Minggu, 12 Mei 2013

PANJI JAYALENGKANA DAN PUTERI LENGGANG KEMUNING





Raja Bandangnegara  mengutus Panji Jayalengkana, salah seorang kepercayaan raja untuk meminang Puteri Lenggang Kemuning dari kerajaan Jatijajar. Raja Bandangnegara bermaksud mengawinkan Puteri Lenggang Kemuning  dengan Pangeran Antakusumah, puteranya.
Panji Jayalengkana adalah seorang  yang tampan dan gagah berani. Selama ini Panji Jayalengkana merupakan orang kepercayaan raja. Dalam pertempuran melawam musuh negara, Panji Jayalengkana adalah seorang panglima perang yang gagah berani dan menguasai banyak ilmu yang disegani lawan.
Pangeran Aryadiningrat dari kerajaan Jabakuta, yang telah lama jatuh cinta kepada Puteri Lenggang Kemuning ketika mendengar kabar bahwa Puteri Lenggang Kemuning akan dilamar oleh Raja Bandangnegara karena merasa khawatir Raja Bandangnegara akan melakukan pemaksaan bila sang puteri menolak, segera meminta bantuan kepada sahabatnya, seekor burung garuda untuk menculik Puteri Lenggang Kemuning. Mendapat perintah dari Pangeran Aryadiningrat, garuda itu lalu menculik Puteri Lenggang Kemuning dan menyembunyikannya pada sebuah pulau bernama pulau Giring.
Sementara itu kapal yang membawa Panji Jayalengkana  dihantam badai sehingga hancur berantakan. Panji Jayalengkana sendiri selamat,   terbawa ombak  dan akhirnya terdampar di pulau Giring.
Ketika Panji Jayalengkana siuman dari pingsannya, dia berjalan dipesisir pantai didekat pulau itu dengan perasaan asing. Dia melihat serpihan-serpihan kapalnya berserakan ditepi pantai  terbawa oleh ombak. Mendadak Jayalengkana melihat seorang puteri  sedang menarik sebuah peti ketepi pantai. Puteri itu membuka peti itu dan memekik girang. Peti itu berisi beraneka macam kain  yang indah sekali. Selain kain, didalam peti itu juga ada beberapa kotak kecil berisi perhiasan emas berlian yang indah sekali. Namun mendadak  puteri itu memekik ketakutan ketika melihat kedatangan Panji Jayalengkana.
“Siapakah engkau?” tanya puteri itu.
“Aku Jayalengkana. Badai telah menghancurkan kapalku sehingga hancur berantakan dan aku sendiri terdampar dipulau ini.” Sahut Panji Jayalengkana. Panji Jayalengkana melihat peti yang terbuka didekap puteri itu. Panji Jayalengkana tersenyum. Peti itu berasal dari kapalnya yang memuat beberapa peti yang akan diberikan kepada Raden Ayu Lenggang Kemuning.
“Kenapa kau tersenyum?” tanya puteri itu.
“Peti itu berasal dari kapalku yang hancur. Kau beruntung mendapatkan peti itu dan isinya. Sekarang barang-barang itu adalah milikmu.”
“Jadi peti ini adalah kepunyaanmu?” tanya puteri itu.
“Oh, bukan. Peti-peti yang ada didalam kapal adalah milik Raja Bandangnegara. Aku mendapat tugas dari raja untuk meminang Puteri  Lenggang Kemuning yang akan dikawinkan dengan puteranya, Pangeran Antakusumah.”
“Oh!” Puteri itu tiba-tiba memekik.
“Kenapa?” tanya Panji Jayalengkana.
“Akulah Puteri  Lenggang Kemuning.” Sahut puteri  itu.
Panji Jayalengkana mengerutkan keningnya. “Kenapa kau berada dipulau ini?”
“Seekor garuda telah menculik aku dan menyembunyikanku disini. Aku sendiri bingung, apa sebabnya burung itu menculikku dan menyembunyikan aku dipulau terpencil ini.” Ujar Puteri  Lenggang Kencana.  Puteri  Lenggang Kemuning menatap Panji Jayalengkana. “Aku sangat bahagia sekali, sekarang aku memiliki teman di pulau ini.”
Panji Jayalengkana tersenyum. Dia sudah jatuh cinta kepada Puteri Lenggang Kemuning. Tidak pernah diduganya bahwa Puteri Lenggang Kemuning demikian cantiknya.
Hari itu Panji Jayalengkana dan Puteri Lenggang Kemuning mengumpulkan berbagai macam barang yang berasal dari kapal yang terbawa ombak dan terhempas ketepi pantai. Ternyata banyak sekali barang yang bisa mereka peroleh. Bukan hanya peti-peti berisi pakaian dan perhiasan saja namun juga makanan dan berbagai macam barang lainnya.
Hari berganti hari, Panji Jayalengkana selalu bersama-sama dengan Puteri Lenggang Kemuning sehingga kemudian keduanya saling jatuh cinta.
Pada suatu hari Pangeran Aryadiningrat bermaksud menjemput Puteri Lenggang Kemuning ke pulau Giring. Namun sang pangeran merasa terkejut karena disana didapatinya Puteri Lenggang Kemuning sedang  berduaan dengan Panji Jayalengkana.
“Siapakah engkau?” tanya Pangeran Aryadiningrat kepada Panji Jayalengkana.
“Aku pemilik pulau ini.” Sahut Panji Jayalengkana.
“Tidak mungkin, pulau ini adalah sebuah pulau kosong. Apa maksudmu datang kemari?” tanya Pangeran Aryadiningrat.
“Aku yang mestinya bertanya, apa maksudmu datang kemari.” Sahut Panji Jayalengkana.
“Aku datang kemari untuk menjemput Puteri Lenggang Kemuning.” Sahut pangeran Aryadiningrat.
“Ada hubungan apa antara dirimu dengan Puteri Lenggang Kemuning?” tanya Panji Jayalengkana.
“Dia adalah calon istriku.” Sahut Pangeran Aryadiningrat mantap.
Panji Jayalengkana menoleh pada Puteri Lenggang Kemuning yang berdiri disampingnya. “Benarkah dia calon suamimu?” tanya Panji Jayalengkana kepada Puteri Lenggang Kemuning.
Puteri Lenggang Kemuning menggelengkan kepalanya. “Aku tidak mengenal siapa dia.” Sahut sang puteri.
Panji Jayalengkana tersenyum menatap Pangeran Aryadiningrat.
“Kau telah mendengar sendiri ucapan Puteri  Lenggang Kemuning bahwa dia tidak mengenalmu.”
Pangeran Aryadiningrat menjadi malu karena selama ini dia hanya memperhatikan Puteri Lenggang Kemuning dari kejauhan dan jatuh cinta tanpa sempat berkenalan dengan sang puteri. Untuk menutup rasa malunya, pangeran Aryadiningrat segera menyerang Panji Jayalengkana. Dia akan membunuh Panji Jayalengkana dan kemudia membawa paksa Puteri Lenggang Kemuning kenegaranya.


Tanpa dapat dihindarkan terjadilah pertempuran antara Pangeran Aryadiningrat dengan Panji Jayalengkana. Namun ternyata Panji Jayalengkana adalah seorang lawan yang sangat tangguh dan gagah berani. Dalam pertempuran itu Pangeran Aryadiningrat mati terbunuh. Kepala pengawal yang menyaksikan kehebatan ilmu Panji Jayalengkana segera mendahului duduk berlutut dihadapan Panji Jayalengkana, yang kemudian diikuti oleh anak buahnya yang jumlahnya mencapai seratus orang.
“Tuanku, mulai hari ini hamba akan mengabdi kepada tuanku.” Kata  kepala pengawal itu.
“Bangunlah!”  ujar Panji Jayalengkana. “Siapakah namamu?”
“Nama hamba, Darja, tuanku.” Sahut kepala pengawal itu.
“Pengabdianmu kuterima.” Kata Panji Jayalengkana. “Aku senang sekali memiliki pegawai sebanyak ini. Sudah cukup lama aku dan Puteri Lenggang Kemuning hidup terasing di pulau ini, sekarang kami memiliki kawan yang banyak. Mari kita bangun pulau ini menjadi sebuah kerajaan.”
Panji Jayalengkana akhirnya menikah dengan Puteri Lenggang Kemuning. Di pulau Giring itu kemudian Panji Jayalengkana mendirikan kerajaan bernama kerajaan Giringharja dibantu oleh Darja sebagai kepala pengawal dengan anak buahnya. Panji Jayalengkana sendiri lalu menjadi raja dengan nama Raja Jayalengkana.
Setelah keadaan kerajaan Giringharja semakin baik, Raja Jayalengkana dan Puteri Lenggang Kemuning memberi kabar ke negara Jatijajar bahwa Puteri Lenggang Kemuning masih hidup. Oh, alangkah gembiranya  Raja Bandawasa dan permaisuri ketika mendengar berita tentang puteri mereka yang selama bertahun-tahun lamanya hilang tak tentu rimbanya.
Tidak lama kemudian  Raja Jayalengkana dan permaisuri Raden  Ayu Lenggang Kemuning berkunjung ke kerajaan Jatijajar. Raja Bandawasa, ayah Puteri Lenggang Kemuning menyambut kedatangan puteri dan menantunya dengan gembira. Pertemuan anak dan orang tua yang sudah lama tidak bertemu itu berlangsung sangat mengharukan.
Atas kebijaksanaan Raja Bandawasa, sebagian rakyatnya dibawa kepulau itu sehingga  jumlah rakyat dikerajaan Giringharja semakin bertambah dengan adanya tambahan rakyat dari kerajaan Jatijajar dan juga terjadinya perkawinan campuran antara pengawal kerajaan Giringharja dengan wanita-wanita yang berasal dari kerajaan Jatijajar.
--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar