Pangeran Andam membuka
jendela kamarnya. Semalam dia baru pulang berburu. Tubuhnya masih terasa letih
dan hari ini dia ingin beristirahat di istana sambil menunggu rusa hasil
tangkapannya dipanggang oleh koki istana. Udara pagi yang hangat masuk kedalam
kamarnya. Pangeran Andam merentangkan kedua tangannya. Ah, tubuhnya terasa
segar. Dia melayangkan tatapannya keluar jendela. Mendadak matanya melihat
keanehan. Ditengah taman seorang gadis tengah memetik bunga. Diatas kepalanya
dikelilingi beberapa ekor kupu-kupu yg beterbangan mengitari seputar kepalanya.
Rambut gadis itu hitam mengkilat. Indah sekali. Berkilauan terkena sinar
matahari pagi. Sejenak Pangeran Andam tertegun memperhatikan pemandangan yang
tidak biasa itu. Baru kali ini dia melihat gadis itu. Siapakah dia? Pikir
Pangeran Andam. Saat itu pintu kamarnya mendadak terbuka. Rodim, koki istana
berdiri diambang pintu.
“Tuanku, daging rusa
hasil tangkapan semalam sudah selesai dipanggang. Barangkali tuanku akan
sarapan dengan daging rusa panggang.” Kata Rodim.
“Ah, kenapa sepagi ini
daging rusa itu sudah dipanggang?” sahut Pangeran Andam setengah menggerutu.
“Aku ingin makan daging rusa panggang itu untuk makan siang nanti.”
“Oh, maaf Tuanku. Saya
kira tuan menginginkan daging rusa panggang itu untuk sarapan pagi. Namun bila
Tuan menginginkan untuk makan siang, daging rusa bisa dipanggang lagi nanti
siang menjelang makan siang.”
“Yah, begitu lebih
bagus. Dan jangan lupa bumbunya memakai bumbu jahe ya.” Ucap Pangeran Andam.
“Siap, Tuanku.” Sahut
Rodim, merasa lega karena Pangeran Andam tidak memarahinya. Dia segera berbalik
akan keluar kamar.
“Rodim! Tunggu dulu!
Jangan pergi dulu.” Kata Pangeran Andam tiba-tiba. Matanya melayang lagi
keluar, ketaman istana. Gadis itu masih berada disana. “Coba kemari. Siapakah
gadis itu? Kenapa banyak kupu-kupu yang beterbangan disekitar kepalanya?”
Rodim mendekati
jendela. Dia melihat keluar. Bibirnya tersenyum tipis. “Maafkan tuanku. Gadis
itu adalah puteriku.”
“Apa? Puterimu?” seru
Pangeran Andam tak percaya. “Gadis itu begitu cantik….”
“Terima kasih, tuanku.
Gadis itu memang sebetulnya bukan puteri kandungku. Saya memungutnya sebagai
anak ketika kedua gadis itu meninggal dunia. Namanya Miranda. Dia baru sebulan
bekerja di istana ini. Setiap hari tugasnya adalah memetik dan merangkai bunga
untuk beberapa ruangan di istana.”
“Lalu kenapa banyak kupu-kupu
yang beterbangan diatas kepalanya? Aku merasa aneh sekali melihatnya.”
“Rambut Miranda sangat
harum sekali seperti bunga, Tuanku. Barangkali hal itu yang membuat kupu-kupu
sangat senang sekali berterbangan diseputar kepalanya.” Rodim tersenyum.
Pangeran Andam
tertegun. “Ya, sudah, Aku masih ingin tiduran. Jangan lupa makan siangku dengan
daging rusa panggang.”
“Baik tuanku.” Sahut
Rodim sambil keluar kamar.
Pangeran Andam tetap
berdiri didepan jendela kamarnya. Gadis itu kini sudah tidak ada lagi di taman.
Miranda. Nama yang cantik, pikir Pangeran Andam.
Siang itu Pangeran
Andam sudah duduk di meja makan. Dihadapannya ada daging rusa panggang.
Harumnya sangat menggugah selera. Pangeran mengiris sekerat kecil daging. Hem,
sedapnya. Mendadak dia melihat seseorang melintas dari ruangan sebelah.
Rambutnya yang panjang hitam yang membuat sang pangeran mendadak teringat pada
gadis yang dilihatnya ditaman tadi pagi. Pangeran menghentikan santapannya. Dia
berharap gadis itu melintas kembali. Namun beberapa saat menunggu gadis
berambut hitam panjang mengkilat itu tidak terlihat melintas lagi. Akhirnya
sang pangeran segera menyelesaikan makan siangnya.
Setiap pagi Pangeran
selalu mengintip dari balik jendela kamarnya barangkali Miranda tengah memetik
bunga kembali. Namun dia tidak pernah melihat Miranda lagi. Ah, betapa
kecewanya sang pangeran. Dia menyadari bahwa dirinya adalah telah jatuh hati
pada sang gadis. Namun dia khawatir kedua orangtuanya akan marah bila
mengetahui dirinya jatuh cinta pada anak gadis koki istana.
Suatu hari pangeran
Andam akan pergi berburu lagi. Dia pergi ke istal kuda dibelakang istana.
Mendadak dia melihat Miranda tengah memetik bunga ditaman dibelakang istana.
Pangeran Andam mendekati Miranda.
“Oh, rupanya kau
disini.” Tegur sang pangeran.
Miranda menoleh. Dia
kelihatan terkejut melihat kedatangan dan sapaan sang pangeran.
“Maaf, tuanku. Apakah
tuanku menyapa saya?” Tanya Miranda seakan bingung.
“Yah, aku pernah
melihatmu memetik bunga ditaman didepan kamarku. Dan tak pernah kulihat lagi
kau memetik bunga disana. Rupanya engkau berada disini.”
Miranda tersenyum.
“Betul tuanku. Saya selalu berkelililing memetik bunga ditaman-taman istana.
Istana tuanku memiliki banyak sekali taman bunga. Dan saya selalu berkeliling mencari
bunga-bunga terbaik untuk mengisi ruangan-ruangan istana.”
“Oh begitu.” Ujar
pangeran Andam mengerti. Dia melihat beberapa ekor kupu-kupu yang tengah beterbangan
diatas kepala Miranda. Pangeran Andam
terpesona melihat pemandangan yang tidak biasa ini.
“Kupu-kupu itu selalu
beterbangan diatas kepalamu. Pastinya kupu-kupu itu senang pada rambutmu.” Kata
pangeran Andam.
Miranda menatap
kupu-kupu yang begitu dekat dengan kepalanya. Dia mengulurkan jari telunjuknya.
Seekor kupu-kupu yang cantik hinggap diujung jarinya. Kelihatan sangat senang
hinggap diujung jari Miranda. Miranda tersenyum menatap kupu-kupu itu.
“Yah, kupu-kupu ini
semuanya dalah teman-teman saya. Mereka selalu menemani saya setiap kali saya
tengah memetik bunga.” Ucap Miranda.
“Dan kupu-kupu itu
berterbangan dan hinggap pada rambutmu tentunya karena mereka senang dengan
rambutmu yang indah dan harum” ujar pangeran Andam. Dia lalu melihat keranjang
bunga gadis itu telah terisi penuh dengan mawar merah, mawar putih dan mawar
ungu yang cantik. “Kalau begitu tolong nanti simpankan bunga-bunga mawar itu
dikamarku ya.”
“Baik tuanku.” Sahut
Miranda.
Pangeran Andam pergi
menuju istal kudanya. Dia mengeluarkan kudanya. Beberapa pengawal yang akan
menemaninya berburu telah menunggunya. Tidak lama kemudian rombongan pangeran
telah berangkat memacu kuda menuju hutan untuk berburu.
Menjelang sore hari
rombongan pangeran telah kembali ke istana. Ketika pangeran masuk kedalam
kamarnya, dia melihat sebuah karangan bunga mawar yang besar berada diatas meja
dikamarnya. Pangeran Andam tersenyum. Dia merasa senang sekali melihat karangan
bunga yang cantik itu. Pangeran Andam memanggil salah seorang pelayan
kepercayaannya, Moza.
“Moza, sampaikan pada
Miranda nanti malam aku mengundangnya ke taman istana dibelakang.” Kata sang pangeran.
“Baik tuanku.” Sahut
Moza.
Malam itu sang pangeran
duduk dibangku taman menunggu kedatangan Miranda. Tak lama kemudian Miranda
datang. Dia kelihatan malu dan bingung.
“Tuanku, apakah ada
kesalahan saya sehingga tuanku memanggil saya kemari?” Tanya Miranda.
Pangeran Andam
tersenyum. “Tidak, Miranda. Kau tidak punya kesalahan apapun kepadaku. Aku
mengundangmu kemari karena ingin berkenalan denganmu lebih dekat lagi.” Ujar
pangeran Andam. “Duduklah disini didekatku.”
“Terima kasih, tuanku.
Mana berani saya duduk disitu berdampingan dengan tuanku.” Sahut Miranda sambil
tetap berdiri dengan kepala menunduk.
“Aku
yang memintamu duduk disini.” Ucap pangeran Andam.
Miranda menggeleng
pelan. “Tidak tuanku. Saya tidak berani duduk disitu.” Sahut Miranda.
Pangeran Andam
tersenyum. “Baiklah. Saya tidak akan memaksamu. Rupanya kau memang seorang
gadis yang sopan. Sekarang bagaimana caranya agar saya bisa bercakap-cakap
denganmu tanpa saya harus berada dalam posisi duduk sementara engkau berdiri
disitu?”
Miranda tersenyum
menatap sang pangeran. “Saya memiliki cara dimana saya dan tuanku bisa
bercakap-cakap dengan leluasa tanpa mengabaikan sopan santun saya kepada
tuanku.”
“Bagaimana caranya?”
Tanya sang pangeran ingin tahu.
“Pada saat saya tengah
memetik bunga-bunga ditaman, tuanku datanglah menemui saya. Pada saat itu
apabila tuanku mengajak saya bercakap-cakap dan dilihat oleh banyak orang,
tidak akan ada yang menganggap saya tidak sopan. Sambil saya bekerja memetik
bunga, saya bisa bercakap-cakap dengan tuanku.”
Pangeran Andam
tersenyum. “Baiklah kalau begitu.”
Esok harinya pangeran
Andam menemui Miranda yang tengah memetik bunga. Mereka bercakap-cakap sambil
menikmati keindahan taman dan sinar mentari pagi yang hangat menyinari bumi. Seperti
biasanya kupu-kupu yang cantik berterbangan diatas kepala Miranda. Pangeran
senang memperhatikan kupu-kupu itu yang beberapa diantaranya hingga diatas
rambut Miranda. Hari-hari selanjutnya apabila ada kesempatan, pangeran Andam selalu menemui Miranda
yang tengah memetik bunga dan mereka bercakap-cakap sambil bersenda gurau
disana. Lama-lama akhirnya seluruh penghuni istana mengetahui bahwa Pangeran
Andam telah jatuh cinta pada Miranda tukang rangkai bunga istana yang juga
puteri angkat Rodim, koki istana. Raja dan permaisuri ternyata tidak
mempermasalahkan perbedaan harkat dan derajat diantara pangeran Andam dan
Miranda. Mereka terlihat ikut merasa senang melihat pangeran Andam terlihat
bahagia bila tengah bersama Miranda. Oh, bukan main bahagianya pangeran Andam
mendapatkan restu dari kedua orangtuanya. Tidak lama pangeran Andam
melangsungkan pernikahan bersama Miranda. Keduanya hidup bahagia. Miranda tidak
lagi menjadi tukang petik bunga dan tukang rangkai bunga istana. Namun dia
masih tetap merangkai bunga sendiri untuk ditaruh dikamar yang ditempatinya
bersama suaminya.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar