Selasa, 03 Desember 2013

Kirani dan Cendrawasih






Kirani seorang gadis yang cantik dan lembut. Dia senang bermain-main dengan burung cendrawasih yang merupakan hadiah dari ayahnya ketika dia berulang tahun waktu  masih kecil dulu. Kini Kirani sudah menjadi seorang gadis remaja dan burung cendrawasih itu pun sudah semakin besar. Bulunya sangat indah berwarna-warni. Kirani sangat menyukai bulu burung cendrawasih itu bila tengah mengembang seperti sebuah kipas.
“Cendrawasih, aku sangat sayang kepadamu.” Kata Kirani suatu hari. “Aku sejak kecil sudah bersahabat denganmu. Kau teman bermainku yang setia. Dan hingga kini kita tetap bersahabat.”
“Ya, Kirani.” Sahut cendrawasih itu. “Aku pun sangat sayang kepadamu. Kau selama ini sudah merawat aku dengan baik sehingga aku bisa tumbuh besar.”
“Cendrawasih, bila aku memandangmu, aku selalu teringat kepada ayahku yang sudah lama tiada. Engkaulah peninggalan ayahku yang paling berharga.” Ucap Kirani. Ketika dia menyebut ayahnya, Kirani mendadak menjadi sedih. Dia sangat kehilangan ayahnya. Airmatanya mendadak menggenang.
“Kirani, jangan bersedih. Ayahmu sudah tenang dialam sana. Kau masih memiliki ibumu dan juga memiliki aku yang akan selalu menemanimu.” Hibur cendrawasih.
Pada saat itu mendadak datang rusa menghampiri mereka. Rusa itu juga merupakan sahabat Kirani.
“Kirani, apakah engkau sudah mendengar bahwa pangeran sedang mencari seorang istri?” Tanya rusa.
“Seorang istri? Tidak, aku tidak mendengar berita itu.” Sahut Kirani.
“Aku tadi mendengarnya dari percakapan dua orang gadis didesa ini. Mereka akan datang ke istana dan berharap semoga mereka yang terpilih oleh sang pangeran.” Kata rusa.
“Oh, tentu mereka gadis-gadis yang cantik-cantik.” Kata Kirani.
“Kirani, engkau lebih cantik dari mereka.” Kata rusa. “Kau pergilah ke istana. Siapa tahu pangeran tertarik kepadamu.”
Kirani tersenyum mendengar ucapan rusa itu. “Rusa, sahabatku yang baik. Aku hanyalah seorang gadis desa. Tidak mungkin pangeran akan tertarik kepadaku.”
“Kau belum mencobanya, Kirani. Bila engkau pergi ke istana, siapa tahu pangeran melihatmu dan jatuh cinta kepadamu. Engkau seorang gadis yang cantik jelita dan sangat menarik. Pasti pangeran akan terpesona melihat kecantikanmu.” Kata rusa membujuk Kirani.
“Rusa, aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri. Aku tidak memiliki sehelai pun  gaun yang pantas untuk aku kenakan ke istana.” Kirani tetap menggelengkan kepalanya.
“Oh, Kirani. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Kau bisa berdansa. Aku sering melihatmu berdansa. Dansamu sangat indah sekali.” Bujuk rusa sekali lagi.
“Sudah kubilang aku tidak mau pergi.”  Ucap Kirani. “Aku memang bisa berdansa namun aku tidak mungkin pergi ke istana dengan mengenakan pakaianku yang sederhana ini.”
Dengan wajah sedih Kirani memperhatikan gaunnya yang sederhana dan sudah lusuh. Cendrawasih yang mendengarkan percakapan Kirani dan rusa mendadak memiliki gagasan.
“Kirani, pergilah ke istana. Benar kata rusa tadi, siapa tahu pangeran tertarik dan jatuh cinta kepadamu.” Kata cendrawasih dengan penuh semangat. “Mengenai gaun yang akan engkau kenakan ke istana nanti, kau tidak perlu khawatir. Kau bisa meminjam gaun panjang ibumu dan engkau menghiasi gaun itu dengan buluku yang indah ini.”
“Apa? Aku meminjam gaun panjang ibuku dan engkau mau melepaskan bulumu yang indah itu sebagai hiasan gaun itu?” seru Kirani.
“Ya, Kirani. Selama ini engkau selalu merawat aku dengan baik. Sudah saatnya aku membalas kebaikanmu itu.” Sahut cendrawasih sambil tersenyum.
“Oh, terima kasih cendrawasih yang baik.” Kata Kirani gembira.
Bergegas Kirani menemui ibunya.
“Ibu, bolehkah aku meminjam gaunmu untuk kukenakan ke istana? Aku ingin sekali pergi ke istana. Pangeran mengadakan pesta di istananya dan mengundang semua gadis dinegeri ini untuk datang ke istana.”
“Tentu saja, Kirani.” Sahut ibunya sambil tersenyum lembut. Ibunya lalu mengambil gaunnya yang berwarna biru.  “Gaun ini sudah lama sekali tidak pernah lagi dikenakan  oleh ibu. Mudah-mudahan ukurannya sesuai dengan tubuhmu.”
Kirani mencoba gaun itu. Ternyata ukurannya sangat pas dengan tubuhnya. Cendrawasih lalu melepaskan bulunya. Kirani segera menghiasi gaun sederhana milik ibunya itu dengan bulu-bulu cendrawasih. Tidak lama kemudian gaun itu sudah berubah menjadi gaun yang indah sekali. Bulu burung cendrawasih yang masih tersisa lalu dibuat menjadi  sebuah bondu yang indah untuk hiasan rambutnya.
Kirani segera mempersiapkan diri. Dia mandi dan  berkeramas. Dikenakannya gaunnya. Rambutnya yang hitam panjang berkilauan diberi hiasan bondu  bulu cendrawasih. Sekejap saja Kirani sudah menjelma menjadi seorang gadis yang mempesona dengan gaunnya yang indah.
“Ayo kita segera berangkat. Nanti terlambat.” Kata rusa.
Kirani duduk dipunggung rusa itu. Rusa itu lalu berlari sekencang-kencangnya menuju ke istana. Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di istana. Bergegas Kirani masuk. Dan dia hampir saja menabrak sang pangeran karena terlalu tergesa-gesa.
“Oh, maaf.” Kata Kirani.
Pangeran tersenyum menatapnya. “Siapakah namamu? Kau cantik sekali mengenakan gaun dengan bulu burung cendrawasih itu.” ujar sang pangeran.
“Nama hamba Kirani,  tuanku.”
“Kirani,  maukah engkau berdansa denganku?”
“Oh, tentu saja, tuanku. Dengan senang hati.” Sahut Kirani  gembira.
Musik segera mengalun merdu. Kirani dan pangeran lalu berdansa. Pangeran merasa takjub dengan kelincahan Kirani dalam berdansa. Kirani tidak seperti gadis desa. Dia sangat pintar sekali berdansa. Dansanya sangat indah dan sungguh mempesonakan. Apalagi dengan gaun berbulu burung cendrawasih itu, Kirani membuat sang pangeran tidak henti-hentinya berdecak penuh kekaguman.
“Kirani, engkau ternyata sangat pandai berdansa. Dansamu sungguh luar biasa sekali. Sepertinya engkau sudah terlatih dan sudah biasa berdansa. Siapakah yang mengajarimu berdansa?” Tanya sang pangeran.
Kirani tersenyum. “Ibuku, tuan.”
“Siapakah ibumu namanya?”
“Soraya, tuan.”
Mendadak pangeran seakan tertegun mendengar nama itu. “Aku sepertinya pernah mendengar nama itu.” Kata pangeran. Mendadak dia seakan teringat sesuatu.
“Oh, kau rupanya adalah puteri pengajar dansa istana dimasa lalu.” Seru pangeran. “Ya, aku pernah mendengar nama Soraya.  Soraya dahulu adalah pengajar dansa di istana. Namun setelah menikah dia berhenti bekerja di istana dan dia tidak pernah kelihatan lagi.”
Pesta itu benar-benar merupakan pesta yang sangat mengesankan bagi Kirani.  Tidak lama setelah pertemuan mereka di pesta itu, sang pangeran datang menemui Kirani dan ketika bertemu dengan ibunya Kirani, pangeran segera tahu bahwa ternyata benar dugaannya bahwa Soraya, ibunya Kirani dahulunya adalah pengajar dansa di istana. Dia pernah mendengar tentang  cerita pengajar  dansa itu dari para pelayan istana.
Tidak lama kemudian pesta perkawinan Kirani  dan sang pangeran diselenggarakan dengan meriah. Rupanya pangeran sudah jatuh cinta pada Kirani sejak pertemuan mereka diistana itu. Demikian pula dengan Kirani. Dia pun sudah jatuh cinta kepada sang pangeran yang tampan dan baik hati itu. Setelah menikah Kirani  tidak melupakan sahabat-sahabatnya, cendrawasih dan rusa. Kirani membawa mereka ikut serta ke istana dan menempatkan mereka di taman belakang istana. Sewaktu-waktu Kirani  masih suka bermain-main dengan cendrawasih dan rusa itu yang sudah banyak berjasa kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar