Rabu, 22 Maret 2017

Miranda dan Kupu-kupu






Pangeran Andam membuka jendela kamarnya. Semalam dia baru pulang berburu. Tubuhnya masih terasa letih dan hari ini dia ingin beristirahat di istana sambil menunggu rusa hasil tangkapannya dipanggang oleh koki istana. Udara pagi yang hangat masuk kedalam kamarnya. Pangeran Andam merentangkan kedua tangannya. Ah, tubuhnya terasa segar. Dia melayangkan tatapannya keluar jendela. Mendadak matanya melihat keanehan. Ditengah taman seorang gadis tengah memetik bunga. Diatas kepalanya dikelilingi beberapa ekor kupu-kupu yg beterbangan mengitari seputar kepalanya. Rambut gadis itu hitam mengkilat. Indah sekali. Berkilauan terkena sinar matahari pagi. Sejenak Pangeran Andam tertegun memperhatikan pemandangan yang tidak biasa itu. Baru kali ini dia melihat gadis itu. Siapakah dia? Pikir Pangeran Andam. Saat itu pintu kamarnya mendadak terbuka. Rodim, koki istana berdiri diambang pintu.

“Tuanku, daging rusa hasil tangkapan semalam sudah selesai dipanggang. Barangkali tuanku akan sarapan dengan daging rusa panggang.” Kata Rodim.

“Ah, kenapa sepagi ini daging rusa itu sudah dipanggang?” sahut Pangeran Andam setengah menggerutu. “Aku ingin makan daging rusa panggang itu untuk makan siang nanti.”

“Oh, maaf Tuanku. Saya kira tuan menginginkan daging rusa panggang itu untuk sarapan pagi. Namun bila Tuan menginginkan untuk makan siang, daging rusa bisa dipanggang lagi nanti siang menjelang makan siang.”

“Yah, begitu lebih bagus. Dan jangan lupa bumbunya memakai bumbu jahe ya.” Ucap Pangeran Andam.

“Siap, Tuanku.” Sahut Rodim, merasa lega karena Pangeran Andam tidak memarahinya. Dia segera berbalik akan keluar kamar.

“Rodim! Tunggu dulu! Jangan pergi dulu.” Kata Pangeran Andam tiba-tiba. Matanya melayang lagi keluar, ketaman istana. Gadis itu masih berada disana. “Coba kemari. Siapakah gadis itu? Kenapa banyak kupu-kupu yang beterbangan disekitar kepalanya?”

Rodim mendekati jendela. Dia melihat keluar. Bibirnya tersenyum tipis. “Maafkan tuanku. Gadis itu adalah puteriku.”

“Apa? Puterimu?” seru Pangeran Andam tak percaya. “Gadis itu begitu cantik….”

“Terima kasih, tuanku. Gadis itu memang sebetulnya bukan puteri kandungku. Saya memungutnya sebagai anak ketika kedua gadis itu meninggal dunia. Namanya Miranda. Dia baru sebulan bekerja di istana ini. Setiap hari tugasnya adalah memetik dan merangkai bunga untuk beberapa ruangan di istana.”

“Lalu kenapa banyak kupu-kupu yang beterbangan diatas kepalanya? Aku merasa aneh sekali melihatnya.”

“Rambut Miranda sangat harum sekali seperti bunga, Tuanku. Barangkali hal itu yang membuat kupu-kupu sangat senang sekali berterbangan diseputar kepalanya.” Rodim tersenyum.

Pangeran Andam tertegun. “Ya, sudah, Aku masih ingin tiduran. Jangan lupa makan siangku dengan daging rusa panggang.”

“Baik tuanku.” Sahut Rodim sambil keluar kamar.

Pangeran Andam tetap berdiri didepan jendela kamarnya. Gadis itu kini sudah tidak ada lagi di taman. Miranda. Nama yang cantik, pikir Pangeran Andam.

Siang itu Pangeran Andam sudah duduk di meja makan. Dihadapannya ada daging rusa panggang. Harumnya sangat menggugah selera. Pangeran mengiris sekerat kecil daging. Hem, sedapnya. Mendadak dia melihat seseorang melintas dari ruangan sebelah. Rambutnya yang panjang hitam yang membuat sang pangeran mendadak teringat pada gadis yang dilihatnya ditaman tadi pagi. Pangeran menghentikan santapannya. Dia berharap gadis itu melintas kembali. Namun beberapa saat menunggu gadis berambut hitam panjang mengkilat itu tidak terlihat melintas lagi. Akhirnya sang pangeran segera menyelesaikan makan siangnya.

Setiap pagi Pangeran selalu mengintip dari balik jendela kamarnya barangkali Miranda tengah memetik bunga kembali. Namun dia tidak pernah melihat Miranda lagi. Ah, betapa kecewanya sang pangeran. Dia menyadari bahwa dirinya adalah telah jatuh hati pada sang gadis. Namun dia khawatir kedua orangtuanya akan marah bila mengetahui dirinya jatuh cinta pada anak gadis koki istana.

Suatu hari pangeran Andam akan pergi berburu lagi. Dia pergi ke istal kuda dibelakang istana. Mendadak dia melihat Miranda tengah memetik bunga ditaman dibelakang istana. Pangeran Andam mendekati Miranda.

“Oh, rupanya kau disini.” Tegur sang pangeran.

Miranda menoleh. Dia kelihatan terkejut melihat kedatangan dan sapaan sang pangeran.

“Maaf, tuanku. Apakah tuanku menyapa saya?” Tanya Miranda seakan bingung.

“Yah, aku pernah melihatmu memetik bunga ditaman didepan kamarku. Dan tak pernah kulihat lagi kau memetik bunga disana. Rupanya engkau berada disini.”

Miranda tersenyum. “Betul tuanku. Saya selalu berkelililing memetik bunga ditaman-taman istana. Istana tuanku memiliki banyak sekali taman bunga. Dan saya selalu berkeliling mencari bunga-bunga terbaik untuk mengisi ruangan-ruangan istana.”

“Oh begitu.” Ujar pangeran Andam mengerti. Dia melihat beberapa ekor kupu-kupu yang tengah beterbangan diatas kepala  Miranda. Pangeran Andam terpesona melihat pemandangan yang tidak biasa ini.

“Kupu-kupu itu selalu beterbangan diatas kepalamu. Pastinya kupu-kupu itu senang pada rambutmu.” Kata pangeran Andam.

Miranda menatap kupu-kupu yang begitu dekat dengan kepalanya. Dia mengulurkan jari telunjuknya. Seekor kupu-kupu yang cantik hinggap diujung jarinya. Kelihatan sangat senang hinggap diujung jari Miranda. Miranda tersenyum menatap kupu-kupu itu.

“Yah, kupu-kupu ini semuanya dalah teman-teman saya. Mereka selalu menemani saya setiap kali saya tengah memetik bunga.” Ucap Miranda.

“Dan kupu-kupu itu berterbangan dan hinggap pada rambutmu tentunya karena mereka senang dengan rambutmu yang indah dan harum” ujar pangeran Andam. Dia lalu melihat keranjang bunga gadis itu telah terisi penuh dengan mawar merah, mawar putih dan mawar ungu yang cantik. “Kalau begitu tolong nanti simpankan bunga-bunga mawar itu dikamarku ya.”

“Baik tuanku.” Sahut Miranda.  

Pangeran Andam pergi menuju istal kudanya. Dia mengeluarkan kudanya. Beberapa pengawal yang akan menemaninya berburu telah menunggunya. Tidak lama kemudian rombongan pangeran telah berangkat memacu kuda menuju hutan untuk berburu.

Menjelang sore hari rombongan pangeran telah kembali ke istana. Ketika pangeran masuk kedalam kamarnya, dia melihat sebuah karangan bunga mawar yang besar berada diatas meja dikamarnya. Pangeran Andam tersenyum. Dia merasa senang sekali melihat karangan bunga yang cantik itu. Pangeran Andam memanggil salah seorang pelayan kepercayaannya, Moza.

“Moza, sampaikan pada Miranda nanti malam aku mengundangnya ke taman istana dibelakang.” Kata sang pangeran.

“Baik tuanku.” Sahut Moza.

Malam itu sang pangeran duduk dibangku taman menunggu kedatangan Miranda. Tak lama kemudian Miranda datang. Dia kelihatan malu dan bingung.

“Tuanku, apakah ada kesalahan saya sehingga tuanku memanggil saya kemari?” Tanya Miranda.

Pangeran Andam tersenyum. “Tidak, Miranda. Kau tidak punya kesalahan apapun kepadaku. Aku mengundangmu kemari karena ingin berkenalan denganmu lebih dekat lagi.” Ujar pangeran Andam. “Duduklah disini didekatku.”

“Terima kasih, tuanku. Mana berani saya duduk disitu berdampingan dengan tuanku.” Sahut Miranda sambil tetap berdiri dengan kepala menunduk.

  “Aku yang memintamu duduk disini.” Ucap pangeran Andam.

Miranda menggeleng pelan. “Tidak tuanku. Saya tidak berani duduk disitu.” Sahut Miranda.

Pangeran Andam tersenyum. “Baiklah. Saya tidak akan memaksamu. Rupanya kau memang seorang gadis yang sopan. Sekarang bagaimana caranya agar saya bisa bercakap-cakap denganmu tanpa saya harus berada dalam posisi duduk sementara engkau berdiri disitu?”

Miranda tersenyum menatap sang pangeran. “Saya memiliki cara dimana saya dan tuanku bisa bercakap-cakap dengan leluasa tanpa mengabaikan sopan santun saya kepada tuanku.”

“Bagaimana caranya?” Tanya sang pangeran ingin tahu.

“Pada saat saya tengah memetik bunga-bunga ditaman, tuanku datanglah menemui saya. Pada saat itu apabila tuanku mengajak saya bercakap-cakap dan dilihat oleh banyak orang, tidak akan ada yang menganggap saya tidak sopan. Sambil saya bekerja memetik bunga, saya bisa bercakap-cakap dengan tuanku.”

Pangeran Andam tersenyum. “Baiklah kalau begitu.”

Esok harinya pangeran Andam menemui Miranda yang tengah memetik bunga. Mereka bercakap-cakap sambil menikmati keindahan taman dan sinar mentari pagi yang hangat menyinari bumi. Seperti biasanya kupu-kupu yang cantik berterbangan diatas kepala Miranda. Pangeran senang memperhatikan kupu-kupu itu yang beberapa diantaranya hingga diatas rambut Miranda. Hari-hari selanjutnya apabila  ada kesempatan, pangeran Andam selalu menemui Miranda yang tengah memetik bunga dan mereka bercakap-cakap sambil bersenda gurau disana. Lama-lama akhirnya seluruh penghuni istana mengetahui bahwa Pangeran Andam telah jatuh cinta pada Miranda tukang rangkai bunga istana yang juga puteri angkat Rodim, koki istana. Raja dan permaisuri ternyata tidak mempermasalahkan perbedaan harkat dan derajat diantara pangeran Andam dan Miranda. Mereka terlihat ikut merasa senang melihat pangeran Andam terlihat bahagia bila tengah bersama Miranda. Oh, bukan main bahagianya pangeran Andam mendapatkan restu dari kedua orangtuanya. Tidak lama pangeran Andam melangsungkan pernikahan bersama Miranda. Keduanya hidup bahagia. Miranda tidak lagi menjadi tukang petik bunga dan tukang rangkai bunga istana. Namun dia masih tetap merangkai bunga sendiri untuk ditaruh dikamar yang ditempatinya bersama suaminya.



--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar