Sabtu, 12 Oktober 2013

Rosa Gadis Sibuk






Matahari belum keluar dari peraduannya. Udara pagi terasa sangat dingin namun kesibukan dipagi hari di penginapan tua didekat perkebunan teh itu sudah mulai terasa. Gorden dan jendela sudah dibuka. Lantai sudah disapu dan dipel. Didapur pun kesibukan mulai terdengar berisik dan aroma masakan sudah tercium. Kesibukan rutin setiap pagi di penginapan  kecil berlantai dua itu. Dan semua kesibukan itu dikerjakan oleh satu orang saja, oleh Rosa, gadis pelayan dipenginapan tua itu yang sudah bekerja  selama  dua tahun lebih.  Rosa sangat disayang oleh sepasang suami istri pemilik penginapan tua itu, Nyonya Nisrina dan tuan Burhan. Rosa gadis yang rajin dan cekatan. Dia tidak pernah mengeluh. Hanya saja sifatnya cepat marah dan kesal. Namun sifatnya yang cepat pemarah itu ditujukan pada pekerjaannya apabila sedang banyak yang tengah dikerjakannya.   
“Hai lantai! Kenapa kau selalu cepat kotor? Tidak tahukah kau kalau aku masih punya banyak pekerjaan?”
“Astaga ini tumpukan piring kotor! Tak pernah aku melihat tempat cucian piring kosong dari piring dan gelas kotor!”
“Astaga cucian menumpuk begini! Kenapa kau selalu memenuhi tempat cucian? Padahal cucian yang kemarin pun belum sempat aku setrika!”
Omelan dan gerutuan Rosa selalu ramai terdengar keluar beruntun dari mulutnya. Nyonya Nisrina sang pemilik penginapan adalah orang yang baik hati dan dia memahami kesibukan Rosa. Nyonya Nisrina  mencoba mencari  pembantu lagi untuk membantu pekerjaan Rosa. Namun setiap pembantu baru tak pernah tahan lebih dari sebulan karena tidak tahan dengan gerutuan dan omelan Rosa. Dan tak ada satupun pembantu baru yang bisa mengimbangi kecepatan Rosa dalam mengerjakan pekerjaannya. Akhirnya Rosa kembali sendirian saja mengerjakan begitu banyak pekerjaan di penginapan itu. Namun meskipun Rosa sering ribut dengan omelannya yang panjang pendek, Nyonya Nisrina dan Tuan Burhan sangat sayang pada Rosa. Suami istri yang telah tua itu memiliki anak tunggal,  Mario,  yang tinggal di kota besar dan jarang pulang. Rosa akhirnya menjadi satu-satunya yang menemani mereka menghabiskan masa tua sambil mengurus penginapan mereka.
Suatu hari hujan turun dengan sangat derasnya. Bunyi curah hujan menimpa genting terdengar sangat berisik. Rosa seperti biasanya langsung sibuk mengecek barangkali ada genting yang bocor. Benar saja, tak lama kemudian omelan Rosa sudah terdengar dilantai atas.
“Astaga, besok aku harus panggil pak Umang untuk memperbaiki genting yang bocor. Kemarau kemarin memang sangat panas sekali. Mungkin itu sebabnya genteng jadi pecah saat tertimpa hujan.”
Tak lama kemudian Rosa sudah sibuk menaruh beberapa buah ember kecil  dibeberapa tempat dipenginapan tua itu untuk menampung air yang menetes dari langit-langit rumah.
Seorang lelaki yang tengah menginap di penginapan memperhatikan Rosa.
“Kau itu sangat sibuk sekali.” Tegur lelaki itu.
“Ya tuan. Saya orang yang sangat sibuk sekali.” Sahut Rosa sambil menaruh sebuah ember lagi disudut ruangan.
“Mestinya ada yang membantumu.”
“Iya mestinya begitu, namun tidak ada seorangpun pembantu baru yang betah bekerja disini lebih dari sebulan. Akhirnya saya harus bekerja sendirian lagi.”
“Kasihan.” Ujar lelaki itu sambil tersenyum. “Cuaca sangat dingin sekali, bisakah engkau membuatkan saya secangkir kopi panas?”
“Tentu saja tuan. Secangkir kopi akan segera saya hantarkan ke kamar tuan.” Kata Rosa sambil bergegas pergi ke dapur dan membuatkan secangkir kopi panas buat tamu penginapan. Setelah itu Rosa segera sibuk didapur memasak untuk makan malam. Dia mengeluarkan daging ayam, daging sapi, daging bebek, sosis   dan setumpuk beragam macam sayuran. Tak lama kemudian bau masakan yang harum tercium dari dapur. Daging bebek bakar, sop daging sapi dan ayam goreng baunya sangat menggugah selera.  
Malam itu hanya ada tujuh orang tamu yang makan malam. Mereka semuanya kelihatannya sangat puas sekali menikmati masakan Rosa yang enak dan lezat. Juga penutup mulut yang segar berupa agar-agar berisi anggur dan manisan buah yang sangat enak sekali. Setelah selesai makan kelima tamu itu duduk dikursi lain yang ada diruangan makan itu sambil bercakap-cakap. Sementara Rosa  sibuk membereskan bekas makan para tamu dan mencuci piring dan gelas kotor.
Ketika Rosa masih sibuk bekerja didapur, Nyonya Nisrina datang menghampirinya.
“Rosa, kemarilah.” Panggil Nyonya Nisrina.
“Tunggu bu, saya masih sibuk sekali.”
“Simpan dulu pekerjaanmu. Kemarilah.”
Tergesa-gesa Rosa menyimpan pekerjaannya yang belum selesai. Lalu menghampiri Nyonya Nisrina.
“Rosa, kau gadis yang rajin dan cekatan. Ibu dan bapak sangat berterima kasih sekali kepadamu. Walaupun penginapan kita ini penginapan kecil, namun penginapan ini tak pernah sepi dari pengunjung. Mereka mau menginap di penginapan tua ini salah satunya karena senang dengan pelayananmu yang baik dan ramah. Dan juga masakanmu yang sangat lezat sehingga para tamu merasa puas menikmati makanan dipenginapan ini. Bapak dan ibu sangat berterima kasih sekali kepadamu.”
“Terima kasih, bu. Saya hanya mengerjakan apa yang saya bisa.” Sahut Rosa.
Ibu Nisrina tersenyum menatap Rosa. “Rosa, untuk segala apa yang telah engkau kerjakan untuk penginapan ini, bapak dan ibu akan memberimu hadiah. Ini tiket untuk bertamasya selama dua minggu.”
“Oh, luar biasa sekali.” Sahut Rosa gembira.
“Bersenang-senanglah selama bertamasya,  Rosa. Istirahatlah selama dua minggu dari segala macam pekerjaan di penginapan ini.”
“Tidak bu, saya tidak akan bersenang-senang. Saya akan mencoba menikmati perjalanan ini namun saya juga akan belajar.”
“Belajar? Belajar apa?”
“Bu, selama dua minggu perjalanan ini saya tentunya akan menginap di hotel atau di penginapan. Saya akan mempelajari segala sesuatu dihotel dimana saya nanti menginap. Apa yang saya pelajari nanti akan saya coba terapkan dipenginapan ini. Saya ingin penginapan ini berubah menjadi sebuah penginapan yang lebih baik dari sekarang.”
“Oh, Rosa. Kau bukan hanya rajin, namun kau juga pintar. Ibu percaya kepadamu.”
Perjalanan selama dua minggu itu sangat berarti bagi Rosa. Dia sangat menikmati tempat-tempat wisata yang dikunjunginya. Namun dia juga mempelajari banyak hal di hotel dan penginapan yang ditempatinya selama bertamasya.  Ketika dia kembali, banyak hal yang Rosa lakukan. Dia melakukan banyak pembenahan pada penginapan tua itu. Dia juga  berdiskusi dengan Nyonya Nisrina dan tuan Burhan.   Nyonya Nisrina memiliki sebuah peternakan yang sudah lama terbengkalai. Atas saran Rosa peternakan itu dijual dan uang hasil penjualan lahan peternakan itu dipakai untuk merenovasi penginapan tua itu sehingga penginapan tua itu menjadi lebih bagus dan lebih nyaman. Rosa juga memasang iklan lowongan pekerjaan untuk penginapan itu. Dia sendiri yang melakukan seleksi pada setiap pelamar pekerjaan. Tidak lama kemudian penginapan itu sudah memiliki beberapa orang tukang masak, petugas kebersihan, dan beberapa pegawai lain yang memiliki tugas masing-masing. Kini Rosa tidak lagi bekerja sendirian. Namun kesibukannya semakin bertambah karena dia yang mengawasi semua pekerjaan di penginapan itu. 
Bukan main senangnya Nyonya Nisrina dan tuan Burhan dengan apa yang telah dikerjakan Rosa untuk penginapan mereka. Akhirnya mereka merasa lega karena sekarang bisa lebih menikmati masa tua mereka dengan lebih  nyaman. Ketika putra tunggal mereka,  Mario  pulang mengunjungi orangtuanya, Mario sangat takjub melihat penginapan tua milik orangtuanya telah jauh berubah. Ayah dan ibunya bercerita tentang Rosa yang telah sangat membantu usaha mereka menjalankan usaha penginapan itu. Mario sangat berterima kasih dan terkesan pada Rosa. Mario memutusan tidak akan kembali ke kota. Dia ingin tinggal bersama orangtuanya dan membantu orangtuanya  mengelola  penginapan itu.  Rupanya Mario pun telah jatuh cinta pada Rosa. Akhirnya Mario dan Rosa menikah dan mereka hidup bahagia.

--- O ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar