Minggu, 12 Mei 2013

PANGERAN ATTAR DAN PUTERI DILLANI





Matahari pagi bersinar cerah. Udara terasa segar. Pangeran Attar membuka jendela kamarnya dan memandang keluar jendela pada taman diluar kamarnya. Fahrani  tengah berada ditaman bunga, memetik bunga-bunga dan menaruhnya kedalam keranjang bunga. Rambutnya yang hitam panjang, tertutup kerudung tipis warna jingga. Seakan merasa ada yang tengah memperhatikannya, Fahrani  menoleh dan tersenyum lembut ketika melihat pangeran Attar tengah berdiri dibalik jendela tengah memperhatikannya. Pangeran Attar membalas senyuman Fahrani.
Aku tidak mungkin memenuhi keinginan orangtuaku yang ingin menikahkah aku dengan puteri Dillani, pikir pangeran Attar. Aku sudah jatuh cinta pada Fahrani. Dialah wanita impianku. Pangeran Attar tahu, ayahnya, Raja Saladin, ingin menikahkah dirinya dengan puteri Dillani, puteri raja Fadelin. Namun hingga saat ini dia belum mengetahui wajah puteri Dillani walaupun ibunya sering menyebut nama puteri itu kepadanya dan berulang kali mengatakan bahwa ayahnya ingin dirinya menikah dengan puteri Dillani. Attar  belum memberikan jawaban. Dia masih  enggan berterus terang bahwa dia sudah jatuh cinta pad Fahrani, puteri pangeran Fahmi. Pangeran Fahmi saudara sepupu ayahnya dan menjabat sebagai kepala pengawal raja. 
Pangeran Attar keluar dari kamarnya dan menemui Fahrani yang masih memetik bunga ditaman.
“Selamat pagi, Fahrani.” Sapa pangeran Attar.
Fahrani menoleh, dan tersenyum ketika melihat kedatangan pangeran Attar. “Selamat pagi, pangeran.” Sahut Fahrani.
“Pagi ini kau cantik sekali, Fahrani, aku ingin berjalan-jalan denganmu.”
“Kalau pangeran ingin berjalan-jalan, tentu dengan senang hati saya bersedia menemani.”
“Baiklah Fahrani, kau mau ikut berburu kelinci denganku dihutan?”
“Berburu kelinci? Past menyenangkan sekali berburu kelinci bersamamu. Tentu aku ikut denganmu, pangeran. Tunggu aku mau ganti pakaian dulu dengan pakaian berburu.”
“Baiklah, sejam lagi aku tunggu kamu di dekat istal kuda. Aku menunggumu disana.” Kata Attar.
Fahrani mengangguk dan bergegas pergi sambil membawa keranjang bunganya yang telah penuh terisi bunga.
Attar pergi ke istal kuda. Dia menyuruh Milham, pegawai yang mengurus kuda, memasangkan pelana dan tali pada dua buah kuda yang akan dipakainya berburu kelinci ke hutan bersama dengan Fahrani. Sementara itu salah seorang pelayan, Ulfa, yang mengetahui pangeran Attar dan Fahrani akan pergi berburu bersama, bergegas menemui ibunda ratu akan memberitahukan hal itu.
Bukan main marahnya ibunda ratu ketika mendengar laporan pangeran Attar dan Fahrani akan pergi berburu bersama. Ibunda ratu sudah mengetahui selama ini pangeran Attar sering menjumpai Fahrani.  Bukan main marahnya ibunda ratu karena percintaan  itu  akan menghalangi dilangsungkannya perkawinan pangeran Attar dengan puteri Dillani.
“Hubungan Attar dengan Fahrani harus segera diputuskan. Jangan sampai percintaan mereka akan menghalangi rencana perkawinan Attar dengan puteri Dillani.” Kata ibunda ratu. Dia menatap Ulfa. “Panggil Milham kemari.”
Ulfa bergegas memanggil Milham. Ketika Milham telah datang menghadap, ibunda ratu berbisik pada Milham. Milham mengangguk dan bergegas pergi untuk melaksanakan perintah ibunda ratu.
Udara yang cerah dan suasana hati yang bahagia  membuat pangeran Attar kelihatan bahagia. Dia sudah duduk diatas kudanya ketika Fahrani datang dengan mengenakan pakaian berburu, lengkap dengan sepatu panjangnya hingga ke lutut. Bukan main cantiknya gadis itu dengan pakaian berburunya sehingga membuat pangeran Attar semakin terpikat kepadanya.
“Ayo kita berangkat sekarang.” Kata Attar.
Milham datang menuntun kuda yang akan ditunggani Fahrani. Dengan cekatan Fahrani menaiki punggung kuda. Attar lalu memacu kudanya meninggalkan istal kuda.  Attar  tidak merasa  khawatir dengan Fahrani. Fahrani pasti akan bisa menyusulnya karena selama ini Fahrani pun sudah sering berlatih menunggang kuda. Namun mendadak Attar menahan kudanya, dia mendengar suara kuda meringkik keras. Attar menoleh. Bukan main terkejutnya ketika dia melihat kuda yang ditunggani Fahrani mengamuk dan meloncat-loncat dengan liar. Fahrani berusaha menenenangkan kudanya dengan memegang tali kendali kuart-kuat. Namun kuda itu tetap memberontak dan melompat-lompat dengan liarnya. Attar memekik kaget ketika Fahrani terlempar dari punggung kuda dan kepalanya lebih dulu jatuh menimpa tanah. Bergegas Attar  turun dari kudanya dan memburu Fahrani. Dia berjongkok dan memeluk Fahrani. Namun Fahrani sudah meninggal. Attar berteriak kaget. Dia menangis sedih mendapati kekasihnya sudah meninggal.
Sejak kematian Fahrani Attar berubah menjadi pemurung. Belakangan dia mendapatkan berita bahwa punggung kuda yang ditumpangi Fahrani terluka. Dibawah pelana kuda, ada yang menaruh potongan kaleng sehingga ketika Fahrani menunggangi kuda itu, kuda itu kesakitan dan memberontak ketika potongan kaleng itu menusuk dan melukai punggungnya. Attar tahu Fahrani sengaja dibunuh dengan cara seperti itu. Attar merasa marah dan kecewa ada yang tega membunuh kekasihnya.  Malam itu diam-diam Attar mengeluarkan kudanya dan bergegas pergi meninggalkan istana ayahnya. Dia ingin pergi jauh meninggalkan istana ayahnya yang membuatnya selalu terkenang kepada Fahrani.
Sementara itu di istana ayahnya,  puteri Dillani  tengah termenung sendirian dengan perasaan sedih. Dia telah mengetahui bahwa pangeran Attar yang akan dinikahkan dengannya telah pergi meninggalkan istana ayahnya. Attar pergi setelah kekasihnya meninggal. Attar tidak mencintaiku, pikir puteri Dillani dengan perasaan sedih. Ternyata Attar sudah memiliki kekasih sebelum orangtuanya menjodohkannya dengannya. Dan kini Attar sangat kehilangan ketika kekasihnya meninggal. Attar pergi meninggalkan istana ayahnya karena sedih dengan kematian kekasihnya. Puteri Dillani menjadi sedih  dan diapun lalu diam-diam  meninggalkan istana orangtuanya pula. Puteri Dillani menuju istana  pangeran Fahreza, adik sepupu ayahnya, untuk menenangkan pikirannya. Apalagi disana ada puteri Shella, sepupunya yang bisa menghibur perasaannya.
Sementara itu dalam pengembaraannya  pangeran Attar tiba di istana pangeran Fahreza, sahabat  ayahnya. Pangeran Fahreza menyambut kedatangan Attar dengan gembira.
“Attar, sudah lama sekali kita tidak pernah bertemu.” Sambut pangeran Fahreza. “Bagaimana kabar orangtuamu?”
“Kabar mereka berdua baik. Namun saya pergi meninggalkan istana ayahanda tanpa memberitahu terlebih dahulu kepergian saya ini.” Ujar Attar.
“Oh, kenapa? Apakah engkau bertengkar dengan ayahmu?” tanya pangeran Fahreza.
“Tidak. Bukan karena saya bertengkar dengan ayahanda, namun karena kekasih saya meninggal.” Sahut Attar. Lalu Attar menceritakan kisah percintaannya dengan Fahrani dan rencana perjodohan yang diinginkan orangtuanya antara dirinya dengan salah puteri sahabat ayahnya yang hingga kini belum pernah dilihatnya.
“Kalau begitu kau boleh tinggal untuk sementara di istanaku ini hingga  pikiranmu tenang kembali dan kau bisa memikirkan apa rencanamu selanjutnya setelah kematian kekasihmu itu.” kata pangeran Fahreza bijak.
Attar mengucapkan terima kasih. Pada saat itu Shella datang dan melihat Attar. Attar dan Shella sejak dulu sudah berteman akrab seperti halnya kedua orangtua mereka.
“Hallo, Attar. Senang kau berkunjung kemari. Ayo aku kenalkan kau pada seorang gadis cantik. Kau pasti jatuh cinta kepadanya.” Kata Shella sambil tersenyum menggoda Attar. Shella menarik tangan Attar. Namun Attar menahan tarikan tangan Shella. Dia menolak diajak pergi oleh Shella.
“Tidak. Aku tidak ingin bertemu dengan  gadis manapun.” Sahut Attar serius.
“Shella, pergilah. Percuma kau menggoda Attar pada saat ini.” Kata pangeran Fahreza menegur puterinya. “Attar masih sedih. Dia baru saja kehilangan kekasihnya yang sangat dicintainya.”
“Oh, maafkan aku.” Sahut Shella. “Aku tidak tahu kau baru saja patah hati ditinggal kekasihmu tercinta.”
“Sudahlah, aku tidak mau kau goda aku seperti itu.” sahut Attar.
“Sekarang kau beristirahat saja dulu, Attar. Nanti bila pikiranmu sudah tenang, kita berbincang-bincang lagi.” Kata pangeran Fahreza.
Attar segera masuk kekamar yang disediakan untuknya. Dia membaringkan tubuhnya. Wajah Fahrani yang cantik membayang dipelupuk matanya. Attar memejamkan matanya dengan perasaan sedih. Dia teringat kenangan-kenangan manisnya ketika Fahrani masih hidup. Hampir setiap pagi dia melihat Fahrani dari balik jendela kamarnya tengah memetik bunga-bunga ditaman bunga. Mendadak Attar bangun dan membuka jendela kamar. Udara yang segar masuk kedalam kamar. Attar berdiri disana sambil melamun. Seorang gadis dengan kerudung jingga tengah berjalan-jalan ditaman. Attar mendadak terpaku. Dia pasti salah lihat. Gadis itu wajahnya mirip sekali dengan Fahrani.
Fahrani, bisik Attar seakan tak percaya. Namun didalam hatinya dia yakin bahwa tidak mungkin Fahrani hidup lagi. Namun wajah gadis ditaman itu sangat mirip sekali dengan Fahrani. Siapakah dia? Pikir Attar. Sementara itu Dillani sedang berjalan-jalan sendirian ditaman bunga. Ketika menoleh kearah kamar yang ditempati Attar, bukan main terkejutnya ketika melihat Attar tengah berdiri disana sambil memperhatikannya. Attar, pikir Dillani. Dillani sudah mengetahui dari Shella bahwa Attar datang berkunjung dan menginap di istana pangeran Fahreza. Namun Dillani terlanjur sakit hati karena Attar sudah menolak rencana perjodohan mereka dan ternyata Attar pun sudah memiliki kekasih walaupun  kini kekasihnya itu sudah meninggal. Ketika Dillani melihat Attar tengah memperhatikannya, bergegas Dillani pergi.
Sementara itu Attar masih  termenung ditempatnya. Siapakah gadis itu? Pikir Attar. Wajahnya serupa benar dengan Fahrani kekasihku. Attar keluar dari kamarnya. Dilihatnya Shella tengah melintas didepan kamarnya.
“Shella.” Tegur Attar.
Shella berhenti dan menatap Attar.
 “Aku mau bertanya kepadamu.” Kata Attar sambil tersenyum malu.
“Oh, aku sekarang  mau pergi bersama saudaraku. Lebih baik kau masuk lagi kekamarmu dan mengenangkan  kekasihmu yang sudah meninggal itu.” Kata Shella, lalu bergegas pergi meninggalkan Attar.
Terpaksa Attar masuk lagi kedalam kamarnya. Shella pasti tersinggung oleh aku ketika dia ingin mengenalkan aku dengan seseorang, pikir Attar mencoba memahami sikap Shella yang mendadak berubah kepadanya, tidak ramah seperti biasanya. Attar mendengar suara kuda diluar kamarnya. Dia memburu jendela. Dilihatnya Shella bersama dengan  gadis yang tadi dilihatnya yang wajahnya sangat mirip dengan Fahrani. Kedua gadis itu sudah duduk diatas kuda dan tertawa-tawa gembira, lalu mereka berdua memacu kuda masing-masing dan pergi keluar melalui gerbang istana. Mau pergi kemanakah mereka berdua? Pikir Attar. Kelihatannya kedua gadis itu sangat gembira sekali. Mendadak Attar merasa sedih. Dia merasa ditinggalkan sendirian. Hidupnya terasa sunyi dan sepi dan tidak gembira lagi. Dia merasa sendirian, tidak ada siapapun yang menemaninya. 
Sore hari Attar mendengar suara derap kaki kuda memasuki halaman istana. Attar bangkit dan melihat dari balik jendela. Shella dan gadis itu sudah kembali. Rupanya mereka baru pulang berburu. Mereka membawa beberapa ekor  kelinci hasil buruan mereka yang tergantung dipunggung kuda mereka.
Malam harinya  Shella mengetuk pintu kamar Attar.  “Attar, ayo ikut makan sate kelinci.” Ajak Shella. Sikapnya sekarang ramah kembali.
Bukan main senangnya perasaan Attar Shella sudah ramah lagi kepadanya. “Ayo.” Sahut Attar senang.
Acara memanggang sate itu dihalaman belakang istana. Ketika Attar kesana, dia melihat gadis itu sudah ada disana sedang duduk sendirian sambil memperhatikan pegawai yang tengah memanggang sate kelinci.
“Shella, siapakah gadis itu?” tanya Attar malu-malu.
“Dia saudara sepupuku. Jangan kau ganggu dia. Lebih baik kau kenang terus kekasihmu yang sudah meninggal itu.” Shella.
“Shella, aku memang sangat mencintai Fahrani, namun dia sudah meninggal dan aku tak mungkin mengharapkan dia hidup lagi.” Kata Attar agak marah karena kesal Shella selalu mengganggunya dengan menyebut-nyebut terus kekasihnya yang sudah meninggal dunia.
Shella menatap Attar. Dia melihat mata Attar berkaca-kaca. “Attar, maafkan aku. Aku tahu kamu benar-benar sangat kehilanganmu kekasihmu yang telah meninggal itu, namun kemarin  niatku sebenarnya  baik padamu, aku tidak ingin engkau terus menerus tenggelam dalam kesedihanmu dan terus menerus mengenangmu kekasihmu yang telah meninggal itu.”
“Aku juga minta maaf bila kemarin aku menolak niat baikmu itu yang ingin memperkenalkan aku kepada seseorang.” Sahut Attar. Dia menoleh melihat pada Dillani yang masih duduk ditempatnya. “Apakah gadis itu yang kau maksud?”
“Ya.”
“Siapakah namanya?”
“Dillani.”
“Dillani?” seru Attar terkejut. “Apakah dia  Dillani puteri raja Fadelin?”
“Ya.  Kau sudah kenal dengannya?”
“Belum. Namun ibuku sering menyebut namanya padaku…..” sahut Attar dengan perasaan bingung. Baru sekarang dia melihat puteri yang ingin dijodohkan oleh orangtuanya dengannya. Ternyata wajah Dillani sangat mirip sekali dengan Fahrani. Attar sudah jatuh cinta pada Dillani sejak pertama melihatnya ketika Dillani berada ditaman bunga tadi pagi.
“Shella, tolong kenalkan aku dengannya.” Pinta Attar walaupun dengan perasaan malu.
Shella menggeleng. “Maaf, Attar. Aku tidak bisa mengenalkanmu dengan Dillani. Dillani sudah bilang padaku, dia tidak mau dikenalkan denganmu ketika dihari kedatanganmu kemarin kau sudah menolak tidak mau dikenalkan dengan seseorang. Dillani sudah terlanjur kecewa dan sedih dengan sikapmu kemarin yang menolaknya berkenalan denganmu.”
Attar tidak bisa berbuat apa-apa. Dia akhirnya hanya duduk sendirian ditempat terpisah sambil memakan sate dan  memandangi Dillani dan Shella yang nampak gembira makan sate sambil bercakap-cakap berdua. Malam semakin larut, Shela dan Dillani masih asyik berduaan, setelah kenyang makan sate kelinci mereka tetap duduk ditempatnya sambil bercakap-cakap dengan gembira. Namun mendadak semuanya terperanjat.
“Celaka!” seru salah seorang pengawal yang berlari-lari memasuki halaman belakang. “Ada musuh yang menyerang istana!”
Keadaan mendadak menjadi kacau balau. Pangeran Fahreza memanggil Attar.
“Attar, bantulah kami menghadapi musuh.”
“Baik.” Sahut Attar sigap.
Attar bergegas mengambil senjata dan memimpin tentara istana menghadapi musuh. Dalam sekejap mata tanpa diduga musuh dengan segenap balatentaranya menyerbu masuk menyerang membabi buta. Tentara istana berserabutan mengambil senjata dan berusaha bertempur mati-matian menghadapi musuh dengan dipimpin oleh pangeran Attar. Setelah bertempur mati-matian, akhirnya musuh yang menyerang secara mendadak itu berhasil dikalahkan dan dipukul mundur. Subuh sudah mulai menjelang ketika musuh berhasil dihalau dari ista€na pangeran Fahreza.  Bukan main gembira dan leganya  pangeran Fahreza ketika  musuh sudah berhasil dikalahkan dan diusir.
“Nanti malam mari kita selenggarakan pesta untuk merayakan kemenangan ini, Attar.” Kata pangeran Fahreza.
Malam itu diistana pangerah Fahreza dirayakan  pesta kemenangan. Akan tetapi dalam pesta itu, Attar tidak melihat puteri Dillani.  Attar berkeliling istana  mencari Dillani namun dia tidak berhasil menemukan puteri yang dicarinya itu. 
“Kemana Dillani?” tanya Attar pada Shella yang tengah duduk sendirian.
“Dia sudah pergi. Dia pergi secara diam-diam. Hanya meninggalkan sepucuk surat untukku yang mengabarkan bahwa dia pergi.” Sahut Shella dengan wajah sedih.
Bukan main kecewanya perasaan Attar. Dia sudah jatuh cinta pad Dillani namun kini Dillani telah meninggalkan istana pangeran Fahreza. Attar merasa sangat sedih. Malam itu juga  diam-diam Attar  juga pergi  meninggalkan istana pangeran Fahreza dan  berusaha mencari puteri Dillani.
Cukup jauh Attar melarikan kudanya. Istana pangeran Fahreza sudah jauh. Matahari pagi baru menyingsing ketika Attar memacu kudanya melintasi sebuah perbukitan yang hijau dan sejuk yang dikelilingi dengan pohon-pohon cemara. Udara pagi terasa dingin dan segar. Mendadak Attar terpaku diatas kudanya. Tidak jauh dari tempatnya, dia melihat Dillani  tengah  berjongkok ditepi sungai berair  jernih. Dillani tengah membersihkan mukanya. Attar memacu kudanya mendekati Dillani.
“Dillani….” Panggil Attar. Dia segera turun dari atas kudanya dan  berdiri dibelakang Dillani memanggil puteri itu.
Dillani menoleh. Dia terkejut melihat Attar berdiri dibelakangnya.
“Attar….” Sahut Dillani. Dia berdiri. Keduanya bertatapan.
“Dillani, maafkan aku bila aku punya kesalahan padamu.” Ujar Attar.
Dillani menatap Attar tanpa bicara apapun.
“Dillani, aku tidak menolak rencana perjodohan oleh orangtua kita. Maafkan aku bila hal itu menyinggung perasaanmu.”
“Attar, kau sudah memiliki kekasih. Dan kau sangat kehilangan kekasihmu yang telah meninggal itu.” sahut Dillani dengan suara pelan.
“Ya, memang aku sangat mencintai Fahrani.” Sahut Attar. “Namun sekarang Fahrani sudah meninggal dunia. Dan aku sekarang bertemu denganmu. Aku mencintaimu, Dillani,    sejak aku pertama kali melihatmu tengah berada ditaman bunga di istana pangeran Fahreza.”
“Shella bilang kau tidak mau berkenalan denganku.” Ucap Dillani.
“Maafkan aku, Dillani. Aku saat itu baru datang dan pikiranku tengah kacau. Aku tidak bermaksud menolak berkenalan denganmu. Apalagi bila aku tahu puteri yang dimaksud  oleh Shella adalah dirimu, puteri Dillani yang sudah lama sekali ingin dijodohkan oleh orangtua kita.” Ujar pangeran Attar.
Akhirnya puteri Dillani tersenyum. Senyuman pertama pada pangeran Attar sejak mereka bertemu. Attar membalas senyuman puteri itu dengan perasaan bahagia.
 Pangeran Attar  membawa puteri Dillani pulang ke istana ayahnya, Raja Fadelin. Bukan main bahagianya perasaan Raja Fadelin ketika melihat puterinya telah pulang kembali. Dan yang lebih membahagiakan lagi, puteri Dillani pulang bersama dengan pangeran Attar. Raja Fadelin segera mengirim utusan ke istana Raja Saladin mengabarkan bahwa pangeran Attar sekarang tengah berada diistananya. Bukan main senangnya Raja Saladin dan ibunda ratu mendapat kabar bahwa pangeran Attar ada di istana raja Fadelin dalam keadaan selamat. Sejak kepergian pangeran Attar secara diam-diam meninggalkan istana ayahnya, Raja Saladin dan ibunda ratu sangat merisaukan keselamatan puteranya. Berbulan-bulan lamanya pangeran Attar pergi meninggalkan istana ayahnya dan kini telah ada kabar bahwa pangeran Attar berada di istana Raja Fadelin. Kebahagiaan mereka semakin bertambah setelah mendapat kabar lain dari Raja Fadelin bahwa pangeran Attar akan segera melangsungkan pernikahannya dengan puteri Dillani.
Tidak lama kemudian pesta perkawinan puteri Dillani dan pangeran Attar berlangsung dengan sangat meriah. Pangeran Attar hidup bahagia bersama dengan puteri Dillani yang sangat dicintainya. Pangeran Attar seakan  mendapatkan kembali Fahrani yang wajahnya sangat mirip dengan puteri Dillani.  
--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar