Jumat, 10 Mei 2013

STRAWBERRY EMAS





Shani dan Risma hidup diperkampungan yang terletak didaerah perbukitan dengan hawanya yang sejuk dan dingin. Sebagian besar penduduknya hidup dari menanam padi dan beternak kambing. Ketika kedua orangtuanya meninggal dunia, Shani dan Risma menggarap sawah peninggalan kedua orangtua mereka. Itulah satu-satunya harta peninggalan orangtua mereka. Namun karena tidak ada orang yang bisa membantu kedua gadis itu mengerjakan sawah mereka, akhirnya sawah peninggalan orangtua mereka menjadi terbengkalai. Lama kelamaan kehidupan Shani dan Risma menjadi semakin susah karena mereka tidak punya padi lagi untuk mereka makan, sementara uang pun sudah hampir habis untuk membiayai hidup mereka sehari-hari. Akhirnya Shani dan Risma  kehabisan uang  dan tidak memiliki apa-apa lagi untuk mereka makan.
“Kita tidak bisa begini terus, kak.” Kata Risma kepada kakaknya, Shani. “Kita harus bekerja mencari uang.”
“Ya.” Shani mengangguk setuju. “Tapi aku  bingung. Apa yang bisa kita kerjakan. Orang tua  kita hanya mewariskan sepetak  sawah namun akhirnya terbengkalai karena kita berdua tidak bisa menggarapnya.”
“Jadi sekarang bagaimana?” Tanya Risma.
“Kita jual saja sawah peninggalan orangtua kita, uangnya kita pakai untuk hidup kita sehari-hari.” Kata Shani.
Risma setuju. Tidak susah menjual sawah. Tidak lama Shani dan Risma sudah menerima sejumlah uang yang cukup besar hasil dari penjualan sawah peninggalan kedua orangtua mereka. Mereka  hanya menyisakan sepetak kecil tanah  yang  tidak jauh dari rumah mereka. Uang membuat keduanya lupa diri. Shani dan Risma pergi kekota. Mereka takjub dengan keramaian kota  yang nampak indah dengan berbagai hal yang  tak pernah mereka lihat di kampung mereka.
Keduanya bersenang-senang. Mereka membeli baju, perhiasan dan berbagi macam barang yang kurang begitu dibutuhkan. Mereka juga menghabiskan uang untuk berpoya-poya. Dalam waktu yang tidak lama uang hasill penjuaan sawah itu telah habis. Kini kedua gadis itu tidak memiliki uang lagi.
“Kita jual saja rumah ini dan membuat rumah yang lebih kecil.” Usul Risma pada Shani. Shani setuju. Mereka mulai menawarkan rumah peninggalan orangtua mereka kepada tetangga-tetangga mereka. Akhirnya ada salah seorang tetangga mereka yang berniat membeli rumah itu. Namanya Pak Kardi. Pak Kardi menemui kedua gadis itu.
“Kalau rumah ini kubeli, kalian akan tinggal dimana?” Tanya pak Kardi.
“Dengan uang hasil penjualan rumah ini, kami akan membangun sebuah rumah yang lebih kecil.” Sahut Shani.
“Harta peninggalan orangtua kalian sudah hampir  habis.” Kata Pak Kardi. “Bapak merasa khawatir dengan  masa depan kalian. Kalian berdua masih muda, sehat dan masih memiliki masa depan yang panjang. Sebaiknya kalian bekerja untuk masa depan kalian.”
Shani dan Risma bertukar pandang.
“Ya, pak.” Sahut Shani. “Kami sudah  berusaha menggarap sawah peninggalan orangtua kami, namun kami tidak bisa menggarap sawah  hingga akhirnya sawah kami terbengkalai dan kami terpaksa menjualnya untuk menyambung hidup.”
“Setiap orang harus mau belajar.” Kata Pak Kardi. “Kalau kalian tidak bisa menggarap sawah, seharusnya kalian mau belajar, misalnya dengan bertanya kepada tetangga yang sama-sama jadi petani.”
Shani dan Risma menunduk. Mereka merasa malu. Selama ini mereka sering mengikuti  perasaan malas dan malu mereka dengan tidak mau menggarap sawah  peninggalan orangtua mereka, dan ketika mereka merasa tidak bisa menggarap sawah itu, mereka malas untuk bertanya kepada tetangga-tetangga mereka yang sama-sama petani seperti orangtua mereka.
Akhirnya jual beli rumah itu terjadi. Rumah peninggalan orangtua mereka sekarang sudah berpindah tangan dibeli pak Kardi. Sekarang Shani dan Risma merenungi nasehat pak Kardi. Benar, mereka harus memiliki pekerjaan untuk masa depan mereka. Akhirnya Shani dan Risma sepakat, mereka akan menggunakan   uang hasil penjualan rumah itu untuk membangun rumah yang lebih kecil pada sepetak  tanah peninggalan orang tua mereka. Tanah itu tidak seluruhnya dipakai untuk rumah. Sebagian  lagi disisakan. Dengan uang yang masih tersisa mereka membeli bibit strawberry.  Mereka tidak tertarik untuk menanam padi seperti orangtua mereka ataupun tetangga-tetangga mereka yang lain. Mereka merasa  lebih  tertarik untuk menjadi petani strawberry.  Lagi pula dikampung mereka belum ada yang menjadi petani strawberry.
Karena kesungguhan mereka, akhirnya pekerjaan mereka membuahkan hasil. Tidak lama kemudian Shani dan Risma sudah   bisa memanen starwberrry mereka. Buah-buahnya bagus dan manis. Kedua gadis itu merasa gembira dengan hasil kebun mereka. Mereka segera mengemas buah-buah strawberry itu kedalam kemasan plastik. Mereka menjajakan dagangannya dipinggir jalan besar, yang terletak dibawah kampong mereka, dimana banyak kendaraan yang lalu lalang, apalagi tiap hari sabtu dan minggu ketika banyak orang yang melancong.
“Strawberry! Strawberrynya pak, bu!! Teriak Shani dan Risma. Mereka memperlihatkan bungkusan-bungkusan strawberry  yang dikemas dalam wadah plastic. Beberapa pengendara  tertarik melihat buah-buah strawberry yang merah dan segar itu. Mereka menepikan kendaraannya dan membeli buah strawberry itu.
Bukan main gembiranya Shani dan Risma dagangan mereka laris. Panen pertama buah strawberry mereka laris manis. Hal itu membuat Shani dan Risma semakin bersemangat. Setiap pagi-pagi sekali, ketika oranglain masih tidur, dicuaca yang dingin, kedua gadis itu sudah berada dikebun strawberry mereka dan bekerja memetik buah-buah strawberry yang sudah matang, lalu mengemasnya didalam kemasan plastik. Sebelum matahari terbit kedua gadis itu sudah menuruni jalanan desa mereka yang menurun dan keduanya bergegas menuju jalan besar dimana mereka menjajakan buah strawberry mereka pada pengendara kendaraan yang lalu lalang.
Bertahun-tahun lamanya Shani dan Risma menjalani pekerjaan itu. Mereka sangat berterima kasih kepada pak Kardi yang telah memberikan nasehat yang sangat berharga kepada mereka berdua. Hingga Shani dan Risma sama-sama menikah dan berkeluarga, mereka tetap menjadi petani strawberry. Dengan uang hasil tabungan mereka selama bertahun-tahun, mereka membeli lagi beberapa petak tanah  untuk memperluas usaha pertanian strawberry mereka.

--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar