
Azzam terpana melihatnya. Dia hampir tidak percaya bahwa ada orang yang bisa menduduki kuda itu tanpa dilemparkan ke tanah oleh kuda itu. Selama dia mengurus kuda yang satu ini, sudah sering orang datang ingin membeli kuda itu namun setiap kali ada orang yang duduk diatasnya, kuda itu langsung marah dan melemparkan orang itu keatas tanah. Namun kali ini kuda itu kelihatan berbeda. Kuda itu tetap tenang dan membiarkan pemuda itu duduk diatasnya seakan senang pemuda itu menungganginya.  
Pemuda itu tersenyum  pada Azzam. Dia duduk tenang diatas kuda itu. “Siapakah namamu?” tanya pemuda itu.
“Azzam, tuan.”
“Azzam, engkau sahabatku yang baik.” Kata pemuda itu. “Kau sudah memelihara kudaku dengan sebaik-baiknya. Dan engkau sangat patuh dan setia. Akulah pangeran Sam yang kau maksud. Raja adalah ayahku dan aku tahu kepada paman Ruben, ayahmu yang lama bekerja sebagai pemelihara kuda milik kerajaan. Kau sudah susah payah memelihara dan menjaga kudaku, sekarang katakanlah berapa harganya kuda ini. Aku akan membayarnya agar kuda ini sah menjadi milikku.”
Mata Azzam berkaca-kaca. Dia merasa terharu karena akhirnya pangeran Sam, putera mahkota, datang mengambil kudanya yang selama ini selalu dipelihara dan dijaga dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pesan ayahnya. Dia merasa lega karena dia sudah memelihara kuda itu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pesan ayahnya. Kini pemiliknya, pangeran Sam, telah datang mengambil kuda itu. Dan kuda itu juga ternyata sudah mengenal tuannya yang datang untuk mengambilnya.
“Aku tidak menjual kuda itu, pangeran.” Kata Azzam. “Aku tidak memasang harga bagi kuda  yang satu ini. Kuda ini adalah milik tuan sejak dia baru dilahirkan. Induknya adalah kuda milik raja yang dititipkan pada ayahku untuk dipelihara. Kini anak kuda  itu  adalah milih tuanku.”
Kuda itu lalu diberi kekang dan pelana. Dengan gembira Sam menungganginya, lalu dia kembali pulang ke istana. Sam menemui ayahnya dan menceritakan pertemuannya dengan Azzam  kepada ayahnya. Sam juga  memperlihatkan kuda itu kepada ayahnya. Ayahnya gembira melihat anak kuda itu. Induk kuda itu dulu adalah tunggangannya ketika dirinya masih muda dan sering berkelana. Lalu induk kuda itu dititipkan pada ayah Azzam dan berpesan agar memelihara induk kuda itu dengan sebaik-baiknya.  Kini anak kuda itu menjadi tunggangan anaknya, Sam.
Sementara itu, sejak pertemuan antara Sam dan Azzam, sejak saat itulah  terjalinlah persahabatan antara mereka berdua.  Azzam tetap menjadi seorang pemelihara kuda. Kuda-kudanya banyak dicari dan dibeli orang karena merupakan kuda-kuda terbaik. Ketika Sam sudah diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya,  Sam tetap sering mengunjungi Azzam dipadang penggembalaan kudanya. Demikian pula dengan Azzam, dia sering mendapat undangan dari raja Sam untuk datang ke istana.  Persahabatan mereka terjalin sampai masa tua mereka.  

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar