Minggu, 12 Mei 2013

PEDANG PUSAKA





Lelaki itu tetap duduk  diatas pelana kudanya dengan tatapan tertuju pada sebuah rumah. Didepan rumah itu tengah berdiri seorang pemuda tampan yang tengah memberi makan domba-dombanya. Meskipun pakaian pemuda itu sangat sederhana seperti halnya pakaian petani didesa, namun ketampanan pemuda itu tetap kelihatan sangat mempesonakan. Beberapa orang gadis desa yang baru selesai memetik anggur dan apel yang lewat didekat pemuda itu, melemparkan senyuman mereka kepada pemuda tampan itu yang dibalas pemuda itu dengan anggukannya yang sopan.
“Dia tetap seorang pangeran.”  Pikir Aldo, nama lelaki itu sambil tetap memperhatikan pemuda itu. Walaupun dia tinggal didesa dan menjalani hidup sebagai orang desa, namun kharismanya sebagai seorang pangeran tetap memancar dan mempesonakan setiap orang yang menatapnya. Aldo   menghela napas panjang. Matanya berkaca-kaca memperhatikan pemuda itu. Pangeran yang terbuang, pikirnya. Sudah tiba saatnya dia kembali ke istana dan menggantikan kedudukan raja yang dholim dan sewenang-wenang.
Aldo memacu kudanya kearah rumah itu dan setelah dekat dia menahan kudanya agar berjalan pelan mendekati pemuda itu. Pemuda tampan yang tengah mengurus domba-dombanya itu kelihatan terkejut ada orang asing yang mendekatinya.
“Harry……” sapa Aldo ramah.
Pemuda yang disapa Harry itu hanya menatap lelaki asing itu tak mengerti. Dia bahkan merasa heran lelaki asing itu mengetahui namanya.
“Siapakah tuan? Dan darimana tuan mengenalku?” tanya pemuda itu.
Aldo turun dari kudanya. “Namaku Aldo. Kau pasti tidak mengenalku, namun aku sudah mengenalmu sejak kau baru dilahirkan.”
“Oh….” Harry seakan tak percaya dengan ucapan lelaki itu.
Aldo tersenyum. “Kau baru akan percaya setelah engkau mendengarkan ceritaku mengenai dirimu.”
Harry masih diam menatap lelaki asing yang berdiri dihadapnnya.
“Kau tidak mempersilahkan aku masuk kedalam rumahmu.” Ujar Aldo sambil tersenyum.
Harry mendadak sadar, bahwa dia terlalu bingung dengan kehadiran lelaki itu sehingga lupa untuk mempersilahkannya masuk.
“Mari, silahkan tuan. Namun rumah saya sangatlah sederhana…..”
“Tidak masalah, aku ingin bertemu dan bercakap-cakap denganmu.” Tukas Aldo sambil mengikuti Harry masuk kedalam rumahnya yang  sederhana dan apa adanya.
“Apakah kau tahu, siapakah dirimu?” tanya Aldo setelah mereka duduk berhadapan menghadapi meja makan dari kayu yang sudah tua dan sederhana.
Harry membalas tatapan Aldo. “Saya hanyalah seorang pemuda desa…..”
“Bukan! Kau adalah seorang pangeran.”  Tukas Aldo.
“Apa?”
“Ya, kau seorang pangeran. Kau adalah adik kembar pangeran Willy yang sekarang sudah naik tahta menjadi seorang raja.”  Ucap Aldo dengan wajah serius.
Harry membalas tatapan Aldo. Dia masih belum percaya dengan ucapan Aldo.
“Dengarkanlah ceritaku ini. Aku adalah salah seorang pengawal kepercayaan raja. Pada malam kau dilahirkan, aku mendengar berita bahwa ratu melahirkan dua bayi kembar laki-laki. Kau lahir sepuluh menit kemudian setelah kakakmu, Willy lahir.” Aldo memulai ceritanya.
“Kau pasti bingung dan tidak mengerti, mengapa engkau tidak hidup dan tinggal di istana.” Kata Aldo lagi, melanjutkan ceritanya. “Ayahmu mendapatkan ramalan dari peramal istana, bahwa ratu akan melahirkan bayi kembar. Dan kelak setelah mereka dewasa, akan terjadi perebutan kekuasaan diantara pangeran kembar itu. Ramalan itu sangat menakutkan ayahmu sehingga ayahmu memutuskan untuk menyingkirkan engkau dari istana dan menyerahkanmu pada salah seorang petani didesa ini. Ibumu tidak mengetahui bahwa kau sudah diberikan oleh ayahmu pada petani didesa. Kepada ibumu, ayahmu hanya mengatakan bahwa salah satu bayi kembarnya yang lahir belakangan sudah meninggal. Belakangan, sebelum meninggal, ayahmu merasa berdosa telah menyingkirkan engkau dari istana, walaupun sebelumnya ayahmu merasa bahwa apa yang sudah dilakukannya adalah hal yang terbaik, untuk kerajaan. Akupun merasa berdosa kepadamu, Harry. Maafkanlah aku. Kau berhak menghukum aku bila kelak engkau sudah menjadi raja dan memiliki kekuasaan. Aku sekarang menyadari, bahwa apa yang dulu rasanya sudah benar dilakukan, sekarang hal itu merupakan sebuah kesalahan yang besar.”
Mata Harry mendadak berkaca-kaca. Dia mencoba membayangkan bagaimana wajah ibunya, wanita yang telah melahirkannya kedunia ini. Dia merasa sedih karena sejak lahir hingga sekarang dia  belum pernah melihat wajah ibunya.
“Harry, ayahmu sudah lama meninggal dunia. Sekarang yang menjadi raja adalah kakakmu, Willy. Namun ternyata Willy tidaklah seperti yang diharapkan ayahmu, ibumu, dan juga rakyat negeri kita. Dia sangat berbeda dengan ayahmu. Willy adalah seorang raja  yang arogan, sombong, sewenang-wenang dan tidak pernah peduli pada orang lain, juga pada rakyatnya sendiri yang sudah banyak menderita karena kesewenang-wenangannya. Raja sangat senang berpesta dan berpoya-poya dan tidak peduli dengan kesengsaraan rakyatnya yang menderita kelaparan.”
“Kenapa tuan menceritakan semua ini kepada saya?” tanya Harry. Dia tidak ingin mendengar cerita tentang kakaknya yang tak pernah dikenalnya.
“Harry, aku datang kemari untuk menjemputmu. Kau lah yang seharusnya menjadi raja. Kau lah yang bisa membuat kerajaan kita pulih kembali menjadi sebuah kerajaan yang makmur dan rakyatnya hidup sejahtera.”
Harry menatap Aldo tak mengerti.
“Harus terjadi pergantian kekuasaan. Willy sudah tidak diharapkan lagi menjadi raja. Seluruh  rakyat sudah membencinya. Aku kemari mencarimu karena aku tahu, engkaulah yang pantas untuk menggantikan Willy.”
“Tidak.”
“Berpikirlah, kau bisa menjadi raja.” Bujuk Aldo.
“Tidak. Aku sudang tenang menjadi seorang petani.”
“Darah bangsawan yang mengalir dalam darahmu tidak untuk menjadikan engkau sebagai seorang rakyat biasa. Kau harus menjadi raja dan memerintah kerajaan ini seperti halnya ayahmu.” Bujuk Aldo sekali lagi.
Harry termenung. Ayahanda raja, ibunda ratu, Willy, semuanya seperti orang asing dalam hidupnya. Dia hanya mengenal sepasang suami istri petani yang selama ini dikenalnya sebagai orangtuanya yang sudah mengurusnya sepanjang hidupnya ini.
Sementara Aldo menatap pemuda itu dengan penuh pengharapan. Aldo merasa ikut bertanggung-jawab dengan kelangsungan kerajaan. Ditengah kekacauan yang terjadi karena rakyat sudah benci pada rajanya, Aldo  teringat pada Harry, pangeran yang terbuang itu. Dia merasa berdosa telah menyingkirkan bayi yang tak berdosa itu. Harry pasti sekarang telah tumbuh dewasa. Itulah sebabnya Aldo memutuskan akan mencari Harry dan membawanya ke istana untuk menggantikan kedudukan raja Willy.
Harry menatap Aldo. “Bila menurutmu ini adalah sebuah rencana yang bagus untuk kepentingan seluruh rakyat, aku bersedia.” Ucap Harry dengan suara lirih.
Bukan main leganya perasaan Aldo mendengar jawaban Harry.
“Harry, aku percaya kepadamu. Kau pasti bisa merebut tahta dari tangan Willy. Namun sebelum kita melaksanakan rencana itu, untuk  kelancaran  rencana ini aku akan mendidikmu dengan beragam ilmu yang harus kau ketahui  sebelum engkau  duduk menggantikan Willy menjadi seorang raja.”
Harry melaksanakan setiap petunjuk Aldo dengan sungguh-sungguh. Ketika suatu saat Willy bermabuk-mabukan dalam sebuah pesta di istana yang diselenggarakannya dan tertidur pulas dikamarnya, Aldo segera menyuruh Harry menggantikan posisi Willy. Tak ada seorangpun yang curiga bahwa raja telah diganti karena wajah Willy dan Harry sangat mirip.
Ketika Willy sadar diri pada  keesokan harinya, dia sudah berada ditempat asing disebuah desa yang tidak dikenalnya. Ada beberapa orang penjaga yang mengawasinya. Walaupun Willy berteriak-teriak bahwa dia adalah seorang raja, namun tidak ada seorangpun  yang mempedulikannya. Aldo sudah memenjarakan Willy ditempat yang terpencil dan tidak diketahui siapapun kecuali dirinya dan orang-orang kepercayaannya.
Sementara itu  ibunda ratu tahu bahwa yang menggantikan Willy adalah pemuda asing. Dia terkejut ketika duduk bersanding dengan raja, dia melihat dipergelangan tangan bagian dalamnya ada tanda berbentuk seperti pedang. Salah seorang dayang yang membantunya ketika melahirkan bayi kembarnya, mengatakan bahwa bayinya yang satu lagi tidak meninggal seperti yang diucapkan oleh raja kepadanya. Namun bayinya  diambil orang. Dayang itu mengatakan bahwa bayinya yang hilang itu memiliki tanda berbentuk pedang dipergelangan tangannya sebelah dalam.
Dan malam itu Aldo datang menemui ibunda ratu. “Dia anakmu, Yang Mulia. Pangeran terbuang itu kini telah kembali dan menjadi raja yang sesungguhnya, raja yang diharapkan oleh seluruh rakyat.” Ucap Aldo.
Sekarang ibunda ratu tahu bahwa yang menjadi raja adalah anaknya yang hilang sejak masih bayi. Bukan main bahagianya perasaan ibunda ratu karena akhirnya dia bertemu kembali dengan anaknya yang hilang. Ibunda ratu lalu menyerahkan sebuah pedang pusaka yang merupakan warisan turun temurun dan harus diserahkan kepada pewaris kerajaan. Pedang pusaka itu sangat indah sekali. Terbuat dari emas murni. Dan pegangannya terbuat dari ukiran kayu yang sangat indah. Sudah lama Willy membujuk ibunya agar segera menyerahkan pedang pusaka itu kepadanya. Namun ibunya tidak pernah memberikannya karena dia melihat perilaku Willy yang sangat buruk dan telah menyengsarakan seluruh rakyatnya. Kini pedang pusaka itu sudah diserahkan kepada Harry. Ibunda ratu percaya Harry akan menjadi raja yang adil bijaksana dan dicintai oleh seluruh rakyatnya.
--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar