Rabu, 01 April 2015

Sendang Raja



Sendang Raja

Sejak dini hari kesibukan dihampir rumah penduduk sudah terasa padahal hari masih sangat pagi dan kokok ayampun belum terdengar. Hari ini Raja mengundang seluruh penduduk akan menangkap ikan di sendang yang berada dibelakang istana. Sendang itu sangat besar dan luas. Selama ini sendang itu tak pernah ada yang mengganggu karena sendang itu milik Raja. Tak ada seorang rakyatpun yang berani memancing dan menangkap ikan di sendang milik Raja itu. Namun Raja setiap tahun sekali selalu mengundang seluruh rakyat untuk menangkap ikan di sendang itu dan ikan-ikan yang tak terhitung banyaknya itu bisa ditangkap dan dibawa kerumah penduduk masing-masing yang ikut menangkap ikan di sendang itu. Biasanya pada saat menangkap ikan itu, rakyat membawa bekal nasi dan makanan minuman yang akan mereka nikmati sambil menangkap ikan.
Antin pun sejak dini hari sudah ikut bangun seperti halnya ayah, ibu dan kedua kakaknya, Nanang dan Danang. Ibunya tengah sibuk menyiapkan bekal makanan didapur. Ibu membuat beberapa buah timbel dan membuat beberapa macam lauk pauknya. Sementara ayah menyiapkan bumbung untuk menyimpan ikan hasil tangkapan nanti.
Sebelum matahari terbit, Antin dan ayah ibu serta kakaknya segera menuju ke sendang. Ketika mereka tiba disana ternyata sudah banyak sekali penduduk yang sudah datang dan mereka mulai mengalirkan air sendang ke sungai hingga airnya surut. Sebagian yang lain lagi sudah mulai masuk kedalam sendang dan menangkap ikan-ikan yang banyak sekali jumlahnya memenuhi sendang itu. Beragam macam ikan ada dalam sendang itu. Ikan mas, ikan mujair, gurame, lele, ikan tawes dan lain-lainnya. Bahkan udangpun ada dalam sendang itu. Seluruh penduduk bergembira. Laki-laki dewasa menyingkirkan batu-batu besar yang ada dalam sendang. Dan ketika batu-batu besar itu disingkirkan, banyak ikan-ikan yang bersembunyi dibalik batu-batu itu. Sementara kaum perempuan dewasa menjaring ikan dengan ayakan yang terbuat dari bambu. Ikan-ikan berhasil mereka tangkap. Anak-anak berbaur dengan orang dewasa, mereka gembira bisa bermain-main didalam sendang sambil menangkap ikan. Semuanya riuh rendah bergembira didalam sendang. 
Antin berbaur bersama dengan teman-teman sebayanya. Dia mengambil ayakan kecil dan berusaha menangkap ikan-ikan yang kecil. Sebentar saja tubuhnya sudah kotor dengan lumpur.
"Tangkapkan ikan itu untukku!" teriak Antin tiba-tiba pada Danang, kakaknya ketika dia melihat seekor ikan mas kecil berenang pada genangan air. Ikan mas itu kelihatan berbeda dengan ikan mas- ikan mas lainnya. Warnanya kuning emas. Seperti sebuah ikan mainan yang terbuat dari emas murni. Cantik sekali. Apalagi pada saat itu matahari telah bersinar terang. Dan ketika sinar matahari itu menimpa tubuh ikan mas itu, ikan itu berkilauan seperti sebuah emas yang disinari matahari.
Dengan sigap Danang berusaha menangkap ikan mas itu dengan tangannya. Ikan itu berhasil meloloskan diri. Danang berusaha menangkapnya lagi. Kali ini berhasil. Danang lalu memasukan ikan mas itu kedalam ember kecil yang telah diberinya air dan diberikannya kepada adiknya.
"Aku akan memelihara ikan mas ini. Warnanya bagus sekali. Kuning mas. Seperti ikan yang terbuat dari emas." seru Antin gembira sambil memperhatikan ikan yang berada dalam ember yang berenang-renang didalam ember kecil itu.
Makin siang makin banyak penduduk yang berdatangan sehingga sendang itu penuh dengan penduduk yang menangkap ikan. Tiba-tiba saja semua menghentikan kesibukan mereka.
"Raja datang." kata salah seorang penduduk.
Semua menatap pada sesosok tubuh yang baru saja tiba. Seorang lelaki yang berwajah agung dan bertubuh tegap dan mengenakan pakaian seperti seorang raja. Antin terkesima melihat wajah Raja. Baru kali ini dia melihat raja. Selama ini dia hanya mendengar tentang raja dari mulut ke mulut saja dan seakan seperti sebuah dongeng baginya. Kini dongeng itu menjadi kenyataan, Raja berdiri tidak jauh darinya.
Seluruh penduduk memberi hormat dengan takjim pada raja dan rombongan yang baru datang. Seorang gadis kecil seusia Antin berada tidak jauh disamping raja. Gadis itu sangat cantik sekali. Pakaiannya sangat indah sekali. Terbuat dari bahan sutera dan satin.  Antin menatapnya dengan takjub. Dia teringat dengan cerita orang yang pernah didengarnya bahwa Raja memiliki seorang puteri yang sangat cantik sekali. Ah, apakah gadis kecil itu adalah puteri raja yang selama ini suka didengarnya? pikir Antin. 
"Teruskan kegiatan kalian semua. Aku senang kalian semua berkumpul disini." kata Raja.
Penduduk kembali asyik dengan kegiatan mereka menangkap ikan sementara raja dan rombongan berkeliling mengitari sendang. Tiba-tiba, ketika melewati Antin yang tengah duduk ditepi sendang sambil memegang ember kecilnya, gadis kecil yang bersama raja menunjuk pada ember yang ada didekat Antin.
"Ayah, lihat. Ikan itu cantik sekali. Warnanya kuning seperti emas. Berkilauan indah sekali. Ikan itu seperti ikan mainan yang terbuat dari emas." seru gadis kecil itu.
Antin terkejut. Gadis kecil itu menunjuk pada ikan yang berada dalam embernya yang tadi ditangkapkan Danang untuknya.
Raja berhenti ketika mendengar teriakan gadis itu dan melihat pada ember yang ditunjuk anaknya.
"Lasmini, ikan itu memang sangat cantik sekali. Seperti ikan yang terbuat dari emas murni." kata Raja.
"Aku ingin ikan itu, ayah." kata Lasmini.
"Ikan itu sudah ada yang punya. Pelayan akan mencarikan ikan yang lain untukmu." kata Raja.
"Tidak ayah, aku hanya menginginkan ikan itu saja." seru Lasmini.
Raja tiba-tiba menatap pada Antin. "Apakah ikan itu kepunyaanmu, nak?" tanya Raja.
Antin mengangguk. "Ya." sahutnya.
Ayahnya mendekatinya dan menyentuh tangannya, lalu berbisik, "Antin, tuan putri Lasmini menginginkan ikan mas mu itu, sebaiknya engkau memberikannya kepada tuan puteri." bisik ayahnya.
Antin belum sempat menjawab ucapan ayahnya ketika puteri Lasmini menatapnya. "Ah, jadi engkau yang memiliki ikan itu?" tanya tuan puteri Lasmini.
"Ya." sahut Antin.
"Siapakah namamu?" tanya tuan puteri Lasmini.
"Antin." jawab Antin.
"Antin, aku suka dengan ikan mas mu, bagaimana bila aku membelinya?"
Antin menggeleng. "Tidak, aku tak akan menjual ikan ini. Aku yang menemukannya tadi. Dan aku senang dengan warnanya yang kuning keemasan ini. Aku akan memeliharanya dirumah." sahut Antin.
"Aku akan menggantinya dengan ikan mas lain, Antin." kata puteri Lasmini lagi.
"Tidak." sahut Antin sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu aku akan menukarnya dengan sebuah hadiah yang indah."
"Tidak. Aku tidak menginginkan hadiah apapun. Aku hanya menginginkan ikan mas ini saja." sahut Antin bersikeras.
Puteri Lasmini berusaha membujuk Antin namun Antin bersikukuh tidak akan menjual ikan masnya. Raja dan ayah Antin memperhatikan kedua gadis itu yang tengah bercakap-cakap. Raja tersenyum melihat Antin yang berkeras tidak akan menjual ikan masnya.
"Antin, tuan puteri Lasmini menginginkan ikan masmu, aku akan membeli ikanmu dan membayarnya." kata Raja.
Antin menggeleng. "Tidak, aku tidak akan menjualnya. Sejak pertama melihat ikan mas ini aku sudah merasa senang. Dan sekarang rasa senangku semakin bertambah pada ikan mas ini setelah tuan puteri Lasmini pun menyukai dan menginginkan ikan ini. Kalau tuan raja akan membelinya, pastinya harganya sangat mahal sekali dan tak akan terbeli oleh tuan raja." kata Antin.
"Ah, Antin. Kamu tidak boleh berbicara begitu pada raja." tegur ayahnya ketakutan.
Raja tersenyum mendengar ucapan Antin. "Biar saja. Anakmu ini pintar, dia sudah bisa berbicara melawan raja. Tak ada orang yang berani bicara seperti ini kepadaku sebelumnya." kata Raja sambil tersenyum.
Raja lalu berbicara lagi pada Antin. "Antin, mengapa kau mengatakan bahwa ikan ini mahal sekali dan tak akan terbeli oleh aku?" tanya Raja. "Bukankah aku adalah seorang raja yang bisa membeli apapun?"
"Tuan, tuan puteri sangat menginginkan ikan ini dan tuanku berani membeli dengan harga berapapun untuk ikan ini pastinya karena tuanku sangat sayang pada tuan puteri dan sangat ingin membahagiakan tuan puteri. Jadi, seandainya aku menjual harga yang sangat tinggi pun tuan akan membelinya karena tuan sangat ingin menyenangkan tuan puteri."
Raja tersenyum lagi mendengar ucapan Antin.  "Ah, kamu anak yang pintar." kata Raja. "Jadi berapa aku harus membayar untuk ikan mas mu ini?"
"Sudah kukatakan aku tidak akan menjual ikan ini, tuan. Sudah kukatakan harganya sangat mahal sekali dan tidak akan terbeli oleh tuanku."
Raja tertawa mendengar ucapan Antin. "Kalau begitu, bagaimana caranya agar aku bisa memberikan ikan mas itu pada puteriku ini?" tanya Raja.
Antin menatap puteri Lasmini. "Apakah tuan puteri benar-benar menginginkan ikan mas ini?"
"Ya." sahut tuan puteri Lasmini.
"Baiklah, aku akan memberikan ikan mas ini. Aku tidak akan menjualnya. Dan akupun tidak akan meminta hadiah apapun pada tuan puteri sebagai gantinya. Silahkah ambil ikan mas ini. Aku memberikan ikan mas ini sebagai hadiah kepada tuan puteri." kata Antin.
"Oh, kau baik sekali, Antin. Aku sangat senang sekali. Benarkah kau memberikan ikan ini tanpa aku harus membelinya?" tanya tuan puteri Lasmini dengan senang.
"Ya. Aku senang sekali bisa bertemu dan berkenalan dengan tuan puteri Lasmini yang selama ini hanya aku dengar ceritanya seperti sebuah dongeng." kata Antin. "Ambilah dan peliharalah ikan mas ini dengan baik. Ikan ini memang sangat cantik sekali." Antin menyerahkan ember kecilnya kepada tuan puteri Lasmini yang menerimanya dengan penuh suka cita.
Ayahnya kelihatan lega ketika melihat Antin menyerahkan ember itu kepada tuan puteri Lasmini. Sementara Raja langsung tertawa ikut merasa senang.
"Lasmini, gadis kecil ini sudah sangat baik sekali kepadamu, hadiah apakah yang akan engkau berikan untuk temanmu yang baik ini?" ucap Raja.
"Sudah saya katakan, saya tidak akan meminta hadiah apapun untuk mengganti ikan mas ini, tuanku." kata Antin.
"Kau tidak meminta hadiah sebagai gantinya, Antin, tapi Lasmini yang akan memberimu hadiah. Bukankah engkau pun sudah memberikan hadiah kepada Lasmini jadi sepantasnya bila Lasmini pun ingin memberikan hadiah juga kepadamu." kata Raja.
Puteri Lasmini menunduk memperhatikan kalung yang tergantung dilehernya. "Ayah, apakah aku boleh memberikan kalung ini kepada Antin?" tanya puteri Lasmini.
Raja mengangguk mengiyakan. Tuan Puteri Lasmini membuka kalungnya dan menyerahkannya kepada Antin. "Antin, aku sangat menyukai kalungku ini namun aku akan memberikannya kepadamu sebagai hadiah karena engkaupun sudah memberikan ikan mas yang kau sukai kepadaku. Jadi hari ini kita saling bertukar hadiah. Apakah engkau setuju?"
Antin diam sejenak, dia menoleh pada ayahnya. Ayahnya menganggukan kepalanya. "Ya, aku setuju." kata Antin. "Padahal seandainya tuan puteri tidak memberikan apapun padaku aku sudah merasa senang aku sudah bisa memberikan sesuatu pada tuan puteri."
Tuan Puteri Lasmini memakaikan kalungnya pada Antin. Setelah itu mereka berdua bersama-sama memperhatikan kembali kesibukan ditengah sendang. Rakyat semuanya bergembira. Begitu juga Antin. Akhirnya dia bertemu dengan tuan puteri Lasmini yang selama ini hanya didengarnya seperti sebuah dongeng saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar