Senin, 14 Februari 2022

Ceritaku tentang sambal.

 

Sumber foto : Google


Sambal. Salah satu menu masakan yang nyaris selalu ada diatas meja makan. Sambal terasi, sambal goang, sambal oncom,  sambal kelewek, sambal kemiri, sambal tomat,  adalah beberapa jenis sambal yang kerap saya buat sebagai pelengkap hidangan diatas meja makan.

Kegemaran makan sambal sudah berlangsung sejak lama dikeluarga saya. Seingat saya, Aki Nini, Buyut, Bapa dan Mamah semuanya penggemar sambal. Seingat saya, Bapa tiap kali akan makan apabila terlihat diatas meja makan tidak ada sambal, selalu meminta Mamah membuatkaan sambal dadakan dahulu. Sambal ulek. Sambal terasi atau sambal goang. Sambal goang dikeluarga saya terdiri dari cabe rawit yang banyak, garam, gula pasir, sedikit penyedap, bawang merah, tomat. Diulek kasar.

Saat ada sambal, selera  makan pun langsung tergugah. Sambal membuat suasana makan bersama terasa lebih ceria. Rasa pedas sambal membuat tubuh menjadi terasa hangat berkeringat. Tak terasa nasi pun ditambah lagi dan usai makan   perut kenyang, tubuh terasa segar. Nikmatnya.

Kebiasaan membuat sambal, sambal ulek, menurun pada saya. Rasa-rasanya persediaan cengek alias cabe rawit termasuk bumbu pokok dapur yang harus selalu tersedia didapur.

Saat saya tengah makan sambil menikmati sambal, kadang suka terpikir bagaimana sejarah sambal, siapa pembuat sambal pertama, kenapa begitu banyak jenis sambal dan lain sebagainya yang terkait dengan sambal.

Untungnya saya sekarang hidup ditengah-tengah gaya hidup internet. Artinya untuk mendapatkan informasi cukup nyalakan internet dan klik google. Maka tararaaaaa..... segala macam informasi yang saya butuhkan pun langsung ada. Terima kasih internet dan google.

Saya jadi teringat jaman dulu, jaman ketika saya masih sekolah, apabila membutuhkan informasi harus pergi ke perpustakaan sekolah. Diantara deretan rak-rak buku yang berisi ratusan buku, dengan teliti, saya dan juga beberapa teman saya yang sama-sama sedang mencari informasi, harus mencari satu persatu buku disana yang memuat informasi yang saya butuhkan.

Butuh waktu berjam-jam di perpustakaan untuk mendapatkan buku yang saya butuhkan. Lalu apabila berhasil mendapatkan buku yang saya cari, saya akan menulis pada buku kecil catatan saya informasi yang saya butuhkan. Untuk menulis juga pastinya tidak serampangan. Ditulis dengan rapi agar hasilnya enak dibaca. Itulah secuil kisan saya dimasa sekolah dulu terkait buku dan perpustakaan. Jaman telah jauh berubah. Masih adakah anak-anak jaman sekarang yang rajin pergi ke perpustakaan dan memiliki buku catatan yang selalu dibawa kemana-mana?  Pastinya ada. Dan banyak. Walaupun jaman sudah modern dan kebutuhhan mendapatkan informasi cukup klik pada ponsel pintar, tapi pastinya masih ada satu dua tiga bahkan tak terhitung anak-anak muda yang masih menikmati  cara-cara jaman dulu.

Kembali ke soal sambal topik saya diblog kali ini, saya klik google dengan kata kunci ‘Sambal’. Tararaaaaa...... beragam tulisan tentang sambal memenuhi rasa ingin tahu saya. Jadilah beberapa jam saya membaca beragam tulisan tentang sambal. Sejarah sambal, asal usul sambal, jenis-jenis sambal dan beragam tulisan menarik lainnya tentang sambal.

Dan nyatanya saya ternyata adalah bagian dari jutaan orang “Penggemar Sambal’. Sungguh menggembirakan. Sambal menjadi bagian dari masakan sehari-hari.  


 
Sumber Foto : Google


 

 

Minggu, 13 Februari 2022

Menunggu bedug magrib....

Ayam bakar geprek bumbu petis...

Dendeng manis alias kere manis....

Saat musim tanam padi telah usai. Dikehijauan sawah...

Membuat sumur bor baru...



Membuat sumur bor baru telah menjadi keputusan saya yang menempati rumah peninggalan orangtua saya. Mengingat selama bertahun-tahun lamanya air dari sumur lama selalu mengeluarkan bau tak sedap, khawatir kena rembesan atau tercemar oleh hal-hal yang membahayakan kesehatan mengingat air adalah termasuk kebutuhan utama sehari-hari.

Apabila musim kemarau tiba, siap-siap saja air sumur akan kering. Bila sumur sudah kering, butuh waktu berjam-jam untuk membuat sumur terisi air lagi. Itu juga harus dipancing dengan memasukan air kelubang pompa sehingga air bisa keluar lagi setelah dipancing.

Apabila keluarga tengah berkumpul dan menginap, air suur yang tidak keluar akan membuat sekeluarga menahan diri tidak mandi dulu, menjaga persediaan air didalam gentong untuk berwudhu. Dan hal seperti itu telah lama berlangsung selama bertahun-tahun. Merepotkan. Karena kebutuhan air adalah kebutuhan yang seringkali tak bisa ditunda.

Akhirnya saya mengambil keputusan, harus membuat sumur bor baru lagi. Setelah dipertimbangkan lagi, tentu dengan memikirkan berapa biayanya untuk membuat sumur bor baru, akhirnya saya pergi menemui tukang sumur bor. Setelah bercakap-cakap, termasuk menentukan biayanya, akhirnya disepakati besoknya pekerjaan pengeboran sumur akan dimulai. Namun sorenya, salah seorang pekerja pengeboran sumur datang dengan membawa seorang pawang air. Menurut pekerja bor itu, dia tidak berani membuat sumur bor sembarangan bila tidak dibantu dengan jasa tukang pawang air. Karena pawang air itu yang bisa menentukan dimana ada air yang mengalir dan apakah airnya banyak atau tidak.

Berhubung kondisi sekeliling rumah sudah ditembok semua, saya mencoba menunjukan sepetak tanah yang masih tersisa yang belum ditembok disamping rumah. Namun ditolak oleh pawang air itu. Pawang air itu keluar rumah dan menunjuk pada lantai semen diluar rumah. Disini, katanya.

Akhirnya saya setuju. Untuk pawang air menggunakan biaya tambahan karena jasa pawang air diluar jasa pengeboran sumur. Tak apalah. Yang penting pekerjaan pengeboran sumur bisa berjalan lancar dan air mengalir bagus.

Besoknya pagi-pagi para pekerja sumur bor datang, ada lima orang, dengan membawa peralatan yang diangkut oleh mobil pick-up. Pekerjaan pembuatan sumur bor itu pun dimulai. Suara gemuruh mesin bor membuat suasana rumah terasa ramai dan berisik. Begitu pula mungkin tetangga-tetangga terdekat ikut terganggu dengan keberisikan suara mesin bor itu.

Saya memperhatikan para pekerja yang tengah bekerja itu. Mereka membongkar lantai dan menggalinya. Air dari sumur lama dialirkan kedalam cekungan tembok yang mereka buat itu. Berhubung mesin bor itu tinggi, akhirnya kanopi yang menutupi diatas dibongkar dulu sehingga mesin bor bisa dipasang dengan leluasa.

Butuh dua hari lamanya para pekerja itu mengerjakan pengeboran sumur. Saya lupa berapa kedalaman sumur bor itu. Antara 18 meter – 25 meter. Dihari kedua, salah seorang pekerja memperlihatkan air yang mengalir dari pipa yang telah dipasang. Kecil dan keruh. Kata pekerja itu, air yang keluar besarnya akan seperti itu. Tidak besar dan tidak deras. Walaupun memakai mesin pompa yang bagus namun kemampuan air yang bisa disedot hanya sebesar itu. Ya, sudahlah.

Setelah selesai pengerjaan sumur bor itu dan para pekerja telah membereskan peralatan mesin dan pulang, barulah saya membersihkan kotoran-kotoran lumpur bekas pengeboran yang berceceran disekeliling rumah. Air yang mengalir dari sumur bor baru masih kotor dan berlumpur. Besarnya hanya sebesar kelingking. Tidak mengalir deras seperti dalam bayangan saya  sebelumnya. Tidak apa-apa. Mungkin karena dibawahnya air belum terisi penuh. Mungkin nanti juga air akan memancar deras. Selesai membersihkan lantai yang penuh lumpur, saya masih menggunakan air dari sumur bor baru itu untuk menyiram tanaman. Air yang mengalir masih kotor dan berlumpur.

Selesai menyiram, saya mengisi ember dan jolang ditempat cucian. Airnya masih tetap keruh dan berlumpur. Berjam-jam lamanya air yang mengalir masih tetap keruh dan berlumpur. Akhirnya saat akan mandi saya menutup sumur bor baru dan kembali menggunakan sumur lama untuk mandi dan memasak.

Besoknya dan selama seminggu kedepan, tiap kali menggunakan air dari sumur bor baru, airnya masih tetap keruh dan berlumpur. Menambah pekerjaan lagi, karena ember dan jolang jadi kotor dan harus dibersihkan dari lumpur yang melekat. Juga lantai kamar mandi dan lantai tempat mencuci pakaian jadi kotor. Tidak apa-apa. Menambah kegiatan berkeringat.

Sebulan kemudian, air dari sumur bor baru itu sama sekali tidak mengalir. Entah kenapa. Suara mesinnya terdengar keras. Seperti tengah bekerja keras menyedot air. Kasihan mendengarnya. Ditutup. Diganti sumur lama. Besoknya dipakai lagi sumur bor baru. Masih tetap tidak mengeluarkan air. Cape sendiri gonta ganti mesin, mesin baru dan mesin lama, akhirnya saya kembali menggunakan sumur lama lagi yang airnya memang mengalir deras. Dan ternyata air sumur lama sekarang bersih, jernih dan sama sekali tidak berbau. Entah apa sebabnya. Apa mungkin karena sudah bercampur dengan air dari sumur bor baru. Entahlah.

Akhirnya selama dua bulan lebih saya terus menggunakan air dari sumur lama yang jernih, bersih dan tidak ada lagi bau-bau yang mengganggu. Sumur bor baru dibiarkan saja.

Hingga kemudia musim hujan tiba. Saya mencoba menggunakan sumur bor baru. Ternyata airnya mengalir. Tapi tetap kecil dan tidak deras. Dan tetap masih terlihat agak keruh. Namun baru sejam dipakai, airnya sudah tidak mengalir lagi. Kosong. Terpaksa ganti lagi dengan sumur lama. Capek rasanya. Namun saya tidak mau membuang-buang uang membuat sumur bor baru tapi tidak terpakai. Akhirnya saya terus gonta-ganti memakai antara sumur lama dan sumur bor baru. Hingga akhirnya puncak musim hujan tiba. Hampir setiap hari hujan turun dengan derasnya. Saya bertahan menggunakan air dari sumur bor baru walaupun airnya tidak mengalir deras. Dan ternyata sepanjang musim hujan itu air tetap mengalir dari sumur baru itu. Makin lama makin deras dan makin jernih. Air dari sumur lama akhirnya hanya dipakai sesekali saja.    

 


Menikmati kue putu saat udara dingin...

Membuat sumur bor baru...

Gepuk empuk dan cepat membuatnya... 💖💖💖

Kesibukan di dapur semalam membuat ketupat...

Segarnya suasana di pesawahan...

Nila panggang bumbu kecap...

Saat pandemi, dirumah saja. Sambil menyelesaikan pekerjaan kantor, lomba...

Memasak dirumah Eyang....

Saat pandemi corona, dirumah saja sambil belajar alat musik...

Makan surabi panas saat dinginnya hujan...

Cerita hari ini...

Tukang bubur langganan, cita-citanya naik haji... Mantap...

Diluar hujan deras, masak telur bumbu cabe...

Ramadhan Minggu pertama. Berkumpul dirumah Eyang. Buka bersama....

Musim hujan telah tiba, makan yang dibakar dan dipanggang..

New normal. Segera pulih negeriku...

Hiburan dimasa pandemi. Lomba nyanyi di video. Beberapa video yang terpi...

Mumpung musim hujan mencari bibit tanaman...

Daging domba pilihannya tetap di sate. Bakar sate...

Menjemur padi...

Simple life....

Mau bakar sate? Tapi arangnya susah menyala...

Akhir pekan panggang ikan dari kolam depan rumah didesa....

Melihat sawah yang telah tumbuh dan akan mulai menguning. Musim panen ak...

Panen padi masih tradisional, tapi hasilnya melimpah...

Panen Raya... hasil panen tahun ini Alhamdulillah...

Matahari dimusim kemarau yang panas membuat jemuran dendeng sapi cepat k...

Menyapu depan rumah sambil menunggu tukang baso lewat...

Menemani Eyang makan...

Di musim kemarau sawah dilanda kekeringan... Tak ada air yang mengairi s...

Selama pandemi dirumah saja, banyak berdo'a, makan bergizi,nikmati keind...

Hujannya tidak deras, tapi lama. Masak udang saus tiram.

Berkunjung kerumah tetangga...

Makan daging domba itu paling enak ya di sate....

Pagi-pagi jalan-jalan menelusuri jalan desa dikampungku yang subur dan s...

Yang lain liburan ke Swiss, kita mah liburannya di desa....

Rumah desa dikaki Gunung Tampomas...

Ngangon domba sebelum sawah ditanami padi lagi...

Objek wisata ditengah sawah...

Bertani dikaki Gunung Tampomas...

Memandangi hamparan sawah yang menghijau. Berharap panen segera tiba...

Buka bersama dirumah Eyang. Menunggu bedug magrib sambil siapin makanan...

Hiburan dimasa pandemi. Lomba nyanyi di video. Beberapa video yang terpi...

Kenangan saat masih memproduksi Batik Sumedang yang dikenal dengan Batik...

Senin, 07 Februari 2022

Sungai


 

Sungai tidak mengalir lurus melintasi padang, melainkan mengitari bukit dan gunung dan melalui lembah, kadang-kadang airnya terjun kebawah, tapi selalu sampai ditempat tujuan (Sinha Moca)