Hari masih pagi, diluar langit masih terlihat gelap. Pajar belum
menyingsing namun kesibukan didapur istana sudah mulai terasa. Adelia tengah
sibuk membantu ibunya seperti biasanya. Ayah Adelia dulu adalah seorang pegawai
di istana. Ibunya adalah salah seorang tukang masak di istana. Adelia sudah
lama tinggal di istana dan membantu pekerjaan ibunya menyiapkan makanan dan
beraneka macam kue setiap hari untuk keluarga kerajaan. Karena keahliannya
membuat kue, dia sering diminta oleh putera puteri raja untuk membuatkan
beraneka macam kue-kue lezat yang disukai putera-puteri raja. Kue-kue buatan Adelia
disukai oleh putera-puteri raja karena Adelia
sangat kreatif sekali dalam membuat kue.
Kue apapun yang dibuatnya selalu memiliki rasa
yang khas yang tidak dimiliki oleh pembuat kue lainnya sehingga Adelia menjadi pembuat kue kesayangan
keluarga raja.
Adelia sungguh sangat beruntung
bisa menjadi pembuat kue untuk keluarga kerajaan. Tidak setiap juru masak dan
orang yang memiliki keahlian membuat kue bisa menjadi juru masak diistana.
Apalagi juru masak bagi keluarga kerajaan.
Namun ternyata Adelia tidak
memanfaatkan keberuntungannya itu. Karena merasa dirinya sangat disayang oleh
keluarga kerajaan, akhirnya Adelia malah
sering bermalas-malasan. Bila dia diminta untuk membuatkan kue karena diistana
akan diadakan suatu acara, Adelia sering
menyuruh orang lain yang membuatnya. Tentu saja kue buatan Adelia sangat berbeda rasanya dengan kue buatan orang
lain.
Mala berbeda dengan Adelia. Dia
juga pandai memasak dan membuat kue. Namun Mala hanyalah juru masak didapur kecil dibagian
belakang istana. Setiap hari dia menyiapkan masakan dan kue-kue untuk para
pegawai istana, termasuk tukang kebun dan tukang sapu dilingkungan istana. Dulu
ibunya yang mengerjakan semua pekerjaan ini, namun setelah ibunya merasa cukup
tua, pekerjaan itu diserahkan kepada Mala.
Pada suatu hari Puteri Yulia, salah seorang puteri raja masuk kedapur
untuk para pegawai istana. Yulia baru selesai bermain-main ditaman sehingga dia merasa lapar dan haus
sekali. Puteri Yulia melihat Mala sedang sibuk bekerja menyiapkan berbagai
macam masakan dan kue-kue. Puteri Yulia mengambil sepotong kue. Hm. Enak
sekali.
“Kue buatanmu sungguh enak sekali, Mala.” Puji Puteri Yulia. “Kau pintar
sekali membuat kue. Apakah semua kue ini buatanmu?”
“Ya, Tuan Puteri.”
“Kue sebanyak ini engkau sendiri yang mengerjakannya?’
“Ya, setiap hari saya bangun pukul empat shubuh. Setelah mandi saya
segera pergi ke pasar untuk berbelanja seluruh kebutuhan. Pulang dari pasar
saya langsung mengolah bahan-bahan makanan dan memasak untuk sarapan para
pegawai istana. Setelah memasak saya membuat kue-kue ini. Setiap hari saya
memasak dan membuat kue tiga kali sehari.”
“Oh, Mala, pekerjaanmu sungguh berat.” Cetus Puteri Yulia.
Mala tersenyum. “Memang terasa berat
kalau pekerjaan dianggap beban, Tuan Puteri. Tapi saya mengerjakannya
dengan senang hati dan tidak menganggap sebagai beban. Saya telah menekuni
pekerjaan ini bertahun-tahun lamanya dan saya senang dengan pekerjaan saya ini.”
“Kau seorang gadis yang tekun dan mau bekerja keras, Karisa.” Kata
Puteri Yulia. “Sudah saatnya engkau naik pangkat, Mala. Aku akan mengusulkan
pada ibuku agar engkau menjadi juru masak untuk keluarga kerajaan. Kau tidak
perlu mengerjakan pekerjaanmu sendirian. Ada beberapa orang pelayan lain yang
akan membantu pekerjaanmu namun tanggung jawab dan pengawasan semua makanan
merupakan tanggung jawabmu. Sementara Adelia yang pemalas
akan menggantikanmu disini. Dia nanti bisa bekerja dengan dibantu oleh pelayan-pelayan
yang lain.”
Ya, Adelia yang sebenarnya sudah beruntung menjadi juru masak bagi
keluarga raja, tidak memanfaatkan keberuntungannya. Dia lebih senang
bermalas-malasan dan menyuruh orang lain yang mengerjakan pekerjaan yang
semestinya menjadi tugasnya. Sementara Mala karena kerja keras dan ketekunannya
akhirnya mendapat posisi yang baik di istana. Dia menjadi juru masak kesayangan
keluarga kerajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar