Lelaki itu tetap duduk diatas pelana kudanya dengan tatapan tertuju
pada sebuah rumah. Didepan rumah itu tengah berdiri seorang pemuda tampan yang
tengah memberi makan domba-dombanya. Meskipun pakaian pemuda itu sangat
sederhana seperti halnya pakaian petani didesa, namun ketampanan pemuda itu
tetap kelihatan sangat mempesonakan. Beberapa orang gadis desa yang baru
selesai memetik anggur dan apel yang lewat didekat pemuda itu, melemparkan
senyuman mereka kepada pemuda tampan itu yang dibalas pemuda itu dengan
anggukannya yang sopan.
“Dia tetap seorang pangeran.” Pikir Aldo, nama lelaki itu sambil tetap
memperhatikan pemuda itu. Walaupun dia tinggal didesa dan menjalani hidup
sebagai orang desa, namun kharismanya sebagai seorang pangeran tetap memancar
dan mempesonakan setiap orang yang menatapnya. Aldo menghela napas panjang. Matanya berkaca-kaca
memperhatikan pemuda itu. Pangeran yang terbuang, pikirnya. Sudah tiba saatnya
dia kembali ke istana dan menggantikan kedudukan raja yang dholim dan
sewenang-wenang.
Aldo memacu kudanya kearah rumah itu
dan setelah dekat dia menahan kudanya agar berjalan pelan mendekati pemuda itu.
Pemuda tampan yang tengah mengurus domba-dombanya itu kelihatan terkejut ada
orang asing yang mendekatinya.
“Harry……” sapa Aldo ramah.
Pemuda yang disapa Harry itu hanya
menatap lelaki asing itu tak mengerti. Dia bahkan merasa heran lelaki asing itu
mengetahui namanya.
“Siapakah tuan? Dan darimana tuan
mengenalku?” tanya pemuda itu.
Aldo turun dari kudanya. “Namaku Aldo.
Kau pasti tidak mengenalku, namun aku sudah mengenalmu sejak kau baru
dilahirkan.”
“Oh….” Harry seakan tak percaya dengan
ucapan lelaki itu.
Aldo tersenyum. “Kau baru akan percaya
setelah engkau mendengarkan ceritaku mengenai dirimu.”
Harry masih diam menatap lelaki asing
yang berdiri dihadapnnya.
“Kau tidak mempersilahkan aku masuk
kedalam rumahmu.” Ujar Aldo sambil tersenyum.
Harry mendadak sadar, bahwa dia
terlalu bingung dengan kehadiran lelaki itu sehingga lupa untuk
mempersilahkannya masuk.
“Mari, silahkan tuan. Namun rumah saya
sangatlah sederhana…..”
“Tidak masalah, aku ingin bertemu dan
bercakap-cakap denganmu.” Tukas Aldo sambil mengikuti Harry masuk kedalam
rumahnya yang sederhana dan apa adanya.
“Apakah kau tahu, siapakah dirimu?”
tanya Aldo setelah mereka duduk berhadapan menghadapi meja makan dari kayu yang
sudah tua dan sederhana.
Harry membalas tatapan Aldo. “Saya
hanyalah seorang pemuda desa…..”
“Bukan! Kau adalah seorang
pangeran.” Tukas Aldo.
“Apa?”
“Ya, kau seorang pangeran. Kau adalah
adik kembar pangeran Willy yang sekarang sudah naik tahta menjadi seorang
raja.” Ucap Aldo dengan wajah serius.
Harry membalas tatapan Aldo. Dia masih
belum percaya dengan ucapan Aldo.
“Dengarkanlah ceritaku ini. Aku adalah
salah seorang pengawal kepercayaan raja. Pada malam kau dilahirkan, aku
mendengar berita bahwa ratu melahirkan dua bayi kembar laki-laki. Kau lahir
sepuluh menit kemudian setelah kakakmu, Willy lahir.” Aldo memulai ceritanya.
“Kau pasti bingung dan tidak mengerti,
mengapa engkau tidak hidup dan tinggal di istana.” Kata Aldo lagi, melanjutkan
ceritanya. “Ayahmu mendapatkan ramalan dari peramal istana, bahwa ratu akan
melahirkan bayi kembar. Dan kelak setelah mereka dewasa, akan terjadi perebutan
kekuasaan diantara pangeran kembar itu. Ramalan itu sangat menakutkan ayahmu
sehingga ayahmu memutuskan untuk menyingkirkan engkau dari istana dan
menyerahkanmu pada salah seorang petani didesa ini. Ibumu tidak mengetahui
bahwa kau sudah diberikan oleh ayahmu pada petani didesa. Kepada ibumu, ayahmu
hanya mengatakan bahwa salah satu bayi kembarnya yang lahir belakangan sudah
meninggal. Belakangan, sebelum meninggal, ayahmu merasa berdosa telah
menyingkirkan engkau dari istana, walaupun sebelumnya ayahmu merasa bahwa apa
yang sudah dilakukannya adalah hal yang terbaik, untuk kerajaan. Akupun merasa
berdosa kepadamu, Harry. Maafkanlah aku. Kau berhak menghukum aku bila kelak
engkau sudah menjadi raja dan memiliki kekuasaan. Aku sekarang menyadari, bahwa
apa yang dulu rasanya sudah benar dilakukan, sekarang hal itu merupakan sebuah
kesalahan yang besar.”
Mata Harry mendadak berkaca-kaca. Dia
mencoba membayangkan bagaimana wajah ibunya, wanita yang telah melahirkannya
kedunia ini. Dia merasa sedih karena sejak lahir hingga sekarang dia belum pernah melihat wajah ibunya.
“Harry, ayahmu sudah lama meninggal
dunia. Sekarang yang menjadi raja adalah kakakmu, Willy. Namun ternyata Willy
tidaklah seperti yang diharapkan ayahmu, ibumu, dan juga rakyat negeri kita.
Dia sangat berbeda dengan ayahmu. Willy adalah seorang raja yang arogan, sombong, sewenang-wenang dan
tidak pernah peduli pada orang lain, juga pada rakyatnya sendiri yang sudah
banyak menderita karena kesewenang-wenangannya. Raja sangat senang berpesta dan
berpoya-poya dan tidak peduli dengan kesengsaraan rakyatnya yang menderita
kelaparan.”
“Kenapa tuan menceritakan semua ini
kepada saya?” tanya Harry. Dia tidak ingin mendengar cerita tentang kakaknya
yang tak pernah dikenalnya.
“Harry, aku datang kemari untuk
menjemputmu. Kau lah yang seharusnya menjadi raja. Kau lah yang bisa membuat
kerajaan kita pulih kembali menjadi sebuah kerajaan yang makmur dan rakyatnya
hidup sejahtera.”
Harry menatap Aldo tak mengerti.
“Harus terjadi pergantian kekuasaan.
Willy sudah tidak diharapkan lagi menjadi raja. Seluruh rakyat sudah membencinya. Aku kemari
mencarimu karena aku tahu, engkaulah yang pantas untuk menggantikan Willy.”
“Tidak.”
“Berpikirlah, kau bisa menjadi raja.”
Bujuk Aldo.
“Tidak. Aku sudang tenang menjadi
seorang petani.”
“Darah bangsawan yang mengalir dalam
darahmu tidak untuk menjadikan engkau sebagai seorang rakyat biasa. Kau harus
menjadi raja dan memerintah kerajaan ini seperti halnya ayahmu.” Bujuk Aldo
sekali lagi.
Harry termenung. Ayahanda raja, ibunda
ratu, Willy, semuanya seperti orang asing dalam hidupnya. Dia hanya mengenal
sepasang suami istri petani yang selama ini dikenalnya sebagai orangtuanya yang
sudah mengurusnya sepanjang hidupnya ini.
Sementara Aldo menatap pemuda itu
dengan penuh pengharapan. Aldo merasa ikut bertanggung-jawab dengan
kelangsungan kerajaan. Ditengah kekacauan yang terjadi karena rakyat sudah
benci pada rajanya, Aldo teringat pada
Harry, pangeran yang terbuang itu. Dia merasa berdosa telah menyingkirkan bayi
yang tak berdosa itu. Harry pasti sekarang telah tumbuh dewasa. Itulah sebabnya
Aldo memutuskan akan mencari Harry dan membawanya ke istana untuk menggantikan
kedudukan raja Willy.
Harry menatap Aldo. “Bila menurutmu
ini adalah sebuah rencana yang bagus untuk kepentingan seluruh rakyat, aku
bersedia.” Ucap Harry dengan suara lirih.
Bukan main leganya perasaan Aldo
mendengar jawaban Harry.
“Harry, aku percaya kepadamu. Kau
pasti bisa merebut tahta dari tangan Willy. Namun sebelum kita melaksanakan
rencana itu, untuk kelancaran rencana ini aku akan mendidikmu dengan
beragam ilmu yang harus kau ketahui
sebelum engkau duduk menggantikan
Willy menjadi seorang raja.”
Harry melaksanakan setiap petunjuk
Aldo dengan sungguh-sungguh. Ketika suatu saat Willy bermabuk-mabukan dalam
sebuah pesta di istana yang diselenggarakannya dan tertidur pulas dikamarnya,
Aldo segera menyuruh Harry menggantikan posisi Willy. Tak ada seorangpun yang
curiga bahwa raja telah diganti karena wajah Willy dan Harry sangat mirip.
Ketika Willy sadar diri pada keesokan harinya, dia sudah berada ditempat
asing disebuah desa yang tidak dikenalnya. Ada beberapa orang penjaga yang mengawasinya.
Walaupun Willy berteriak-teriak bahwa dia adalah seorang raja, namun tidak ada
seorangpun yang mempedulikannya. Aldo
sudah memenjarakan Willy ditempat yang terpencil dan tidak diketahui siapapun
kecuali dirinya dan orang-orang kepercayaannya.
Sementara itu ibunda ratu tahu bahwa yang menggantikan
Willy adalah pemuda asing. Dia terkejut ketika duduk bersanding dengan raja,
dia melihat dipergelangan tangan bagian dalamnya ada tanda berbentuk seperti
pedang. Salah seorang dayang yang membantunya ketika melahirkan bayi kembarnya,
mengatakan bahwa bayinya yang satu lagi tidak meninggal seperti yang diucapkan
oleh raja kepadanya. Namun bayinya
diambil orang. Dayang itu mengatakan bahwa bayinya yang hilang itu
memiliki tanda berbentuk pedang dipergelangan tangannya sebelah dalam.
Dan malam itu Aldo datang menemui
ibunda ratu. “Dia anakmu, Yang Mulia. Pangeran terbuang itu kini telah kembali
dan menjadi raja yang sesungguhnya, raja yang diharapkan oleh seluruh rakyat.”
Ucap Aldo.
Sekarang ibunda ratu tahu bahwa yang
menjadi raja adalah anaknya yang hilang sejak masih bayi. Bukan main bahagianya
perasaan ibunda ratu karena akhirnya dia bertemu kembali dengan anaknya yang
hilang. Ibunda ratu lalu menyerahkan sebuah pedang pusaka yang merupakan
warisan turun temurun dan harus diserahkan kepada pewaris kerajaan. Pedang
pusaka itu sangat indah sekali. Terbuat dari emas murni. Dan pegangannya
terbuat dari ukiran kayu yang sangat indah. Sudah lama Willy membujuk ibunya
agar segera menyerahkan pedang pusaka itu kepadanya. Namun ibunya tidak pernah
memberikannya karena dia melihat perilaku Willy yang sangat buruk dan telah
menyengsarakan seluruh rakyatnya. Kini pedang pusaka itu sudah diserahkan
kepada Harry. Ibunda ratu percaya Harry akan menjadi raja yang adil bijaksana
dan dicintai oleh seluruh rakyatnya.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar