Matahari pagi bersinar cerah. Udara terasa segar. Pangeran Attar membuka
jendela kamarnya dan memandang keluar jendela pada taman diluar kamarnya.
Fahrani tengah berada ditaman bunga,
memetik bunga-bunga dan menaruhnya kedalam keranjang bunga. Rambutnya yang
hitam panjang, tertutup kerudung tipis warna jingga. Seakan merasa ada yang
tengah memperhatikannya, Fahrani menoleh
dan tersenyum lembut ketika melihat pangeran Attar tengah berdiri dibalik
jendela tengah memperhatikannya. Pangeran Attar membalas senyuman Fahrani.
Aku tidak mungkin memenuhi keinginan orangtuaku yang ingin menikahkah
aku dengan puteri Dillani, pikir pangeran Attar. Aku sudah jatuh cinta pada Fahrani.
Dialah wanita impianku. Pangeran Attar tahu, ayahnya, Raja Saladin, ingin
menikahkah dirinya dengan puteri Dillani, puteri raja Fadelin. Namun hingga
saat ini dia belum mengetahui wajah puteri Dillani walaupun ibunya sering
menyebut nama puteri itu kepadanya dan berulang kali mengatakan bahwa ayahnya
ingin dirinya menikah dengan puteri Dillani. Attar belum memberikan jawaban. Dia masih enggan berterus terang bahwa dia sudah jatuh
cinta pad Fahrani, puteri pangeran Fahmi. Pangeran Fahmi saudara sepupu ayahnya
dan menjabat sebagai kepala pengawal raja.
Pangeran Attar keluar dari kamarnya dan menemui Fahrani yang masih
memetik bunga ditaman.
“Selamat pagi, Fahrani.” Sapa pangeran Attar.
Fahrani menoleh, dan tersenyum ketika melihat kedatangan pangeran Attar.
“Selamat pagi, pangeran.” Sahut Fahrani.
“Pagi ini kau cantik sekali, Fahrani, aku ingin berjalan-jalan
denganmu.”
“Kalau pangeran ingin berjalan-jalan, tentu dengan senang hati saya
bersedia menemani.”
“Baiklah Fahrani, kau mau ikut berburu kelinci denganku dihutan?”
“Berburu kelinci? Past menyenangkan sekali berburu kelinci bersamamu.
Tentu aku ikut denganmu, pangeran. Tunggu aku mau ganti pakaian dulu dengan
pakaian berburu.”
“Baiklah, sejam lagi aku tunggu kamu di dekat istal kuda. Aku menunggumu
disana.” Kata Attar.
Fahrani mengangguk dan bergegas pergi sambil membawa keranjang bunganya
yang telah penuh terisi bunga.
Attar pergi ke istal kuda. Dia menyuruh Milham, pegawai yang mengurus
kuda, memasangkan pelana dan tali pada dua buah kuda yang akan dipakainya
berburu kelinci ke hutan bersama dengan Fahrani. Sementara itu salah seorang
pelayan, Ulfa, yang mengetahui pangeran Attar dan Fahrani akan pergi berburu
bersama, bergegas menemui ibunda ratu akan memberitahukan hal itu.
Bukan main marahnya ibunda ratu ketika mendengar laporan pangeran Attar
dan Fahrani akan pergi berburu bersama. Ibunda ratu sudah mengetahui selama ini
pangeran Attar sering menjumpai Fahrani.
Bukan main marahnya ibunda ratu karena percintaan itu
akan menghalangi dilangsungkannya perkawinan pangeran Attar dengan
puteri Dillani.
“Hubungan Attar dengan Fahrani harus segera diputuskan. Jangan sampai
percintaan mereka akan menghalangi rencana perkawinan Attar dengan puteri
Dillani.” Kata ibunda ratu. Dia menatap Ulfa. “Panggil Milham kemari.”
Ulfa bergegas memanggil Milham. Ketika Milham telah datang menghadap,
ibunda ratu berbisik pada Milham. Milham mengangguk dan bergegas pergi untuk
melaksanakan perintah ibunda ratu.
Udara yang cerah dan suasana hati yang bahagia membuat pangeran Attar kelihatan bahagia. Dia
sudah duduk diatas kudanya ketika Fahrani datang dengan mengenakan pakaian
berburu, lengkap dengan sepatu panjangnya hingga ke lutut. Bukan main cantiknya
gadis itu dengan pakaian berburunya sehingga membuat pangeran Attar semakin
terpikat kepadanya.
“Ayo kita berangkat sekarang.” Kata Attar.
Milham datang menuntun kuda yang akan ditunggani Fahrani. Dengan cekatan
Fahrani menaiki punggung kuda. Attar lalu memacu kudanya meninggalkan istal
kuda. Attar tidak merasa
khawatir dengan Fahrani. Fahrani pasti akan bisa menyusulnya karena
selama ini Fahrani pun sudah sering berlatih menunggang kuda. Namun mendadak
Attar menahan kudanya, dia mendengar suara kuda meringkik keras. Attar menoleh.
Bukan main terkejutnya ketika dia melihat kuda yang ditunggani Fahrani mengamuk
dan meloncat-loncat dengan liar. Fahrani berusaha menenenangkan kudanya dengan
memegang tali kendali kuart-kuat. Namun kuda itu tetap memberontak dan
melompat-lompat dengan liarnya. Attar memekik kaget ketika Fahrani terlempar
dari punggung kuda dan kepalanya lebih dulu jatuh menimpa tanah. Bergegas
Attar turun dari kudanya dan memburu
Fahrani. Dia berjongkok dan memeluk Fahrani. Namun Fahrani sudah meninggal.
Attar berteriak kaget. Dia menangis sedih mendapati kekasihnya sudah meninggal.
Sejak kematian Fahrani Attar berubah menjadi pemurung. Belakangan dia
mendapatkan berita bahwa punggung kuda yang ditumpangi Fahrani terluka. Dibawah
pelana kuda, ada yang menaruh potongan kaleng sehingga ketika Fahrani menunggangi
kuda itu, kuda itu kesakitan dan memberontak ketika potongan kaleng itu menusuk
dan melukai punggungnya. Attar tahu Fahrani sengaja dibunuh dengan cara seperti
itu. Attar merasa marah dan kecewa ada yang tega membunuh kekasihnya. Malam itu diam-diam Attar mengeluarkan
kudanya dan bergegas pergi meninggalkan istana ayahnya. Dia ingin pergi jauh
meninggalkan istana ayahnya yang membuatnya selalu terkenang kepada Fahrani.
Sementara itu di istana ayahnya,
puteri Dillani tengah termenung
sendirian dengan perasaan sedih. Dia telah mengetahui bahwa pangeran Attar yang
akan dinikahkan dengannya telah pergi meninggalkan istana ayahnya. Attar pergi
setelah kekasihnya meninggal. Attar tidak mencintaiku, pikir puteri Dillani
dengan perasaan sedih. Ternyata Attar sudah memiliki kekasih sebelum
orangtuanya menjodohkannya dengannya. Dan kini Attar sangat kehilangan ketika
kekasihnya meninggal. Attar pergi meninggalkan istana ayahnya karena sedih
dengan kematian kekasihnya. Puteri Dillani menjadi sedih dan diapun lalu diam-diam meninggalkan istana orangtuanya pula. Puteri
Dillani menuju istana pangeran Fahreza,
adik sepupu ayahnya, untuk menenangkan pikirannya. Apalagi disana ada puteri
Shella, sepupunya yang bisa menghibur perasaannya.
Sementara itu dalam pengembaraannya
pangeran Attar tiba di istana pangeran Fahreza, sahabat ayahnya. Pangeran Fahreza menyambut
kedatangan Attar dengan gembira.
“Attar, sudah lama sekali kita tidak pernah bertemu.” Sambut pangeran
Fahreza. “Bagaimana kabar orangtuamu?”
“Kabar mereka berdua baik. Namun saya pergi meninggalkan istana ayahanda
tanpa memberitahu terlebih dahulu kepergian saya ini.” Ujar Attar.
“Oh, kenapa? Apakah engkau bertengkar dengan ayahmu?” tanya pangeran
Fahreza.
“Tidak. Bukan karena saya bertengkar dengan ayahanda, namun karena
kekasih saya meninggal.” Sahut Attar. Lalu Attar menceritakan kisah
percintaannya dengan Fahrani dan rencana perjodohan yang diinginkan orangtuanya
antara dirinya dengan salah puteri sahabat ayahnya yang hingga kini belum
pernah dilihatnya.
“Kalau begitu kau boleh tinggal untuk sementara di istanaku ini
hingga pikiranmu tenang kembali dan kau
bisa memikirkan apa rencanamu selanjutnya setelah kematian kekasihmu itu.” kata
pangeran Fahreza bijak.
Attar mengucapkan terima kasih. Pada saat itu Shella datang dan melihat
Attar. Attar dan Shella sejak dulu sudah berteman akrab seperti halnya kedua
orangtua mereka.
“Hallo, Attar. Senang kau berkunjung kemari. Ayo aku kenalkan kau pada
seorang gadis cantik. Kau pasti jatuh cinta kepadanya.” Kata Shella sambil
tersenyum menggoda Attar. Shella menarik tangan Attar. Namun Attar menahan
tarikan tangan Shella. Dia menolak diajak pergi oleh Shella.
“Tidak. Aku tidak ingin bertemu dengan
gadis manapun.” Sahut Attar serius.
“Shella, pergilah. Percuma kau menggoda Attar pada saat ini.” Kata
pangeran Fahreza menegur puterinya. “Attar masih sedih. Dia baru saja
kehilangan kekasihnya yang sangat dicintainya.”
“Oh, maafkan aku.” Sahut Shella. “Aku tidak tahu kau baru saja patah
hati ditinggal kekasihmu tercinta.”
“Sudahlah, aku tidak mau kau goda aku seperti itu.” sahut Attar.
“Sekarang kau beristirahat saja dulu, Attar. Nanti bila pikiranmu sudah
tenang, kita berbincang-bincang lagi.” Kata pangeran Fahreza.
Attar segera masuk kekamar yang disediakan untuknya. Dia membaringkan
tubuhnya. Wajah Fahrani yang cantik membayang dipelupuk matanya. Attar
memejamkan matanya dengan perasaan sedih. Dia teringat kenangan-kenangan
manisnya ketika Fahrani masih hidup. Hampir setiap pagi dia melihat Fahrani
dari balik jendela kamarnya tengah memetik bunga-bunga ditaman bunga. Mendadak
Attar bangun dan membuka jendela kamar. Udara yang segar masuk kedalam kamar.
Attar berdiri disana sambil melamun. Seorang gadis dengan kerudung jingga
tengah berjalan-jalan ditaman. Attar mendadak terpaku. Dia pasti salah lihat.
Gadis itu wajahnya mirip sekali dengan Fahrani.
Fahrani, bisik Attar seakan tak percaya. Namun didalam hatinya dia yakin
bahwa tidak mungkin Fahrani hidup lagi. Namun wajah gadis ditaman itu sangat
mirip sekali dengan Fahrani. Siapakah dia? Pikir Attar. Sementara itu Dillani
sedang berjalan-jalan sendirian ditaman bunga. Ketika menoleh kearah kamar yang
ditempati Attar, bukan main terkejutnya ketika melihat Attar tengah berdiri
disana sambil memperhatikannya. Attar, pikir Dillani. Dillani sudah mengetahui
dari Shella bahwa Attar datang berkunjung dan menginap di istana pangeran
Fahreza. Namun Dillani terlanjur sakit hati karena Attar sudah menolak rencana
perjodohan mereka dan ternyata Attar pun sudah memiliki kekasih walaupun kini kekasihnya itu sudah meninggal. Ketika
Dillani melihat Attar tengah memperhatikannya, bergegas Dillani pergi.
Sementara itu Attar masih
termenung ditempatnya. Siapakah gadis itu? Pikir Attar. Wajahnya serupa
benar dengan Fahrani kekasihku. Attar keluar dari kamarnya. Dilihatnya Shella
tengah melintas didepan kamarnya.
“Shella.” Tegur Attar.
Shella berhenti dan menatap Attar.
“Aku mau bertanya kepadamu.” Kata
Attar sambil tersenyum malu.
“Oh, aku sekarang mau pergi
bersama saudaraku. Lebih baik kau masuk lagi kekamarmu dan mengenangkan kekasihmu yang sudah meninggal itu.” Kata
Shella, lalu bergegas pergi meninggalkan Attar.
Terpaksa Attar masuk lagi kedalam kamarnya. Shella pasti tersinggung
oleh aku ketika dia ingin mengenalkan aku dengan seseorang, pikir Attar mencoba
memahami sikap Shella yang mendadak berubah kepadanya, tidak ramah seperti
biasanya. Attar mendengar suara kuda diluar kamarnya. Dia memburu jendela.
Dilihatnya Shella bersama dengan gadis
yang tadi dilihatnya yang wajahnya sangat mirip dengan Fahrani. Kedua gadis itu
sudah duduk diatas kuda dan tertawa-tawa gembira, lalu mereka berdua memacu
kuda masing-masing dan pergi keluar melalui gerbang istana. Mau pergi kemanakah
mereka berdua? Pikir Attar. Kelihatannya kedua gadis itu sangat gembira sekali.
Mendadak Attar merasa sedih. Dia merasa ditinggalkan sendirian. Hidupnya terasa
sunyi dan sepi dan tidak gembira lagi. Dia merasa sendirian, tidak ada siapapun
yang menemaninya.
Sore hari Attar mendengar suara derap kaki kuda memasuki halaman istana.
Attar bangkit dan melihat dari balik jendela. Shella dan gadis itu sudah
kembali. Rupanya mereka baru pulang berburu. Mereka membawa beberapa ekor kelinci hasil buruan mereka yang tergantung dipunggung
kuda mereka.
Malam harinya Shella mengetuk
pintu kamar Attar. “Attar, ayo ikut
makan sate kelinci.” Ajak Shella. Sikapnya sekarang ramah kembali.
Bukan main senangnya perasaan Attar Shella sudah ramah lagi kepadanya.
“Ayo.” Sahut Attar senang.
Acara memanggang sate itu dihalaman belakang istana. Ketika Attar
kesana, dia melihat gadis itu sudah ada disana sedang duduk sendirian sambil
memperhatikan pegawai yang tengah memanggang sate kelinci.
“Shella, siapakah gadis itu?” tanya Attar malu-malu.
“Dia saudara sepupuku. Jangan kau ganggu dia. Lebih baik kau kenang
terus kekasihmu yang sudah meninggal itu.” Shella.
“Shella, aku memang sangat mencintai Fahrani, namun dia sudah meninggal
dan aku tak mungkin mengharapkan dia hidup lagi.” Kata Attar agak marah karena
kesal Shella selalu mengganggunya dengan menyebut-nyebut terus kekasihnya yang
sudah meninggal dunia.
Shella menatap Attar. Dia melihat mata Attar berkaca-kaca. “Attar,
maafkan aku. Aku tahu kamu benar-benar sangat kehilanganmu kekasihmu yang telah
meninggal itu, namun kemarin niatku
sebenarnya baik padamu, aku tidak ingin
engkau terus menerus tenggelam dalam kesedihanmu dan terus menerus mengenangmu
kekasihmu yang telah meninggal itu.”
“Aku juga minta maaf bila kemarin aku menolak niat baikmu itu yang ingin
memperkenalkan aku kepada seseorang.” Sahut Attar. Dia menoleh melihat pada
Dillani yang masih duduk ditempatnya. “Apakah gadis itu yang kau maksud?”
“Ya.”
“Siapakah namanya?”
“Dillani.”
“Dillani?” seru Attar terkejut. “Apakah dia Dillani puteri raja Fadelin?”
“Ya. Kau sudah kenal dengannya?”
“Belum. Namun ibuku sering menyebut namanya padaku…..” sahut Attar
dengan perasaan bingung. Baru sekarang dia melihat puteri yang ingin dijodohkan
oleh orangtuanya dengannya. Ternyata wajah Dillani sangat mirip sekali dengan
Fahrani. Attar sudah jatuh cinta pada Dillani sejak pertama melihatnya ketika
Dillani berada ditaman bunga tadi pagi.
“Shella, tolong kenalkan aku dengannya.” Pinta Attar walaupun dengan
perasaan malu.
Shella menggeleng. “Maaf, Attar. Aku tidak bisa mengenalkanmu dengan
Dillani. Dillani sudah bilang padaku, dia tidak mau dikenalkan denganmu ketika
dihari kedatanganmu kemarin kau sudah menolak tidak mau dikenalkan dengan
seseorang. Dillani sudah terlanjur kecewa dan sedih dengan sikapmu kemarin yang
menolaknya berkenalan denganmu.”
Attar tidak bisa berbuat apa-apa. Dia akhirnya hanya duduk sendirian
ditempat terpisah sambil memakan sate dan
memandangi Dillani dan Shella yang nampak gembira makan sate sambil
bercakap-cakap berdua. Malam semakin larut, Shela dan Dillani masih asyik
berduaan, setelah kenyang makan sate kelinci mereka tetap duduk ditempatnya
sambil bercakap-cakap dengan gembira. Namun mendadak semuanya terperanjat.
“Celaka!” seru salah seorang pengawal yang berlari-lari memasuki halaman
belakang. “Ada musuh yang menyerang istana!”
Keadaan mendadak menjadi kacau balau. Pangeran Fahreza memanggil Attar.
“Attar, bantulah kami menghadapi musuh.”
“Baik.” Sahut Attar sigap.
Attar bergegas mengambil senjata dan memimpin tentara istana menghadapi
musuh. Dalam sekejap mata tanpa diduga musuh dengan segenap balatentaranya
menyerbu masuk menyerang membabi buta. Tentara istana berserabutan mengambil
senjata dan berusaha bertempur mati-matian menghadapi musuh dengan dipimpin
oleh pangeran Attar. Setelah bertempur mati-matian, akhirnya musuh yang
menyerang secara mendadak itu berhasil dikalahkan dan dipukul mundur. Subuh
sudah mulai menjelang ketika musuh berhasil dihalau dari ista€na pangeran
Fahreza. Bukan main gembira dan leganya pangeran Fahreza ketika musuh sudah berhasil dikalahkan dan diusir.
“Nanti malam mari kita selenggarakan pesta untuk merayakan kemenangan
ini, Attar.” Kata pangeran Fahreza.
Malam itu diistana pangerah Fahreza dirayakan pesta kemenangan. Akan tetapi dalam pesta
itu, Attar tidak melihat puteri Dillani.
Attar berkeliling istana mencari
Dillani namun dia tidak berhasil menemukan puteri yang dicarinya itu.
“Kemana Dillani?” tanya Attar pada Shella yang tengah duduk sendirian.
“Dia sudah pergi. Dia pergi secara diam-diam. Hanya meninggalkan sepucuk
surat untukku yang mengabarkan bahwa dia pergi.” Sahut Shella dengan wajah
sedih.
Bukan main kecewanya perasaan Attar. Dia sudah jatuh cinta pad Dillani
namun kini Dillani telah meninggalkan istana pangeran Fahreza. Attar merasa
sangat sedih. Malam itu juga diam-diam
Attar juga pergi meninggalkan istana pangeran Fahreza dan berusaha mencari puteri Dillani.
Cukup jauh Attar melarikan kudanya. Istana pangeran Fahreza sudah jauh.
Matahari pagi baru menyingsing ketika Attar memacu kudanya melintasi sebuah
perbukitan yang hijau dan sejuk yang dikelilingi dengan pohon-pohon cemara.
Udara pagi terasa dingin dan segar. Mendadak Attar terpaku diatas kudanya.
Tidak jauh dari tempatnya, dia melihat Dillani
tengah berjongkok ditepi sungai
berair jernih. Dillani tengah
membersihkan mukanya. Attar memacu kudanya mendekati Dillani.
“Dillani….” Panggil Attar. Dia segera turun dari atas kudanya dan berdiri dibelakang Dillani memanggil puteri
itu.
Dillani menoleh. Dia terkejut melihat Attar berdiri dibelakangnya.
“Attar….” Sahut Dillani. Dia berdiri. Keduanya bertatapan.
“Dillani, maafkan aku bila aku punya kesalahan padamu.” Ujar Attar.
Dillani menatap Attar tanpa bicara apapun.
“Dillani, aku tidak menolak rencana perjodohan oleh orangtua kita. Maafkan
aku bila hal itu menyinggung perasaanmu.”
“Attar, kau sudah memiliki kekasih. Dan kau sangat kehilangan kekasihmu
yang telah meninggal itu.” sahut Dillani dengan suara pelan.
“Ya, memang aku sangat mencintai Fahrani.” Sahut Attar. “Namun sekarang
Fahrani sudah meninggal dunia. Dan aku sekarang bertemu denganmu. Aku
mencintaimu, Dillani, sejak aku
pertama kali melihatmu tengah berada ditaman bunga di istana pangeran Fahreza.”
“Shella bilang kau tidak mau berkenalan denganku.” Ucap Dillani.
“Maafkan aku, Dillani. Aku saat itu baru datang dan pikiranku tengah
kacau. Aku tidak bermaksud menolak berkenalan denganmu. Apalagi bila aku tahu
puteri yang dimaksud oleh Shella adalah
dirimu, puteri Dillani yang sudah lama sekali ingin dijodohkan oleh orangtua kita.”
Ujar pangeran Attar.
Akhirnya puteri Dillani tersenyum. Senyuman pertama pada pangeran Attar
sejak mereka bertemu. Attar membalas senyuman puteri itu dengan perasaan
bahagia.
Pangeran Attar membawa puteri Dillani pulang ke istana
ayahnya, Raja Fadelin. Bukan main bahagianya perasaan Raja Fadelin ketika
melihat puterinya telah pulang kembali. Dan yang lebih membahagiakan lagi,
puteri Dillani pulang bersama dengan pangeran Attar. Raja Fadelin segera mengirim
utusan ke istana Raja Saladin mengabarkan bahwa pangeran Attar sekarang tengah
berada diistananya. Bukan main senangnya Raja Saladin dan ibunda ratu mendapat
kabar bahwa pangeran Attar ada di istana raja Fadelin dalam keadaan selamat.
Sejak kepergian pangeran Attar secara diam-diam meninggalkan istana ayahnya,
Raja Saladin dan ibunda ratu sangat merisaukan keselamatan puteranya.
Berbulan-bulan lamanya pangeran Attar pergi meninggalkan istana ayahnya dan
kini telah ada kabar bahwa pangeran Attar berada di istana Raja Fadelin.
Kebahagiaan mereka semakin bertambah setelah mendapat kabar lain dari Raja
Fadelin bahwa pangeran Attar akan segera melangsungkan pernikahannya dengan
puteri Dillani.
Tidak lama kemudian pesta perkawinan puteri Dillani dan pangeran Attar
berlangsung dengan sangat meriah. Pangeran Attar hidup bahagia bersama dengan
puteri Dillani yang sangat dicintainya. Pangeran Attar seakan mendapatkan kembali Fahrani yang wajahnya
sangat mirip dengan puteri Dillani.
---
0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar