Raja Bandangnegara mengutus Panji Jayalengkana, salah seorang
kepercayaan raja untuk meminang Puteri Lenggang Kemuning dari kerajaan
Jatijajar. Raja Bandangnegara bermaksud mengawinkan Puteri Lenggang
Kemuning dengan Pangeran Antakusumah,
puteranya.
Panji Jayalengkana adalah seorang yang tampan dan gagah berani. Selama ini
Panji Jayalengkana merupakan orang kepercayaan raja. Dalam pertempuran melawam
musuh negara, Panji Jayalengkana adalah seorang panglima perang yang gagah
berani dan menguasai banyak ilmu yang disegani lawan.
Pangeran Aryadiningrat dari kerajaan
Jabakuta, yang telah lama jatuh cinta kepada Puteri Lenggang Kemuning ketika
mendengar kabar bahwa Puteri Lenggang Kemuning akan dilamar oleh Raja
Bandangnegara karena merasa khawatir Raja Bandangnegara akan melakukan
pemaksaan bila sang puteri menolak, segera meminta bantuan kepada sahabatnya,
seekor burung garuda untuk menculik Puteri Lenggang Kemuning. Mendapat perintah
dari Pangeran Aryadiningrat, garuda itu lalu menculik Puteri Lenggang Kemuning
dan menyembunyikannya pada sebuah pulau bernama pulau Giring.
Sementara itu kapal yang membawa Panji
Jayalengkana dihantam badai sehingga
hancur berantakan. Panji Jayalengkana sendiri selamat, terbawa ombak dan akhirnya terdampar di pulau Giring.
Ketika Panji Jayalengkana siuman dari
pingsannya, dia berjalan dipesisir pantai didekat pulau itu dengan perasaan
asing. Dia melihat serpihan-serpihan kapalnya berserakan ditepi pantai terbawa oleh ombak. Mendadak Jayalengkana
melihat seorang puteri sedang menarik
sebuah peti ketepi pantai. Puteri itu membuka peti itu dan memekik girang. Peti
itu berisi beraneka macam kain yang
indah sekali. Selain kain, didalam peti itu juga ada beberapa kotak kecil
berisi perhiasan emas berlian yang indah sekali. Namun mendadak puteri itu memekik ketakutan ketika melihat
kedatangan Panji Jayalengkana.
“Siapakah engkau?” tanya puteri itu.
“Aku Jayalengkana. Badai telah
menghancurkan kapalku sehingga hancur berantakan dan aku sendiri terdampar
dipulau ini.” Sahut Panji Jayalengkana. Panji Jayalengkana melihat peti yang
terbuka didekap puteri itu. Panji Jayalengkana tersenyum. Peti itu berasal dari
kapalnya yang memuat beberapa peti yang akan diberikan kepada Raden Ayu
Lenggang Kemuning.
“Kenapa kau tersenyum?” tanya puteri
itu.
“Peti itu berasal dari kapalku yang
hancur. Kau beruntung mendapatkan peti itu dan isinya. Sekarang barang-barang
itu adalah milikmu.”
“Jadi peti ini adalah kepunyaanmu?”
tanya puteri itu.
“Oh, bukan. Peti-peti yang ada didalam
kapal adalah milik Raja Bandangnegara. Aku mendapat tugas dari raja untuk
meminang Puteri Lenggang Kemuning yang
akan dikawinkan dengan puteranya, Pangeran Antakusumah.”
“Oh!” Puteri itu tiba-tiba memekik.
“Kenapa?” tanya Panji Jayalengkana.
“Akulah Puteri Lenggang Kemuning.” Sahut puteri itu.
Panji Jayalengkana mengerutkan
keningnya. “Kenapa kau berada dipulau ini?”
“Seekor garuda telah menculik aku dan
menyembunyikanku disini. Aku sendiri bingung, apa sebabnya burung itu
menculikku dan menyembunyikan aku dipulau terpencil ini.” Ujar Puteri Lenggang Kencana. Puteri
Lenggang Kemuning menatap Panji Jayalengkana. “Aku sangat bahagia
sekali, sekarang aku memiliki teman di pulau ini.”
Panji Jayalengkana tersenyum. Dia
sudah jatuh cinta kepada Puteri Lenggang Kemuning. Tidak pernah diduganya bahwa
Puteri Lenggang Kemuning demikian cantiknya.
Hari itu Panji Jayalengkana dan Puteri
Lenggang Kemuning mengumpulkan berbagai macam barang yang berasal dari kapal
yang terbawa ombak dan terhempas ketepi pantai. Ternyata banyak sekali barang
yang bisa mereka peroleh. Bukan hanya peti-peti berisi pakaian dan perhiasan
saja namun juga makanan dan berbagai macam barang lainnya.
Hari berganti hari, Panji Jayalengkana
selalu bersama-sama dengan Puteri Lenggang Kemuning sehingga kemudian keduanya
saling jatuh cinta.
Pada suatu hari Pangeran Aryadiningrat
bermaksud menjemput Puteri Lenggang Kemuning ke pulau Giring. Namun sang
pangeran merasa terkejut karena disana didapatinya Puteri Lenggang Kemuning
sedang berduaan dengan Panji
Jayalengkana.
“Siapakah engkau?” tanya Pangeran
Aryadiningrat kepada Panji Jayalengkana.
“Aku pemilik pulau ini.” Sahut Panji
Jayalengkana.
“Tidak mungkin, pulau ini adalah
sebuah pulau kosong. Apa maksudmu datang kemari?” tanya Pangeran Aryadiningrat.
“Aku yang mestinya bertanya, apa
maksudmu datang kemari.” Sahut Panji Jayalengkana.
“Aku datang kemari untuk menjemput
Puteri Lenggang Kemuning.” Sahut pangeran Aryadiningrat.
“Ada
hubungan apa antara dirimu dengan Puteri Lenggang Kemuning?” tanya Panji
Jayalengkana.
“Dia adalah calon istriku.” Sahut
Pangeran Aryadiningrat mantap.
Panji Jayalengkana menoleh pada Puteri
Lenggang Kemuning yang berdiri disampingnya. “Benarkah dia calon suamimu?”
tanya Panji Jayalengkana kepada Puteri Lenggang Kemuning.
Puteri Lenggang Kemuning menggelengkan
kepalanya. “Aku tidak mengenal siapa dia.” Sahut sang puteri.
Panji Jayalengkana tersenyum menatap
Pangeran Aryadiningrat.
“Kau telah mendengar sendiri ucapan
Puteri Lenggang Kemuning bahwa dia tidak
mengenalmu.”
Pangeran Aryadiningrat menjadi malu
karena selama ini dia hanya memperhatikan Puteri Lenggang Kemuning dari
kejauhan dan jatuh cinta tanpa sempat berkenalan dengan sang puteri. Untuk
menutup rasa malunya, pangeran Aryadiningrat segera menyerang Panji
Jayalengkana. Dia akan membunuh Panji Jayalengkana dan kemudia membawa paksa
Puteri Lenggang Kemuning kenegaranya.
Tanpa dapat dihindarkan terjadilah
pertempuran antara Pangeran Aryadiningrat dengan Panji Jayalengkana. Namun
ternyata Panji Jayalengkana adalah seorang lawan yang sangat tangguh dan gagah
berani. Dalam pertempuran itu Pangeran Aryadiningrat mati terbunuh. Kepala
pengawal yang menyaksikan kehebatan ilmu Panji Jayalengkana segera mendahului
duduk berlutut dihadapan Panji Jayalengkana, yang kemudian diikuti oleh anak
buahnya yang jumlahnya mencapai seratus orang.
“Tuanku, mulai hari ini hamba akan
mengabdi kepada tuanku.” Kata kepala
pengawal itu.
“Bangunlah!” ujar Panji Jayalengkana. “Siapakah namamu?”
“Nama hamba, Darja, tuanku.” Sahut
kepala pengawal itu.
“Pengabdianmu kuterima.” Kata Panji
Jayalengkana. “Aku senang sekali memiliki pegawai sebanyak ini. Sudah cukup
lama aku dan Puteri Lenggang Kemuning hidup terasing di pulau ini, sekarang
kami memiliki kawan yang banyak. Mari kita bangun pulau ini menjadi sebuah
kerajaan.”
Panji Jayalengkana akhirnya menikah
dengan Puteri Lenggang Kemuning. Di pulau Giring itu kemudian Panji
Jayalengkana mendirikan kerajaan bernama kerajaan Giringharja dibantu oleh
Darja sebagai kepala pengawal dengan anak buahnya. Panji Jayalengkana sendiri
lalu menjadi raja dengan nama Raja Jayalengkana.
Setelah keadaan kerajaan Giringharja
semakin baik, Raja Jayalengkana dan Puteri Lenggang Kemuning memberi kabar ke
negara Jatijajar bahwa Puteri Lenggang Kemuning masih hidup. Oh, alangkah
gembiranya Raja Bandawasa dan permaisuri
ketika mendengar berita tentang puteri mereka yang selama bertahun-tahun
lamanya hilang tak tentu rimbanya.
Tidak lama kemudian Raja Jayalengkana dan permaisuri Raden Ayu Lenggang Kemuning berkunjung ke kerajaan
Jatijajar. Raja Bandawasa, ayah Puteri Lenggang Kemuning menyambut kedatangan
puteri dan menantunya dengan gembira. Pertemuan anak dan orang tua yang sudah
lama tidak bertemu itu berlangsung sangat mengharukan.
Atas kebijaksanaan Raja Bandawasa,
sebagian rakyatnya dibawa kepulau itu sehingga
jumlah rakyat dikerajaan Giringharja semakin bertambah dengan adanya
tambahan rakyat dari kerajaan Jatijajar dan juga terjadinya perkawinan campuran
antara pengawal kerajaan Giringharja dengan wanita-wanita yang berasal dari
kerajaan Jatijajar.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar