Rabu, 22 Maret 2017

Dusun Kaliki





Mata air itu hanya satu-satunya sumber mata air yang dimiliki warga dusun Kaliki. Untuk mendapatkan air warga setiap pagi berduyun-duyun mendatangi mata air sambil membawa gentong untuk tempat air. Jarak yang jauh yang harus ditempuh membuat kehidupan terasa sulit. Winarya kades Kaliki sangat memahami kesulitan warganya. Namun untuk menarik air dari sumber mata ar dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. salah satunya adalah bambu yang akan dipakai untuk menyalurkan air.

Suatu hari musim kemarau melanda desa Kaliki. Pohon-pohon meranggas. Tanah kering dan terbelah. Sawah-sawah tak terairi sehingga petani tidak bisa menanam padi. kehidupan warga sangat sengsara. Mereka makan apa saja yang masih bisa dimakan saat persediaan padi semakin menyusut hingga akhirnya habis. Singkong, ubi, ubi jalar, jagung menjadi pilihan ketika beras sudah habis.

Sari, anak gadis Winarya hampir setiap hari mengambil air dengan gentong dari mata air. Sambil mencuci pakaian. Sumber mata air itu semakin surut. Dia berpikir harus ada yang dilakukan untuk menanggulangi kesengsaraan ini.

Suatu hari dia berkata pada ayahnya.

"Bapak, sumber mata air semakin surut sementara kebutuhan air bersih harus tetap terpenuhi setiap hari. Harus ada yng kita lakukan untuk mengatasi hal ini." kata Sari kepada ayahnya.

"Sari, hampir setiap waktu Bapak pun memikirkan hal ini. Namun sampai sekarang bapak masih bingung bagaimana mengatasi semua kesulitan ini." kata winarya.

"Bapak, saya akan mengajak anak-anak muda di dusun kita ini untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke sebuah tepat disekitar kita yang akan menjadi tempat penampungan air dan kemudian dari tempat penampungan air itu kita alirkan lagi air itu kebeberapa buah bak penampungan air lainnya dibeberapa tempat sehingga setiap penduduk tidak harus terlalu jauh berjalan untuk mendapatkan air."

"Kau benar, namun untuk melaksanakan hal itu dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kita perlu tenaga dan peralatan yang jumlahnya tidak sedikit."

"Ayah, soal tenaga tidak perlu khawatir. Saya akan mengajak anak-anak muda teman-teman saya di dusun ini untuk bekerja bergotong royong. Soal peralatan, kita akan memakai peralatan seadanya saja yang dimiliki oleh penduduk disini. Mengenai bambu, disini banyak tumbuhan bambu yang bisa kita manfaatkan. Tentu kita akan membelinya dari pemiliknya. Dan untuk membeli bambu itu kita akan meminta warga untu mengumpulkan sumbangan dan dari hasil uang sumbangan yang terkumpul itu akan kita gunakan untuk membeli bambu. Persoalannya tidak sederhana tapi kita harus mau mencobanya."

Winarya termenung mendengar ucapan anaknya. Lalu dia mengangguk. "Kau benar, ayah akan mencoba bicara dengan beberapa orang penduduk.

Esok harinya Winarya berbicara dengan beberapa orang penduduk. Beberapa orang langsung bersedia, namun ada juga yang menolak. Namun Winarya merasa puas karena yang mendukung rencananya jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang menolak. sari menemui teman-temannya membicarakan siapa saja yang bersedia bekerja gotong royong untuk mengalirkan air dari tempat yang jauh itu.

Sari dikenal sebagai gadis yang rajin dan cekatan. Dia juga ramah dan baik hati. Ajakannya disambut dengan gembira oleh anak-anak muda didesanya.

"Ya, sari kami bersedia bekerja gotong royong seperti rencanamu." kata mereka.

Beberapa hari kemudian bambu-bambu sudah terkumpul hasil dari sumbangan penduduk.  Sari dan teman-temannta sudah siap bekerja. mereka mulai dengan mengukur bambu-bambu itu, memotong dan kemudian disambung-sambung ketempat yang sudah ditentukan. sementara winarya dan beberapa orang lainnya bekerja ditempat yang akan dibuat bak besar utama untuk menampung air. dari uang as dusun mereka membeli semen, batu bata dan mulai  membangun bak besar untuk menampung air. Sementara ibunya Sari bersama perempuan desa lainnya bekerja didapur  menyediakan makanan untuk warga yang tengah bekerja dan bergotong royong. mereka semua berharap air akan segera mengalir untuk memenuhi segala macam kebutuhan semua warga desa. begitu pentingnya keberadaan air itu sehingga semuanya bekerja dengan penuh semangat dan harapan.

Dua bulan lamanya warga dusun bekerja bergotong royong. Akhirnya air jernih yang bening mengalir ke bak penampungan besar.

"Sari, bapak sangat bangga kepadamu. Kau seorang gadis yang pintar dan bijak. Dusun ini membutuhkan seorang pemimpin yang sepertimu. Kau lihat, selama bapak menjadi kepala desa tak banyak yang bisa bapak lakukan. tapi kau sudah banyak berbuat. kau yang mengajarkan anak-anak beragam keterampilan dan kerajinan. Dan kau sering memberikan pemecahan pada masalah-masalah yang terjadi didesa ini."

Sari hanya tersenyum mendengar ucapan ayahnya. dia sangat mencintai desa kaliki, tempat dia dilahirkan, dia sendiri punya mimpi kelas desanya akan berubah menjadi desa yang makmur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar