Azzam meneruskan pekerjaan ayahnya
sebagai seorang pemelihara kuda. Dia tinggal disebuah desa yang tenang dan
hijau. Setiap hari dia sibuk bekerja dipadang penggembalaan kuda mengurus
puluhan kuda-kudanya. Banyak pembeli yang datang ke penggembalaan kudanya dan
membeli kuda-kudanya. Kuda-kuda dipenggembalaan Azzam merupakan kuda-kuda
pilihan dan bagus-bagus.
Suatu hari ketika Azzam sedang sibuk mengurus kuda-kudanya
dipadang penggembalaan kuda, datanglah
seorang pemuda tampan yang gagah. Pemuda itu memperhatikan kuda-kuda yang
tengah digembalakan Azzam. Lalu pemuda itu mendekati Azzam dan menunjuk seekor
kuda jantan yang gagah dan masih muda. Kuda itu badannya lebih tinggi dari
kuda-kuda lainnya. Dia kelihatan langsing tapi kuat. Bulunya berwarna cokelat
tua yang kelihatan mengkilap terkena sinar matahari.
“Aku menginginkan kuda
itu. kuda itu kelihatannya sangat kuat dan cocok untukku.” Kata pemuda gagah itu.
Azzam menggelengkan
kepalanya. “Jangan, tuan.” Katanya. “Pilihlah kuda lain saja, jangan kuda itu.
Masih banyak kuda-kuda lain yang bisa tuan pilih. Semuanya bagus-bagus dan
gagah-gagah. Cocok untuk tuan. Kuda itu adalah kuda milik orang lain.”
“Aku menginginkan kuda
itu. Kuda itu kuda yang cocok buat aku. Aku akan membayarmu dengan harga yang
tinggi.” Kata pemuda itu bersikeras.
“Aku tetap tidak akan
menjual kuda itu walaupun tuan memberikan harga yang tinggi.” Azzam juga tetap
bersikeras tidak mau menjual kuda itu kepada pemuda itu.
“Kenapa?” Pemuda itu
menatap Azzam heran.
“Sudah saya katakan tadi
bahwa kuda itu milik orang lain. Kuda itu adalah milik seorang pangeran. Dia
putera raja. Raja telah berpesan kepada
ayahku agar memelihara induknya dengan
sebaik-baiknya, lalu ayahku menitipkan pesan agar aku menjaga anak kuda itu
dengan sebaik-baiknya hingga pangeran datang mengambil kuda itu.”
“Siapakah pangeran itu?”
tanya pemuda itu dengan tenang.
“Dia adalah pangeran Sam,
putera raja negeri ini. Aku yakin suatu saat dia akan datang kemari mengambil
kuda ini.”
Pemuda itu tertawa. “Aku akan
memberimu dua kantung emas tapi serahkan kuda itu kepadaku.”
“Tidak, tuan. Walaupun
tuan memberikan saya sepuluh karung emas sekalipun namun saya tetap tidak akan
menjual kuda itu kepada tuan. Saya sudah mendapatkan pesan dari ayah saya agar saya memelihara kuda itu
dengan sebaik-baiknya. Lagi pula kuda itu tidak akan mau ditunggangi oleh
siapapun kecuali oleh pemiliknya, pangeran Sam.”
“Benarkah?” Pemuda itu
tersenyum.
“Ya, benar tuan. Sudah
banyak orang yang berusaha menunggangi kuda itu namun semuanya dilemparkan ke
atas tanah.”
“Apakah aku boleh
mencobanya?”
“Jangan tuan, nanti tubuh
tuan akan dibanting keatas tanah dan hancur.” Cegah Azzam.
Namun pemuda itu tidak
memperdulikan ucapan Azzam. Dia mengambil tali dan membuat jerat pada ujungnya
lalu dilemparkan ke leher kuda itu. Jeratnya
tepat masuk ke leher kuda itu. Pemuda itu menariknya dengan kencang.
Kuda itu berdiri tegap namun pemuda itu berhasil sedikit demi sedikit menarik
kuda itu kedekatnya. Dan ketika kuda itu sudah dekat, pemuda itu melompat
keatas kuda. Kuda itu meringkik keras, kedua kaki depannya terangkat tinggi.
Namun pemuda itu tetap duduk tegak diatas kuda itu sambil memegang tali
pengikat kuda erat-erat. Tidak lama kuda itu berdiri dengan tenang. Dia seakan
senang pemuda itu duduk diatasnya.
Azzam terpana melihatnya. Dia
hampir tidak percaya bahwa ada orang yang bisa menduduki kuda itu tanpa
dilemparkan ke tanah oleh kuda itu. Selama dia mengurus kuda yang satu ini,
sudah sering orang datang ingin membeli kuda itu namun setiap kali ada orang
yang duduk diatasnya, kuda itu langsung marah dan melemparkan orang itu keatas
tanah. Namun kali ini kuda itu kelihatan berbeda. Kuda itu tetap tenang dan
membiarkan pemuda itu duduk diatasnya seakan senang pemuda itu menungganginya.
Pemuda itu tersenyum pada Azzam. Dia duduk tenang diatas kuda itu. “Siapakah
namamu?” tanya pemuda itu.
“Azzam, tuan.”
“Azzam, engkau sahabatku
yang baik.” Kata pemuda itu. “Kau sudah memelihara kudaku dengan
sebaik-baiknya. Dan engkau sangat patuh dan setia. Akulah pangeran Sam yang kau
maksud. Raja adalah ayahku dan aku tahu kepada paman Ruben, ayahmu yang lama
bekerja sebagai pemelihara kuda milik kerajaan. Kau sudah susah payah
memelihara dan menjaga kudaku, sekarang katakanlah berapa harganya kuda ini. Aku
akan membayarnya agar kuda ini sah menjadi milikku.”
Mata Azzam berkaca-kaca.
Dia merasa terharu karena akhirnya pangeran Sam, putera mahkota, datang
mengambil kudanya yang selama ini selalu dipelihara dan dijaga dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan pesan ayahnya. Dia merasa lega karena dia sudah
memelihara kuda itu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pesan ayahnya. Kini
pemiliknya, pangeran Sam, telah datang mengambil kuda itu. Dan kuda itu juga
ternyata sudah mengenal tuannya yang datang untuk mengambilnya.
“Aku tidak menjual kuda
itu, pangeran.” Kata Azzam. “Aku tidak memasang harga bagi kuda yang satu ini. Kuda ini adalah milik tuan
sejak dia baru dilahirkan. Induknya adalah kuda milik raja yang dititipkan pada
ayahku untuk dipelihara. Kini anak kuda
itu adalah milih tuanku.”
Kuda itu lalu diberi
kekang dan pelana. Dengan gembira Sam menungganginya, lalu dia kembali pulang
ke istana. Sam menemui ayahnya dan menceritakan pertemuannya dengan Azzam kepada ayahnya. Sam juga memperlihatkan kuda itu kepada ayahnya. Ayahnya
gembira melihat anak kuda itu. Induk kuda itu dulu adalah tunggangannya ketika
dirinya masih muda dan sering berkelana. Lalu induk kuda itu dititipkan pada
ayah Azzam dan berpesan agar memelihara induk kuda itu dengan sebaik-baiknya. Kini anak kuda itu menjadi tunggangan
anaknya, Sam.
Sementara itu, sejak pertemuan
antara Sam dan Azzam, sejak saat itulah terjalinlah persahabatan antara mereka berdua.
Azzam tetap menjadi seorang pemelihara
kuda. Kuda-kudanya banyak dicari dan dibeli orang karena merupakan kuda-kuda
terbaik. Ketika Sam sudah diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya, Sam tetap sering mengunjungi Azzam dipadang
penggembalaan kudanya. Demikian pula dengan Azzam, dia sering mendapat undangan
dari raja Sam untuk datang ke istana. Persahabatan mereka terjalin sampai masa tua
mereka.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar