Mata air itu hanya
satu-satunya sumber mata air yang dimiliki warga dusun Kaliki. Untuk
mendapatkan air warga setiap pagi berduyun-duyun mendatangi mata air sambil
membawa gentong untuk tempat air. Jarak yang jauh yang harus ditempuh membuat
kehidupan terasa sulit. Winarya kades Kaliki sangat memahami kesulitan
warganya. Namun untuk menarik air dari sumber mata ar dibutuhkan biaya yang
tidak sedikit. salah satunya adalah bambu yang akan dipakai untuk menyalurkan
air.
Suatu hari musim
kemarau melanda desa Kaliki. Pohon-pohon meranggas. Tanah kering dan terbelah.
Sawah-sawah tak terairi sehingga petani tidak bisa menanam padi. kehidupan
warga sangat sengsara. Mereka makan apa saja yang masih bisa dimakan saat
persediaan padi semakin menyusut hingga akhirnya habis. Singkong, ubi, ubi
jalar, jagung menjadi pilihan ketika beras sudah habis.
Sari, anak gadis
Winarya hampir setiap hari mengambil air dengan gentong dari mata air. Sambil
mencuci pakaian. Sumber mata air itu semakin surut. Dia berpikir harus ada yang
dilakukan untuk menanggulangi kesengsaraan ini.
Suatu hari dia
berkata pada ayahnya.
"Bapak, sumber
mata air semakin surut sementara kebutuhan air bersih harus tetap terpenuhi
setiap hari. Harus ada yng kita lakukan untuk mengatasi hal ini." kata
Sari kepada ayahnya.
"Sari, hampir
setiap waktu Bapak pun memikirkan hal ini. Namun sampai sekarang bapak masih
bingung bagaimana mengatasi semua kesulitan ini." kata winarya.
"Bapak, saya
akan mengajak anak-anak muda di dusun kita ini untuk mengalirkan air dari
sumber mata air ke sebuah tepat disekitar kita yang akan menjadi tempat
penampungan air dan kemudian dari tempat penampungan air itu kita alirkan lagi
air itu kebeberapa buah bak penampungan air lainnya dibeberapa tempat sehingga
setiap penduduk tidak harus terlalu jauh berjalan untuk mendapatkan air."
"Kau benar,
namun untuk melaksanakan hal itu dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kita
perlu tenaga dan peralatan yang jumlahnya tidak sedikit."
"Ayah, soal
tenaga tidak perlu khawatir. Saya akan mengajak anak-anak muda teman-teman saya
di dusun ini untuk bekerja bergotong royong. Soal peralatan, kita akan memakai
peralatan seadanya saja yang dimiliki oleh penduduk disini. Mengenai bambu,
disini banyak tumbuhan bambu yang bisa kita manfaatkan. Tentu kita akan
membelinya dari pemiliknya. Dan untuk membeli bambu itu kita akan meminta warga
untu mengumpulkan sumbangan dan dari hasil uang sumbangan yang terkumpul itu
akan kita gunakan untuk membeli bambu. Persoalannya tidak sederhana tapi kita
harus mau mencobanya."
Winarya termenung
mendengar ucapan anaknya. Lalu dia mengangguk. "Kau benar, ayah akan
mencoba bicara dengan beberapa orang penduduk.
Esok harinya
Winarya berbicara dengan beberapa orang penduduk. Beberapa orang langsung
bersedia, namun ada juga yang menolak. Namun Winarya merasa puas karena yang
mendukung rencananya jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang menolak. sari
menemui teman-temannya membicarakan siapa saja yang bersedia bekerja gotong
royong untuk mengalirkan air dari tempat yang jauh itu.
Sari dikenal
sebagai gadis yang rajin dan cekatan. Dia juga ramah dan baik hati. Ajakannya
disambut dengan gembira oleh anak-anak muda didesanya.
"Ya, sari kami
bersedia bekerja gotong royong seperti rencanamu." kata mereka.
Beberapa hari kemudian
bambu-bambu sudah terkumpul hasil dari sumbangan penduduk. Sari dan teman-temannta sudah siap bekerja.
mereka mulai dengan mengukur bambu-bambu itu, memotong dan kemudian
disambung-sambung ketempat yang sudah ditentukan. sementara winarya dan beberapa
orang lainnya bekerja ditempat yang akan dibuat bak besar utama untuk menampung
air. dari uang as dusun mereka membeli semen, batu bata dan mulai membangun bak besar untuk menampung air.
Sementara ibunya Sari bersama perempuan desa lainnya bekerja didapur menyediakan makanan untuk warga yang tengah
bekerja dan bergotong royong. mereka semua berharap air akan segera mengalir
untuk memenuhi segala macam kebutuhan semua warga desa. begitu pentingnya
keberadaan air itu sehingga semuanya bekerja dengan penuh semangat dan harapan.
Dua bulan lamanya
warga dusun bekerja bergotong royong. Akhirnya air jernih yang bening mengalir
ke bak penampungan besar.
"Sari, bapak
sangat bangga kepadamu. Kau seorang gadis yang pintar dan bijak. Dusun ini
membutuhkan seorang pemimpin yang sepertimu. Kau lihat, selama bapak menjadi
kepala desa tak banyak yang bisa bapak lakukan. tapi kau sudah banyak berbuat.
kau yang mengajarkan anak-anak beragam keterampilan dan kerajinan. Dan kau
sering memberikan pemecahan pada masalah-masalah yang terjadi didesa ini."
Sari hanya
tersenyum mendengar ucapan ayahnya. dia sangat mencintai desa kaliki, tempat
dia dilahirkan, dia sendiri punya mimpi kelas desanya akan berubah menjadi desa
yang makmur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar