Delima gadis
yang cantik dan anggun. Dia hidup seorang diri dirumah peninggalan orangtuanya.
Setiap hari Delima membantu menjahit pada salah seorang tetangganya, ibu
Marina, sehingga dia mendapat upah untuk hidupnya sehari-hari.
Setiap sore,
ketika akan pulang kerumahnya, Delima selalu bermain-main dulu ditepi danau didekat
rumahnya. Dia memiliki seorang teman, seekor burung cendrawasih yang memiliki
bulu sangat indah sekali. Delima sangat sayang kepada burung cendrawasih itu
karena cendrawasih itu yang selalu menghiburnya dikala dia tengah bersedih
teringat pada ayah dan ibunya yang sudah lama meninggal dunia.
Suatu hari ibu
Marina memberitahunya bahwa pangeran mengeluarkan pengumuman akan
menyelenggarakan pesta di istananya.
“Pergilah ke
istana, Delima. Siapa tahu kau akan bertemu pangeran dan berkenalan dengannya.”
Kata ibu Marina.
Delima sangat
ingin pergi ke pesta istana namun dia tidak memiliki sehelaipun gaun yang cukup
pantas untuk dikenakannya.
“Saya…saya
sangat ingin sekali pergi ke pesta itu, namun saya tidak memiliki gaun yang
pantas untuk dikenakan ke istana.” Kata Delima berterus terang.
Ibu Marina
pergi kekamarnya dan kembali dengan sebuah gaun tua miliknya. “Delima, ibu
tidak memiliki gaun yang bagus untukmu, namun ibu punya gaun tua ini yang bisa
engkau pakai ke istana.”
“Oh, terima
kasih, ibu Marina.” Kata Delima gembira sambil menerima gaun itu.
Pulang
kerumahnya Delima mencuci gaun itu dan menyetrikanya. Namun gaun itu tetap saja
kelihatan seperti sebuah gaun tua. namun gaun ini masih cukup bagus untuk
kukenakan ke pesta istana, hibur Delima. Dia segera mencuci rambutnya dan
menatanya dengan rapih. Delima sudah siap akan berangkat ke istana. Namun
mendadak dia mendengar tangisan burung cendrawasih, sahabatnya.
Bergegas
Delima pergi ke tepi danau. Dia melihat burung cendrawasih tengah menangis.
“Kenapa engkau
menangis, cendrawasih?” tanya Delima.
“Kakiku patah.
Oh, sakit sekali.” Kata cendrawasih.
Bergegas
Delima memeriksa kaki cendrawasih. “Astaga. Kakimu harus segera dibalut sebelum
kakimu semakin parah.” Kata Delima. Tanpa berpikir panjang dia merobek ujung
gaunnya dan membalut kaki cendrawasih itu.
“Oh,
aku sekarang merasa lebih baik setelah kakiku ini dibalut.” Kata cendrawasih.
Dia memperhatikan Delima yang sudah rapih. “Engkau hendak pergi kemana, Delima?
Kau sudah cantik sekali.”
“Aku
ingin pergi ke pesta istana namun mungkin aku tidak jadi berangkat kesana.”
Sahut Delima dengan sedih. Dia menatap gaunnya yang ujungnya telak sobek
dipakai membalut kaki cendrawasih.
“Oh,
kau tidak usah bersedih, Delima. Untuk menutupi gaunmu yang telah sobek itu,
pakailah buluku agar gaunmu kembali menjadi indah.” Cendrawasih menyerahkan
bulunya yang indah kepada Delima.
Bukan
main gembiranya perasaan Delima. Dia segera mengambil bulu cendrawasih itu dan
berlari kerumah ibu Marina. Dia meminjam mesin jahit dan mulai menjahit bulu
cendrawasih itu pada gaunnya. Ibu Marina membantu Delima memasangkan bulu-bulu
itu pada gaun tua itu. Dalam sekejap gaun itu sudah berubah menjadi gaun yang
sangat indah sekali.
“Alangkah
indahnya gaun ini sekarang, Delima. Kau kelihatan makin cantik dengan gaun
berhiaskan bulu burung cendrawasih.” Kata ibu Marina. “Segeralah pergi ke
istana. Kau mungkin sekarang sudah terlambat.”
Delima
bersiap akan pergi. Namun dia kecewa, gadis-gadis lain didesanya sudah lama
berangkat ke istana. Kini tinggal dia sendiran yang tertinggal. Teman-temannya tidak tahu kalau Delima akan ikut pergi ke pesta istana sehingga
mereka meninggalkannya. Delima merasa kecewa sekali. Harapannya untuk bisa ikut
pesta di istana kandas sudah. Dia tidak mungkin menyusul teman-temannya ke
istana karena jaraknya sangat jauh dari desa tempat tinggalnya. Dia pergi ke
danau di tepi hutan dan menangis dengan sedih disana.
“Ada
apa lagi, Marina? Bukankah kau sudah memiliki sehelai gaun yang indah?” sapa cendrawasih.
“Aku
tidak bisa pergi ke istana. Semua teman-temanku sudah berangkat. Aku tidak
mungkin menyusul karena istana letaknya jauh sekali dari sini.”
Oh,
cendrawasih itu memperhatikan Delima dengan bingung dan sedih. Mereka semua dapat
merasakan kekecewaan yang dirasakan Marina.
“Jangan
bersedih, Marina. Aku bisa membantumu pergi kesana.” Kata cendrawasih itu. salah
seekor burung besar yang biasa bertengger diatas dahan pohon ditepi danau.
Burung itu suka memperhatikan Marina dan melihat persahabatan Marina dengan
angsa-angsa penghuni danau. “Naiklah kepunggungku. Aku akan membawamu terbang
ke istana.”
“Oh,
benarkah engkau mau menolongku, burung yang baik?” Marina menghentikan tangisannya
dan menatap burung itu dengan penuh harapan.
Burung
itu mengangguk. “Cepatlah naik kepunggungku. Kita berangkat sekarang.”
Bergegas
Marina naik keatas punggung burung itu. Siiuutt! Mendadak Marina merasakan
tubuhnya terangkat. Sekejap saja dia sudah berada diudara. Marina memandang
kebawahnya. Oh, pemandangan dibawah sana indah sekali. Marina sampai terpekik
kegirangan melihat keindahan pemandangan yang dilihatnya.
Burung
itu terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Marina memeluk leher burung
itu erat-erat. Sekejap saja menara istana sudah kelihatan. Burung itu langsung
menukik dan masuk kedalam istana. Pesta yang tengah berlangsung dengan meriah
mendadak berhenti ketika tiba-tiba seekor burung masuk keruangan. Semua mata
menatap pada Marina yang masih duduk diatas punggung burung itu.
Olala,
bukan main malunya perasaan Marina ketika semua mata memandangnya. Mendadak
Marina sadar, burung itu berhenti didekat seorang pangeran yang tengah menatap
Marina.
“Maafkan,
saya.” Kata Marina dengan gugup.
“Kau
dan burungmu datang dengan tidak sopan. Tapi aku memaklumi karena burung tidak
punya rem untuk menghentikan kecepatan terbangnya yang tinggi.” Kata pangeran
itu. Lalu dia tersenyum menatap gaun yang dikenakan Marina. “Gaunmu indah
sekali. Bulu apa yang menempel digaunmu itu? Indah sekali, putih berkilauan.”
Marina
tersenyum malu. “Bulu yang menempel digaun hamba ini adalah bulu-bulu angsa,
tuanku.”
“Kau
cantik sekali mengenakan gaun dengan bulu angsa itu. Siapa namamu?” ujar sang
pangeran lagi.
“Marina,
tuanku.”
“Marina,
maukah kau berdansa denganku?’
“Oh,
tentu saja, tuanku. Dengan senang hati.” Sahut Marina gembira.
Musik
segera mengalun merdu. Marina dan pangeran berdansa dengan indah. Semua yang
hadir melihat gaun Marina kelihatan menawan sekali, berbeda dengan gaun-gaun
yang dikenakan gadis-gadis lain.
Pesta
itu benar-benar merupakan pesta yang istimewa bagi Marina. Tidak lama setelah
pertemuan mereka di pesta itu, sang pangeran datang menjemput Marina dan
ibunya. Sang pangeran rupanya telah jatuh cinta pada Marina dan ingin
mempersuntingnya. Tidak lama kemudian pesta perkawinan Marina dan sang pangeran
diselenggarakan dengan meriah. Marina tidak melupakan sahabat-sahabatnya,
angsa-angsa di hutan dan burung yang telah membawanya ke istana. Marina selalu
mengundang mereka datang ke istana dan bergembira ria bersamanya di taman
istana yang indah dan luas.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar