Jumat, 18 Oktober 2013

Puteri Lembayung





Sebenarnya raja memiliki tiga orang puteri. Puterinya yang pertama  yang bernama puteri Lembayung lahir dari permaisuri. Sesaat setelah melahirkan puteri Lembayung, permaisuri  meninggal dunia. Bukan main sedihnya perasaan raja kehilangan permaisuri yang sangat dicintainya. Namun tidak lama kemudian raja mengangkat selirnya menjadi permaisuri.  Namun selir itu meminta syarat agar puteri Lembayung tidak tinggal di istana dan ditempatkan disebuah desa bersama dengan salah seorang dayang. Permintaan selir itu  karena dia  menginginkan anaknyalah kelak yang akan menggantikan raja menjadi ratu dinegerinya itu. Bila puteri Lembayung tinggal di istana, selir itu merasa khawatir puteri Lembayung lah yang kelak akan menggantikan raja.  
Walaupun merasa berat hati, namun karena raja mencintai selirnya itu  akhirnya puteri sulungnya itu terpaksa ditempatkan disebuah desa bersama dengan seorang dayang yang setia. Sesekali raja datang menengok anaknya. Namun ketika lahir   puteri-puterinya  dari selirnya, raja akhirnya melupakan puteri sulungnya itu. Dari selir itu  raja memiliki dua orang puteri. Yang pertama bernama puteri Kenanga dan yang kedua bernama puteri Kemuning. Kedua puteri itu setelah besar  terkenal cantik jelita.  Raja sangat bahagia dan bangga dengan kedua puterinya itu.  Namun kemudian raja mulai  merasa cemas karena kedua puterinya itu seakan sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak mau memikirkan kepentingan negara padahal raja berharap, seperti juga yang diharapkan oleh selir itu,   kelak salah satu dari puterinya itu akan menggantikan dirinya menjadi raja.
Sebenarnya raja sudah mempersiapkan puteri Kenanga, puteri sulung dari selirnya,  yang akan menggantikan dirinya kelak menjadi raja. Namun puteri Kenanga  sudah berkali-kali mengatakan bahwa dia tidak tertarik dengan takhta dan tidak ingin menjadi ratu. Puteri Kenanga sangat senang membatik dan menari. Setiap hari yang dilakukannya hanyalah belajar membatik dan menari. Demikian pula dengan puteri Kemuning, puteri keduanya. Puteri Kemuning lebih senang berkelana ke pelosok-pelosok negeri dengan kuda kesayangannya. Tentu saja sikap kedua puterinya itu sangat mengecewakan raja  namun raja  tidak bisa berbuat apapun kepada kedua puterinya itu.
Suatu saat negara  dilanda musibah yang berkepanjangan selama bertahun-tahun lamanya. Ketika musim kemarau datang, kekeringan melanda seluruh negeri. Padi-padi tidak bisa dipetik karena kekurangan air. Demikian pula dengan buah-buahan, hasil panennya sangat mengecewakan para petani karena buah yang dihasilkan sangat kecil dan tidak melimpah seperti dimusim-musim panen  dulu. Ketika musim hujan tiba, banjir dan longsor hampir melanda seluruh negeri. Rakyat sangat menderita dan terpaksa banyak yang mengungsi meninggalkan rumahnya yang rusak karena diserang banjir dan tertimpa longsor.
Raja dan seluruh menteri berusaha mengatasi beragam bencana yang melanda negeri itu namun hasilnya tetap saja mengecewakan. Suatu saat   raja tengah  termenung  sendirian dibelakang istana memikirkan nasib negerinya. Usianya sudah sangat tua. raja merasa sudah saatnya mengundurkan diri dan menyerahkan takhta, namun dari kedua  puterinya tidak ada seorangpun yang sudah siap untuk menggantikan dirinya. Pada saat itu, tiba-tiba datanglah seorang lelaki tua menghampiri raja yang tengah duduk sendirian. Raja terperanjat melihat kedatangan lelaki tua itu yang entah darimana datangnya sehingga bisa masuk ke dalam taman istana yang berdinding tinggi dan kokoh.
“Baginda raja,  bila  baginda  menginginkan negeri ini pulih seperti dahulu, baginda harus mempersembahkan orang yang baginda cinta sebagai persembahan. Orang yang baginda cintai itu harus mau mengorbankan dirinya terjun kedalam lautan dengan hati ikhlas. Kelak, keikhlasannya itu akan memulihkan kembali kerajaan ini seperti semula.” Kata lelaki tua itu.
Raja terperanjat mendengar ucapan lelaki tua itu.  “Siapakah yang harus aku korbankan agar kerajaanku ini bisa pulih kembali?” tanya raja dengan penuh harapan. “Aku lebih mementingkan negeriku ini daripada kecintaanku kepada orang yang aku cintai.”
“Baginda memiliki puteri. Puteri tuanku lah yang akan menyelamatkan negeri ini.” Setelah berkata begitu lelaki itu mendadak hilang dari pandangan.
Raja termenung sekian lama mendengar ucapan lelaki tua itu. Lalu dia masuk kedalam istana dan memanggil puteri Kenanga dan Kemuning. Raja  menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Lalu raja menatap kedua puterinya.
“Siapakah diantara kalian yang bersedia mengorbankan diri untuk negeri kita ini?” tanya raja pada kedua puterinya.
Puteri Kenanga dan Kemuning saling bertukar pandang. Lalu puteri Kemuning berkata kepada ayahnya. “Ayah, aku mencintai negeriku ini. Selama ini aku sering berkelana ke seluruh pelosok negeri. Hampir setiap saat  hatiku menangis melihat penderitaan rakyat kita. Namun rasanya aku tidak sanggup bila harus mengorbankan diriku terjun kedalam lautan yang penuh dengan binatang-binatang laut yang ganas…..” ucap puteri Kemuning dengan wajah ketakutan.
“Ayah, aku juga mencintai negeriku ini.” Kata puteri Kenanga. “Namun rasanya aku lebih mencintai diriku sendiri.  Aku bukanlah seorang wanita pemberani yang siap mengorbankan jiwa dan ragaku dengan menyerahkannya kedalam lautan yang ganas dan penuh dengan binatang-binatang laut yang buas dan ganas……”
Raja hanya termenung mendengar jawaban kedua puterinya. Raja tidak mendesak karena yang diharapkannya adalah keikhlasan dari salah seorang puterinya yang bersedia mengorbankan dirinya demi kepentingan negeri. Mendadak raja teringat kepada puteri pertamanya dari permaisuri  yang telah meninggal, puteri Lembayung yang tinggal di desa. Raja berniat akan mencoba bertanya kepada  puteri Lembayung. Barangkali puteri sulungnya itu bersedia mengorbankan dirinya dengan ikhlas. Esok harinya raja pergi ke desa dan menemui  puterinya itu.
“Lembayung!” panggil raja.
Lembayung kelihatan terkejut ketika melihat kedatangan ayahnya. Sudah  lama sekali ayahnya tidak pernah menjenguknya.
“Ayah.” Ucap Lembayung.
Raja menceritakan kesulitannya dan kejadian yang dialaminya. Lalu dia menatap puteri sulungnya itu. “Barangkali engkau bersedia mengorbankan dirimu demi kepentingan negeri ini, Lembayung. Ayah sudah bertanya kepada kedua adikmu, Kenanga dan Kemuning, namun keduanya keberatan untuk mengorbankan dirinya kedalam lautan.”
Puteri Lembayung menatap ayahnya. Lalu dia tersenyum dengan tulus. “Ayah, aku ikhlas mengorbankan diriku terjun dari atas tebing kedalam lautan yang ganas sekalipun bila seandainya pengorbanan diriku ini akan bisa memulihkan kembali keadaan negeri kita ini.”
“Oh, apakah engkau benar-benar ikhlas, Lembayung?” tanya raja dengan gembira dan terharu melihat kesungguhan pada sepasang mata puteri Lembayung.
Lembayung tersenyum. “Ya, ayah. Aku ikhlas mengorbankan diriku ini demi negeri kita ini.”
“Oh, Lembayung. Sungguh mulia hatimu. Maafkanlah ayah yang selama ini telah menyia-nyiakanmu.” Ucap raja sambil menangis penuh haru.
Lembayung ikut berlinang airmata. “Ayah, jangan menangis. Aku tidak ingin terjadi perebutan kekuasaan dikerajaan. Disana ada Kenanga dan Kemuning. Aku memahami keinginan ibu selir yang menginginkan Kenanga  atau Kemuning yang kelak akan menggantikan ayahanda menjadi seorang ratu.”
“Namun bagaimanapun sebenarnya engkau yang lebih berhak untuk menggantikan ayah menjadi ratu, anakku.”
“Ayah, aku ikhlas melepaskan hakku menjadi seorang ratu asalkan  jangan ada pertumpahan darah. Aku ingin negeriku ini senantiasa aman dan tentram. Rakyatnya hidup makmur dan terhindar dari bencana.” Ucap puteri Lembayung dengan suara tulus.
Raja akhirnya membawa Lembayung  ke istana. Raja lalu  mengumpulkan seluruh menteri dan juga kedua  puterinya. Ketika mendengar kesediaan Lembayung mengorbankan dirinya, Kenanga dan kemuning  menangis. Mereka sekarang  menyadari bahwa kakak tiri mereka adalah seorang wanita yang baik budi. Demikian pula dengan selir, ibu Kenanga dan Kemuning. Selir itu merasa malu karena atas keinginannyalah puteri Lembayung disingkirkan dari istana.  
Tiba-tiba puteri Kenanga memeluk puteri Lembayung. “Ayah, aku akan menemani kakak terjun kedalam lautan. Aku tidak tega melihat kakak mengorbankan diri sendirian. Biarlah aku ikut serta menyertai kakak.”
Ketika mendengar ucapan Kenanga, Kemuning pun memeluk Lembayung.
“Kakak, biarlah aku pun ikut mengorbankan diriku bersama kalian berdua.”
Raja menjadi  bingung mendengar ucapan kenanga dan Kemuning.
“Bila kalian semuanya mengorbankan diri kedalam lautan, ayah tidak punya keturunan lagi.” Kata raja dengan perasaan bingung.
“Ayah, biarlah nanti takdir yang akan menentukan siapakah kelak yang akan menggantikan ayah menjadi raja. Sekarang antarkan kami untuk mengorbankan diri terjun kedalam lautan semoga keihlasan ayah melepaskan kami bertiga akan berhasil mengembalikan negeri ini menjadi pulih seperti dahulu lagi.” Kata Kenanga.
Akhirnya dengan berat hati raja mengantarkan ketiga puterinya hingga ke tepi tebing. Dibawah tebing itu lautan yang luas dengan ombak yang besar dan ganas  berdebur keras tengah menanti tubuh ketiga puteri cantik itu. Sambil saling berpegangan tangan, puteri Lembayung, puteri Kenanga dan puteri Kemuning meloncat bersamaan kedalam lautan. Tubuh ketiga puteri itu melayang.
Raja memejamkan matanya, tidak kuasa melihat tubuh ketiga puterinya melayang dari tepi tebing terjun kedalam lautan yang ganas dan  tengah bergelora. Mendadak langit hitam kelam ketika menyambut tubuh ketiga puteri raja itu. Namun hanya beberapa saat saja keadaan gelap gulita itu. Tidak lama kemudian langit cerah kembali. Raja dan seluruh yang menyaksikan kejadian itu segera  berlari ketepi tebing. Ternyata tubuh ketiga puteri itu  selamat dari terkaman ikan-ikan laut yang buas dan ganas.  Berpuluh-puluh ikan lumba-lumba menopang tubuh ketiga puteri itu dan membawanya hingga ketepi laut. Raja dan seluruh yang hadir menyambut gembira kedatangan ketiga puteri itu.
Tidak lama kemudian negeri pulih kembali seperti dahulu dan tidak ada lagi bencana yang melanda negeri. Rakyat bersuka cita dan kembali bekerja dengan giat. Setahun kemudian raja  menyerahkan takhtanya kepada puteri Lembayung. Puteri Lembayung menjadi seorang ratu yang dikenal arif dan bijaksana. Sementara puteri Kenanga dan puteri Kemuning  ikut membantu kakak sulung mereka menjalankan kekuasaannya sebagai ratu.
--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar