Matahari belum keluar dari
peraduannya. Udara pagi terasa sangat dingin namun kesibukan dipagi hari di
penginapan tua didekat perkebunan teh itu sudah mulai terasa. Gorden dan
jendela sudah dibuka. Lantai sudah disapu dan dipel. Didapur pun kesibukan
mulai terdengar berisik dan aroma masakan sudah tercium. Kesibukan rutin setiap
pagi di penginapan kecil berlantai dua itu.
Dan semua kesibukan itu dikerjakan oleh satu orang saja, oleh Rosa, gadis pelayan
dipenginapan tua itu yang sudah bekerja
selama dua tahun lebih. Rosa sangat disayang oleh sepasang suami istri
pemilik penginapan tua itu, Nyonya Nisrina dan tuan Burhan. Rosa gadis yang
rajin dan cekatan. Dia tidak pernah mengeluh. Hanya saja sifatnya cepat marah
dan kesal. Namun sifatnya yang cepat pemarah itu ditujukan pada pekerjaannya
apabila sedang banyak yang tengah dikerjakannya.
“Hai lantai! Kenapa kau
selalu cepat kotor? Tidak tahukah kau kalau aku masih punya banyak pekerjaan?”
“Astaga ini tumpukan piring
kotor! Tak pernah aku melihat tempat cucian piring kosong dari piring dan gelas
kotor!”
“Astaga cucian menumpuk
begini! Kenapa kau selalu memenuhi tempat cucian? Padahal cucian yang kemarin
pun belum sempat aku setrika!”
Omelan dan gerutuan Rosa
selalu ramai terdengar keluar beruntun dari mulutnya. Nyonya Nisrina sang
pemilik penginapan adalah orang yang baik hati dan dia memahami kesibukan Rosa.
Nyonya Nisrina mencoba mencari pembantu lagi untuk membantu pekerjaan Rosa.
Namun setiap pembantu baru tak pernah tahan lebih dari sebulan karena tidak
tahan dengan gerutuan dan omelan Rosa. Dan tak ada satupun pembantu baru yang
bisa mengimbangi kecepatan Rosa dalam mengerjakan pekerjaannya. Akhirnya Rosa
kembali sendirian saja mengerjakan begitu banyak pekerjaan di penginapan itu.
Namun meskipun Rosa sering ribut dengan omelannya yang panjang pendek, Nyonya
Nisrina dan Tuan Burhan sangat sayang pada Rosa. Suami istri yang telah tua itu
memiliki anak tunggal, Mario, yang tinggal di kota besar dan jarang pulang.
Rosa akhirnya menjadi satu-satunya yang menemani mereka menghabiskan masa tua
sambil mengurus penginapan mereka.
Suatu hari hujan turun
dengan sangat derasnya. Bunyi curah hujan menimpa genting terdengar sangat
berisik. Rosa seperti biasanya langsung sibuk mengecek barangkali ada genting
yang bocor. Benar saja, tak lama kemudian omelan Rosa sudah terdengar dilantai
atas.
“Astaga, besok aku harus
panggil pak Umang untuk memperbaiki genting yang bocor. Kemarau kemarin memang
sangat panas sekali. Mungkin itu sebabnya genteng jadi pecah saat tertimpa
hujan.”
Tak lama kemudian Rosa sudah
sibuk menaruh beberapa buah ember kecil dibeberapa tempat dipenginapan tua itu untuk
menampung air yang menetes dari langit-langit rumah.
Seorang lelaki yang tengah
menginap di penginapan memperhatikan Rosa.
“Kau itu sangat sibuk
sekali.” Tegur lelaki itu.
“Ya tuan. Saya orang yang
sangat sibuk sekali.” Sahut Rosa sambil menaruh sebuah ember lagi disudut
ruangan.
“Mestinya ada yang
membantumu.”
“Iya mestinya begitu, namun
tidak ada seorangpun pembantu baru yang betah bekerja disini lebih dari
sebulan. Akhirnya saya harus bekerja sendirian lagi.”
“Kasihan.” Ujar lelaki itu
sambil tersenyum. “Cuaca sangat dingin sekali, bisakah engkau membuatkan saya
secangkir kopi panas?”
“Tentu saja tuan. Secangkir
kopi akan segera saya hantarkan ke kamar tuan.” Kata Rosa sambil bergegas pergi
ke dapur dan membuatkan secangkir kopi panas buat tamu penginapan. Setelah itu
Rosa segera sibuk didapur memasak untuk makan malam. Dia mengeluarkan daging
ayam, daging sapi, daging bebek, sosis dan setumpuk beragam macam sayuran. Tak lama
kemudian bau masakan yang harum tercium dari dapur. Daging bebek bakar, sop
daging sapi dan ayam goreng baunya sangat menggugah selera.
Malam itu hanya ada tujuh orang
tamu yang makan malam. Mereka semuanya kelihatannya sangat puas sekali
menikmati masakan Rosa yang enak dan lezat. Juga penutup mulut yang segar
berupa agar-agar berisi anggur dan manisan buah yang sangat enak sekali. Setelah
selesai makan kelima tamu itu duduk dikursi lain yang ada diruangan makan itu
sambil bercakap-cakap. Sementara Rosa
sibuk membereskan bekas makan para tamu dan mencuci piring dan gelas kotor.
Ketika Rosa masih sibuk
bekerja didapur, Nyonya Nisrina datang menghampirinya.
“Rosa, kemarilah.” Panggil
Nyonya Nisrina.
“Tunggu bu, saya masih sibuk
sekali.”
“Simpan dulu pekerjaanmu.
Kemarilah.”
Tergesa-gesa Rosa menyimpan
pekerjaannya yang belum selesai. Lalu menghampiri Nyonya Nisrina.
“Rosa, kau gadis yang rajin
dan cekatan. Ibu dan bapak sangat berterima kasih sekali kepadamu. Walaupun
penginapan kita ini penginapan kecil, namun penginapan ini tak pernah sepi dari
pengunjung. Mereka mau menginap di penginapan tua ini salah satunya karena
senang dengan pelayananmu yang baik dan ramah. Dan juga masakanmu yang sangat
lezat sehingga para tamu merasa puas menikmati makanan dipenginapan ini. Bapak
dan ibu sangat berterima kasih sekali kepadamu.”
“Terima kasih, bu. Saya
hanya mengerjakan apa yang saya bisa.” Sahut Rosa.
Ibu Nisrina tersenyum
menatap Rosa. “Rosa, untuk segala apa yang telah engkau kerjakan untuk
penginapan ini, bapak dan ibu akan memberimu hadiah. Ini tiket untuk bertamasya
selama dua minggu.”
“Oh, luar biasa sekali.”
Sahut Rosa gembira.
“Bersenang-senanglah selama bertamasya,
Rosa. Istirahatlah selama dua minggu
dari segala macam pekerjaan di penginapan ini.”
“Tidak bu, saya tidak akan
bersenang-senang. Saya akan mencoba menikmati perjalanan ini namun saya juga
akan belajar.”
“Belajar? Belajar apa?”
“Bu, selama dua minggu
perjalanan ini saya tentunya akan menginap di hotel atau di penginapan. Saya
akan mempelajari segala sesuatu dihotel dimana saya nanti menginap. Apa yang
saya pelajari nanti akan saya coba terapkan dipenginapan ini. Saya ingin
penginapan ini berubah menjadi sebuah penginapan yang lebih baik dari
sekarang.”
“Oh, Rosa. Kau bukan hanya
rajin, namun kau juga pintar. Ibu percaya kepadamu.”
Perjalanan selama dua minggu
itu sangat berarti bagi Rosa. Dia sangat menikmati tempat-tempat wisata yang
dikunjunginya. Namun dia juga mempelajari banyak hal di hotel dan penginapan
yang ditempatinya selama bertamasya. Ketika
dia kembali, banyak hal yang Rosa lakukan. Dia melakukan banyak pembenahan pada
penginapan tua itu. Dia juga berdiskusi
dengan Nyonya Nisrina dan tuan Burhan. Nyonya Nisrina memiliki sebuah peternakan yang
sudah lama terbengkalai. Atas saran Rosa peternakan itu dijual dan uang hasil
penjualan lahan peternakan itu dipakai untuk merenovasi penginapan tua itu
sehingga penginapan tua itu menjadi lebih bagus dan lebih nyaman. Rosa juga
memasang iklan lowongan pekerjaan untuk penginapan itu. Dia sendiri yang
melakukan seleksi pada setiap pelamar pekerjaan. Tidak lama kemudian penginapan
itu sudah memiliki beberapa orang tukang masak, petugas kebersihan, dan
beberapa pegawai lain yang memiliki tugas masing-masing. Kini Rosa tidak lagi
bekerja sendirian. Namun kesibukannya semakin bertambah karena dia yang
mengawasi semua pekerjaan di penginapan itu.
Bukan main senangnya Nyonya
Nisrina dan tuan Burhan dengan apa yang telah dikerjakan Rosa untuk penginapan
mereka. Akhirnya mereka merasa lega karena sekarang bisa lebih menikmati masa
tua mereka dengan lebih nyaman. Ketika
putra tunggal mereka, Mario pulang mengunjungi orangtuanya, Mario sangat
takjub melihat penginapan tua milik orangtuanya telah jauh berubah. Ayah dan
ibunya bercerita tentang Rosa yang telah sangat membantu usaha mereka
menjalankan usaha penginapan itu. Mario sangat berterima kasih dan terkesan
pada Rosa. Mario memutusan tidak akan kembali ke kota. Dia ingin tinggal
bersama orangtuanya dan membantu orangtuanya mengelola
penginapan itu. Rupanya Mario pun
telah jatuh cinta pada Rosa. Akhirnya Mario dan Rosa menikah dan mereka hidup
bahagia.
--- O ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar