Membuat sumur bor baru telah menjadi keputusan
saya yang menempati rumah peninggalan orangtua saya. Mengingat selama bertahun-tahun
lamanya air dari sumur lama selalu mengeluarkan bau tak sedap, khawatir kena
rembesan atau tercemar oleh hal-hal yang membahayakan kesehatan mengingat air
adalah termasuk kebutuhan utama sehari-hari.
Apabila musim kemarau tiba, siap-siap saja air
sumur akan kering. Bila sumur sudah kering, butuh waktu berjam-jam untuk
membuat sumur terisi air lagi. Itu juga harus dipancing dengan memasukan air
kelubang pompa sehingga air bisa keluar lagi setelah dipancing.
Apabila keluarga tengah berkumpul dan menginap,
air suur yang tidak keluar akan membuat sekeluarga menahan diri tidak mandi
dulu, menjaga persediaan air didalam gentong untuk berwudhu. Dan hal seperti
itu telah lama berlangsung selama bertahun-tahun. Merepotkan. Karena kebutuhan
air adalah kebutuhan yang seringkali tak bisa ditunda.
Akhirnya saya mengambil keputusan, harus membuat
sumur bor baru lagi. Setelah dipertimbangkan lagi, tentu dengan memikirkan
berapa biayanya untuk membuat sumur bor baru, akhirnya saya pergi menemui
tukang sumur bor. Setelah bercakap-cakap, termasuk menentukan biayanya, akhirnya
disepakati besoknya pekerjaan pengeboran sumur akan dimulai. Namun sorenya,
salah seorang pekerja pengeboran sumur datang dengan membawa seorang pawang
air. Menurut pekerja bor itu, dia tidak berani membuat sumur bor sembarangan
bila tidak dibantu dengan jasa tukang pawang air. Karena pawang air itu yang
bisa menentukan dimana ada air yang mengalir dan apakah airnya banyak atau
tidak.
Berhubung kondisi sekeliling rumah sudah ditembok
semua, saya mencoba menunjukan sepetak tanah yang masih tersisa yang belum ditembok
disamping rumah. Namun ditolak oleh pawang air itu. Pawang air itu keluar rumah
dan menunjuk pada lantai semen diluar rumah. Disini, katanya.
Akhirnya saya setuju. Untuk pawang air menggunakan
biaya tambahan karena jasa pawang air diluar jasa pengeboran sumur. Tak apalah.
Yang penting pekerjaan pengeboran sumur bisa berjalan lancar dan air mengalir
bagus.
Besoknya pagi-pagi para pekerja sumur bor datang,
ada lima orang, dengan membawa peralatan yang diangkut oleh mobil pick-up.
Pekerjaan pembuatan sumur bor itu pun dimulai. Suara gemuruh mesin bor membuat
suasana rumah terasa ramai dan berisik. Begitu pula mungkin tetangga-tetangga terdekat
ikut terganggu dengan keberisikan suara mesin bor itu.
Saya memperhatikan para pekerja yang tengah
bekerja itu. Mereka membongkar lantai dan menggalinya. Air dari sumur lama
dialirkan kedalam cekungan tembok yang mereka buat itu. Berhubung mesin bor itu
tinggi, akhirnya kanopi yang menutupi diatas dibongkar dulu sehingga mesin bor
bisa dipasang dengan leluasa.
Butuh dua hari lamanya para pekerja itu
mengerjakan pengeboran sumur. Saya lupa berapa kedalaman sumur bor itu. Antara
18 meter – 25 meter. Dihari kedua, salah seorang pekerja memperlihatkan air
yang mengalir dari pipa yang telah dipasang. Kecil dan keruh. Kata pekerja itu,
air yang keluar besarnya akan seperti itu. Tidak besar dan tidak deras.
Walaupun memakai mesin pompa yang bagus namun kemampuan air yang bisa disedot
hanya sebesar itu. Ya, sudahlah.
Setelah selesai pengerjaan sumur bor itu dan para
pekerja telah membereskan peralatan mesin dan pulang, barulah saya membersihkan
kotoran-kotoran lumpur bekas pengeboran yang berceceran disekeliling rumah. Air
yang mengalir dari sumur bor baru masih kotor dan berlumpur. Besarnya hanya
sebesar kelingking. Tidak mengalir deras seperti dalam bayangan saya sebelumnya. Tidak apa-apa. Mungkin karena
dibawahnya air belum terisi penuh. Mungkin nanti juga air akan memancar deras.
Selesai membersihkan lantai yang penuh lumpur, saya masih menggunakan air dari
sumur bor baru itu untuk menyiram tanaman. Air yang mengalir masih kotor dan
berlumpur.
Selesai menyiram, saya mengisi ember dan jolang
ditempat cucian. Airnya masih tetap keruh dan berlumpur. Berjam-jam lamanya air
yang mengalir masih tetap keruh dan berlumpur. Akhirnya saat akan mandi saya
menutup sumur bor baru dan kembali menggunakan sumur lama untuk mandi dan
memasak.
Besoknya dan selama seminggu kedepan, tiap kali
menggunakan air dari sumur bor baru, airnya masih tetap keruh dan berlumpur. Menambah
pekerjaan lagi, karena ember dan jolang jadi kotor dan harus dibersihkan dari
lumpur yang melekat. Juga lantai kamar mandi dan lantai tempat mencuci pakaian
jadi kotor. Tidak apa-apa. Menambah kegiatan berkeringat.
Sebulan kemudian, air dari sumur bor baru itu sama
sekali tidak mengalir. Entah kenapa. Suara mesinnya terdengar keras. Seperti
tengah bekerja keras menyedot air. Kasihan mendengarnya. Ditutup. Diganti sumur
lama. Besoknya dipakai lagi sumur bor baru. Masih tetap tidak mengeluarkan air.
Cape sendiri gonta ganti mesin, mesin baru dan mesin lama, akhirnya saya
kembali menggunakan sumur lama lagi yang airnya memang mengalir deras. Dan
ternyata air sumur lama sekarang bersih, jernih dan sama sekali tidak berbau.
Entah apa sebabnya. Apa mungkin karena sudah bercampur dengan air dari sumur
bor baru. Entahlah.
Akhirnya selama dua bulan lebih saya terus menggunakan
air dari sumur lama yang jernih, bersih dan tidak ada lagi bau-bau yang
mengganggu. Sumur bor baru dibiarkan saja.
Hingga kemudia musim hujan tiba. Saya mencoba
menggunakan sumur bor baru. Ternyata airnya mengalir. Tapi tetap kecil dan
tidak deras. Dan tetap masih terlihat agak keruh. Namun baru sejam dipakai,
airnya sudah tidak mengalir lagi. Kosong. Terpaksa ganti lagi dengan sumur
lama. Capek rasanya. Namun saya tidak mau membuang-buang uang membuat sumur bor
baru tapi tidak terpakai. Akhirnya saya terus gonta-ganti memakai antara sumur
lama dan sumur bor baru. Hingga akhirnya puncak musim hujan tiba. Hampir setiap
hari hujan turun dengan derasnya. Saya bertahan menggunakan air dari sumur bor
baru walaupun airnya tidak mengalir deras. Dan ternyata sepanjang musim hujan
itu air tetap mengalir dari sumur baru itu. Makin lama makin deras dan makin
jernih. Air dari sumur lama akhirnya hanya dipakai sesekali saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar