Sabtu, 12 Oktober 2013

Air Pancuran Sekarwangi






Sekar mengambil kainnya. Seperti biasanya, pagi itu dia sudah turun dari rumahnya menuju pancuran yang berada dibelakang rumahnya. Air pancuran itu sangat jernih dan bening. Air itu berasal dari sumber mata air dikaki gunung. Di pancuran itu setiap hari Sekar mandi dan mencuci pakaiannya.
Suatu hari seorang wanita lewat ke dekat pancuran itu. Saat itu Sekar baru selesai mandi. Rambutnya yang panjang masih basah terkena air. Perempuan itu berdiri tidak jauh dari tempat pancuran itu.
“Bolehkan aku itu menumpang mandi dipancuran ini?’ tanya perempuan itu.
“Tentu saja.” Sahut Sekar. Dia merasa heran karena baru sekarang melihat perempuan itu. Mungkin dia orang yang kebetulan lewat, pikir Sekar.
Perempuan itu masuk kebalik tembok rendah yang melindungi  pancuran itu dari pandangan orang. Sementara Sekar segera pulang kerumahnya. Sekar hanya tinggal berdua bersama ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal dunia. 
Sekar  lalu menanak nasi. Sambil bekerja didapur tak sengaja Sekar melihat kebawah. Rumahnya terletak ditempat  yang agak tinggi sementara pancuran itu terletak dibawah, tidak jauh  dibelakang rumahnya.
Sekar merasa heran, perempuan  yang tadi masih mandi bahkan nampak bermain-main dengan air pancuran dengan wajah gembira. Kemben kuning yang melilit dadanya nampak basah. Perempuan itu nampak cantik sekali. Rambutnya yang hitam panjang lebat dan bergelombang, nampak  basah dan berkilauan  terkena sinar matahari.
Sekar tersenyum. Dia teringat pada dirinya. Kalau waktunya sedang senggang, dia juga senang lama-lama mandi dibawah air pancuran itu, merasakan kesegaran dan kesejukan air pancuran itu mengguyur tubuhnya. Namun ibunya selalu menyuruhnya cepat-cepat menyelesaikan mandinya. Ibunya  suka bilang bila dia lama-lama mandi disana, nanti akan ada hantu air  yang akan menemaninya.  Sekar menuruti nasehat ibunya. Dia tidak pernah lagi mandi lama-lama.
Sekar selesai menanak nasi. Dia lalu menyiapkan lauk pauknya. Namun ketika dia  sudah selesai menyiapkan lauk pauk, dia kembali menoleh kebawah, ke pancuran itu. Astaga. Perempuan itu masih mandi disana, seakan  belum puas merasakan kesegaran dan kesejukan air pancuran itu.
Tak tahan akhirnya Sekar membuka jendela dapur dan berteriak pada perempuan itu.
“Kakak! Kenapa mandinya lama sekali? Apa tidak merasa dingin lama-lama berada dibawah pancuran itu?” tanya Sekar.
Perempuan itu menoleh. “Ya, aku sebentar lagi akan selesai.” Sahutnya.
Sekar selesai makan. Dia turun akan mencuci piring. Namun bukan main terkejutknya ketika dia melihat perempuan itu masih mandi disana.
“Kakak, apakah mandinya masih belum selesai juga?”  tanya Sekar.
Perempuan itu menatap Sekar sesaat tanpa beranjak dari tempatnya. Dia lalu bangkit dan menemui Sekar. Dari dekat, kecantikan perempuan itu nampak semakin nyata. Kulitnya  putih bersih dan harum. Matanya berbinar indah dan senyumannya sungguh menawan. Rambutnya yang hitam panjang lebat dan bergelombang semakin menambah kecantikannya. Perempuan itu sungguh cantik jelita. Belum pernah Sekar melihat perempuan secantik ini. Sesaat Sekar merasa takjub melihat kecantikan perempuan itu.
“Aku sering memperhatikanmu bila kau sedang mandi. Aku heran karena kau kalau mandi suka lama sekali.” Kata perempuan itu. Suaranya halus dan lembut.  
“Oh, ya. Aku senang membersihkan tubuhku.” Kata Sekar. “Air pancuran itu sejuk dan segar sehingga aku betah berlama-lama mandi disini dan merasakan kesegaran dari setiap tetes air yang mengalir membasahi tubuh dan wajahku.”  
Perempuan itu tersenyum.  “Aku dulu adalah seorang puteri raja. Aku   senang merawat dan menjaga kecantikanku. Salah satu yang kulakukan untuk merawat kecantikanku adalah mandi. Dulu, aku setiap hari mandi dipancuran ini.”
“Bagaimana mungkin?” tukas Sekar dengan terkejut. “Tadi kakak bilang bahwa kakak adalah seorang puteri raja, tidak mungkin kakak mandi dipancuran ini.”  
Perempuan itu tersenyum. Tatapannya seakan menerawang. “Ratusan tahun lalu,  pancuran ini berada disamping istana. Ya, pancuran ini adalah pancuran yang dibangun dan diperuntukan untuk aku, puteri raja.” Kata perempuan itu.  Perempuan itu menatap Sekar.
“Apakah kau tidak melihat bekas-bekas peninggalan kerajaan disekitarmu?” Perempuan itu menunjuk pada batu-batu disekitar mereka. Sekar mengikuti pandangan perempuan itu.  “Lihat batu-batu itu, itu adalah batu-batu  bekas reruntuhan kerajaan ayahandaku.  Lihat pula  tiang-tiang yang telah runtuh itu, reruntuhaan tiang-tiang itu adalah bekas tiang-tiang kerajaan ayahandaku. Tempat ini, ratusan tahun lalu adalah bekas kerajaan ayahandaku, sebelum musuh menyerang kerajaan kami dan menewaskan kami semua. Dan kau perhatikan dua sisi tembok   rendah yang membentengi pancuran ini, ini adalah tembok-tembok   yang hanya bisa kau lihat  dijaman kerajaan seandainya dinding ini tidak tertutup lumut.” Kata  perempuan itu menjelaskan.
Sekar terdiam, dia memperhatikan batu-batu yang ditunjuk perempuan itu. Dia juga memperhatikan dua sisi tembok yang membentengi air pancuran itu. Diusapnya sebagian lumut yang menyelimuti sebagian tembok itu. Ketika lumut itu terlepas, Sekar melihat bahwa permukaan tembok  itu tidak rata. Seperti ada pahatan-pahatan yang sangat rapi. Sesaat imajinasinya seakan terbuka, dalam bayangannya, seakan dia melihat gambaran bekas kerajaan pada batu-batu yang ditunjuk perempuan itu dan juga pada tembok-tembok rendah yang membentengi air pancuran ini.
“Siapakah nama kakak?” tanya Sekar. Mendadak dia merasa sungkan kepada perempuan itu.
“Namaku puteri Sekarwangi. Pancuran ini aku wariskan kepadamu, Sekar. Kelak, akan banyak perempuan yang ingin mandi disini.”  Kata perempuan itu. 
Sebelum Sekar menyadari, tiba-tiba perempuan itu lenyap dari pandangan. Sekar bergegas mencuci piring. Tak terasa hari sudah sore. Sekar segera mandi. Tiba-tiba dia mencium harum bunga melati. Sekar merasakan keharuman itu. Dia mencoba mencari tahu dari mana sumbernya wangi itu. Mendadak Sekar sadar, air dari pancuran itu  yang mengeluarkan wangi melati. Usai mandi, Sekar masih merasakan keharuman melati dari tubuhnya.
Suatu saat seorang wanita melintas didekat pancuran itu. Ketika melihat Sekar, dia meminta ijin mandi disana. Dengan senang hati Sekar  mengijinkan perempuan itu mandi disana sepuasnya. Dia teringat pada ucapan puteri Sekarwangi bahwa nanti akan banyak perempuan yang ingin mandi dipancuran itu.
Beberapa hari kemudian perempuan itu datang lagi dan bercerita pada Sekar. “Suamiku sudah lama meninggalkan aku namun sekarang dia sudah kembali lagi kepadaku setelah aku mandi disini.” Kata perempuan itu.
Tidak lama, datang lagi seorang perempuan lain. Dia sudah beberapa kali mandi di air pancuran itu. Ketika melihat Sekar, dia bercerita, “Aku  sudah lama menderita sakit kulit, setelah aku sering mandi  disini, penyakitku berangsur sembuh.”
Berita keberadaan pancuran itu dengan cepat menyebar. Semakin lama semakin banyak orang yang menumpang mandi disana. Atas bantuan penduduk desa,  air yang mengalir ke pancuran itu dibagi menjadi  beberapa bagian sehingga akhirnya menjadi lima buah pancuran yang berjejer. Lumut-lumut yang menutupi tembok yang membentengi pancuran itu dibersihkan. Benar saja, pada dinding tembok itu terpahat gambar  yang luar biasa indahnya. Pahatan  yang menggambarkan seorang puteri yang cantik jelita dengan rambutnya yang panjang lebat bergelombang. Sekar  bercerita tentang sejarah air pancuran itu dan siapakah  puteri yang terpahat pada ukiran di tembok itu. Sekar memberi nama air pancuran itu dengan nama pancuran Sekarwangi.
--- 0 ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar