Sabtu, 01 Februari 2014

Dari tiap helai batik saya belajar sabar….






Saat pertama berjualan batik, saya baru menyadari bahwa berjualan batik membutuhkan kesabaran. Salah satunya adalah melipat kembali batik-batik hingga tersusun rapi kembali. Saat pembeli datang, batik-batik yang sudah terlipat rapi dalam lemari harus dibuka dan dijembreng agar bisa terlihat  motif-motifnya. Batik-batik yang sudah terlipat rapi, menjadi bertumpuk-tumpuk kembali dan ayang-ayangan.  








Batik-batik dibuka satu persatu, dilihat, dijembreng dan akhirnya bertumpuk-tumpuk lagi. Jarang ada pembeli yang mau membantu penjual melipat kembali batik-batik itu. Pembeli hanya sibuk memilih dan  tentu saja ditambah dengan acara ngobrol kesana kemari. Karena rata-rata pembelinya adalah perempuan, maka  yang namanya perempuan tiada hari tanpa aktifitas ngobrol. Lagi pula belanja tanpa ngobrol tidak seru. 


 





Mulanya melipat batik terasa jadi beban. Apalagi bila batik-batik yang harus dilipat sangat banyak dan bertumpuk. Namun disini salah satu seninya berjualan batik. Melipat batik kini menjadi terbiasa dan tidak lagi terasa menjadi beban. Dari tiap helai batik yang dilipat, saya belajar sabar. Melipat batik membutuhkan kesabaran karena batik yang akan disimpan kembali didalam lemari harus terlipat rapi kembali seperti semua. 

 


 
 







 
 



 
 


 
 




 
 























Dari tiap helai batik yang saya lipat-lipat itu saya belajar sabar karena melipat batik itu tidak secepat mengobrak-abriknya seperti para pembeli yang datang dan mengobrak-abrik batik-batik saya. Bukan hanya melipat batik yang membutuhkan kesabaran, bukankah menjalani hidup pun  senantiasa membutuhkan kesabaran? 




 











Tidak ada komentar:

Posting Komentar