Sebenarnya
raja memiliki tiga orang puteri. Puterinya yang pertama yang bernama puteri Lembayung lahir dari permaisuri.
Sesaat setelah melahirkan puteri Lembayung, permaisuri meninggal dunia. Bukan main sedihnya perasaan
raja kehilangan permaisuri yang sangat dicintainya. Namun tidak lama kemudian
raja mengangkat selirnya menjadi permaisuri. Namun selir itu meminta syarat agar puteri
Lembayung tidak tinggal di istana dan ditempatkan disebuah desa bersama dengan
salah seorang dayang. Permintaan selir itu karena dia menginginkan anaknyalah kelak yang akan
menggantikan raja menjadi ratu dinegerinya itu. Bila puteri Lembayung tinggal
di istana, selir itu merasa khawatir puteri Lembayung lah yang kelak akan
menggantikan raja.
Walaupun
merasa berat hati, namun karena raja mencintai selirnya itu akhirnya puteri sulungnya itu terpaksa
ditempatkan disebuah desa bersama dengan seorang dayang yang setia. Sesekali
raja datang menengok anaknya. Namun ketika lahir puteri-puterinya
dari selirnya, raja akhirnya melupakan
puteri sulungnya itu. Dari selir itu raja memiliki dua orang puteri. Yang pertama
bernama puteri Kenanga dan yang kedua bernama puteri Kemuning. Kedua puteri itu
setelah besar terkenal cantik jelita. Raja sangat bahagia dan bangga dengan kedua
puterinya itu. Namun kemudian raja mulai
merasa cemas karena kedua puterinya itu seakan
sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak mau memikirkan kepentingan negara
padahal raja berharap, seperti juga yang diharapkan oleh selir itu, kelak
salah satu dari puterinya itu akan menggantikan dirinya menjadi raja.
Sebenarnya
raja sudah mempersiapkan puteri Kenanga, puteri sulung dari selirnya, yang akan menggantikan dirinya kelak menjadi
raja. Namun puteri Kenanga sudah
berkali-kali mengatakan bahwa dia tidak tertarik dengan takhta dan tidak ingin
menjadi ratu. Puteri Kenanga sangat senang membatik dan menari. Setiap hari
yang dilakukannya hanyalah belajar membatik dan menari. Demikian pula dengan
puteri Kemuning, puteri keduanya. Puteri Kemuning lebih senang berkelana ke
pelosok-pelosok negeri dengan kuda kesayangannya. Tentu saja sikap kedua
puterinya itu sangat mengecewakan raja
namun raja tidak bisa berbuat
apapun kepada kedua puterinya itu.
Suatu
saat negara dilanda musibah yang
berkepanjangan selama bertahun-tahun lamanya. Ketika musim kemarau datang,
kekeringan melanda seluruh negeri. Padi-padi tidak bisa dipetik karena
kekurangan air. Demikian pula dengan buah-buahan, hasil panennya sangat
mengecewakan para petani karena buah yang dihasilkan sangat kecil dan tidak
melimpah seperti dimusim-musim panen dulu. Ketika musim hujan tiba, banjir dan
longsor hampir melanda seluruh negeri. Rakyat sangat menderita dan terpaksa
banyak yang mengungsi meninggalkan rumahnya yang rusak karena diserang banjir
dan tertimpa longsor.
Raja
dan seluruh menteri berusaha mengatasi beragam bencana yang melanda negeri itu namun
hasilnya tetap saja mengecewakan. Suatu saat raja
tengah termenung sendirian dibelakang istana memikirkan nasib
negerinya. Usianya sudah sangat tua. raja merasa sudah saatnya mengundurkan
diri dan menyerahkan takhta, namun dari kedua puterinya tidak ada seorangpun yang sudah siap
untuk menggantikan dirinya. Pada saat itu, tiba-tiba datanglah seorang lelaki
tua menghampiri raja yang tengah duduk sendirian. Raja terperanjat melihat
kedatangan lelaki tua itu yang entah darimana datangnya sehingga bisa masuk ke dalam
taman istana yang berdinding tinggi dan kokoh.
“Baginda
raja, bila baginda menginginkan negeri ini pulih seperti dahulu,
baginda harus mempersembahkan orang yang baginda cinta sebagai persembahan.
Orang yang baginda cintai itu harus mau mengorbankan dirinya terjun kedalam
lautan dengan hati ikhlas. Kelak, keikhlasannya itu akan memulihkan kembali
kerajaan ini seperti semula.” Kata lelaki tua itu.
Raja
terperanjat mendengar ucapan lelaki tua itu. “Siapakah yang harus aku korbankan agar
kerajaanku ini bisa pulih kembali?” tanya raja dengan penuh harapan. “Aku lebih
mementingkan negeriku ini daripada kecintaanku kepada orang yang aku cintai.”
“Baginda
memiliki puteri. Puteri tuanku lah yang akan menyelamatkan negeri ini.” Setelah
berkata begitu lelaki itu mendadak hilang dari pandangan.
Raja
termenung sekian lama mendengar ucapan lelaki tua itu. Lalu dia masuk kedalam
istana dan memanggil puteri Kenanga dan Kemuning. Raja menceritakan kejadian yang baru saja
dialaminya. Lalu raja menatap kedua puterinya.
“Siapakah
diantara kalian yang bersedia mengorbankan diri untuk negeri kita ini?” tanya
raja pada kedua puterinya.
Puteri
Kenanga dan Kemuning saling bertukar pandang. Lalu puteri Kemuning berkata
kepada ayahnya. “Ayah, aku mencintai negeriku ini. Selama ini aku sering
berkelana ke seluruh pelosok negeri. Hampir setiap saat hatiku menangis melihat penderitaan rakyat
kita. Namun rasanya aku tidak sanggup bila harus mengorbankan diriku terjun
kedalam lautan yang penuh dengan binatang-binatang laut yang ganas…..” ucap
puteri Kemuning dengan wajah ketakutan.
“Ayah,
aku juga mencintai negeriku ini.” Kata puteri Kenanga. “Namun rasanya aku lebih
mencintai diriku sendiri. Aku bukanlah
seorang wanita pemberani yang siap mengorbankan jiwa dan ragaku dengan
menyerahkannya kedalam lautan yang ganas dan penuh dengan binatang-binatang
laut yang buas dan ganas……”
Raja
hanya termenung mendengar jawaban kedua puterinya. Raja tidak mendesak karena
yang diharapkannya adalah keikhlasan dari salah seorang puterinya yang bersedia
mengorbankan dirinya demi kepentingan negeri. Mendadak raja teringat kepada
puteri pertamanya dari permaisuri yang
telah meninggal, puteri Lembayung yang tinggal di desa. Raja berniat akan
mencoba bertanya kepada puteri
Lembayung. Barangkali puteri sulungnya itu bersedia mengorbankan dirinya dengan
ikhlas. Esok harinya raja pergi ke desa dan menemui puterinya itu.
“Lembayung!”
panggil raja.
Lembayung
kelihatan terkejut ketika melihat kedatangan ayahnya. Sudah lama sekali ayahnya tidak pernah menjenguknya.
“Ayah.”
Ucap Lembayung.
Raja
menceritakan kesulitannya dan kejadian yang dialaminya. Lalu dia menatap puteri
sulungnya itu. “Barangkali engkau bersedia mengorbankan dirimu demi kepentingan
negeri ini, Lembayung. Ayah sudah bertanya kepada kedua adikmu, Kenanga dan
Kemuning, namun keduanya keberatan untuk mengorbankan dirinya kedalam lautan.”
Puteri
Lembayung menatap ayahnya. Lalu dia tersenyum dengan tulus. “Ayah, aku ikhlas
mengorbankan diriku terjun dari atas tebing kedalam lautan yang ganas sekalipun
bila seandainya pengorbanan diriku ini akan bisa memulihkan kembali keadaan
negeri kita ini.”
“Oh,
apakah engkau benar-benar ikhlas, Lembayung?” tanya raja dengan gembira dan
terharu melihat kesungguhan pada sepasang mata puteri Lembayung.
Lembayung
tersenyum. “Ya, ayah. Aku ikhlas mengorbankan diriku ini demi negeri kita ini.”
“Oh,
Lembayung. Sungguh mulia hatimu. Maafkanlah ayah yang selama ini telah
menyia-nyiakanmu.” Ucap raja sambil menangis penuh haru.
Lembayung
ikut berlinang airmata. “Ayah, jangan menangis. Aku tidak ingin terjadi
perebutan kekuasaan dikerajaan. Disana ada Kenanga dan Kemuning. Aku memahami
keinginan ibu selir yang menginginkan Kenanga atau Kemuning yang kelak akan menggantikan
ayahanda menjadi seorang ratu.”
“Namun
bagaimanapun sebenarnya engkau yang lebih berhak untuk menggantikan ayah menjadi
ratu, anakku.”
“Ayah,
aku ikhlas melepaskan hakku menjadi seorang ratu asalkan jangan ada pertumpahan darah. Aku ingin
negeriku ini senantiasa aman dan tentram. Rakyatnya hidup makmur dan terhindar
dari bencana.” Ucap puteri Lembayung dengan suara tulus.
Raja
akhirnya membawa Lembayung ke istana. Raja
lalu mengumpulkan seluruh menteri dan
juga kedua puterinya. Ketika mendengar
kesediaan Lembayung mengorbankan dirinya, Kenanga dan kemuning menangis. Mereka sekarang menyadari bahwa kakak tiri mereka adalah
seorang wanita yang baik budi. Demikian pula dengan selir, ibu Kenanga dan
Kemuning. Selir itu merasa malu karena atas keinginannyalah puteri Lembayung
disingkirkan dari istana.
Tiba-tiba
puteri Kenanga memeluk puteri Lembayung. “Ayah, aku akan menemani kakak terjun
kedalam lautan. Aku tidak tega melihat kakak mengorbankan diri sendirian.
Biarlah aku ikut serta menyertai kakak.”
Ketika
mendengar ucapan Kenanga, Kemuning pun memeluk Lembayung.
“Kakak,
biarlah aku pun ikut mengorbankan diriku bersama kalian berdua.”
Raja
menjadi bingung mendengar ucapan kenanga
dan Kemuning.
“Bila
kalian semuanya mengorbankan diri kedalam lautan, ayah tidak punya keturunan
lagi.” Kata raja dengan perasaan bingung.
“Ayah,
biarlah nanti takdir yang akan menentukan siapakah kelak yang akan menggantikan
ayah menjadi raja. Sekarang antarkan kami untuk mengorbankan diri terjun
kedalam lautan semoga keihlasan ayah melepaskan kami bertiga akan berhasil
mengembalikan negeri ini menjadi pulih seperti dahulu lagi.” Kata Kenanga.
Akhirnya
dengan berat hati raja mengantarkan ketiga puterinya hingga ke tepi tebing.
Dibawah tebing itu lautan yang luas dengan ombak yang besar dan ganas berdebur keras tengah menanti tubuh ketiga
puteri cantik itu. Sambil saling berpegangan tangan, puteri Lembayung, puteri
Kenanga dan puteri Kemuning meloncat bersamaan kedalam lautan. Tubuh ketiga
puteri itu melayang.
Raja
memejamkan matanya, tidak kuasa melihat tubuh ketiga puterinya melayang dari
tepi tebing terjun kedalam lautan yang ganas dan tengah bergelora. Mendadak langit hitam kelam
ketika menyambut tubuh ketiga puteri raja itu. Namun hanya beberapa saat saja
keadaan gelap gulita itu. Tidak lama kemudian langit cerah kembali. Raja dan
seluruh yang menyaksikan kejadian itu segera berlari ketepi tebing. Ternyata tubuh ketiga
puteri itu selamat dari terkaman
ikan-ikan laut yang buas dan ganas. Berpuluh-puluh ikan lumba-lumba menopang tubuh
ketiga puteri itu dan membawanya hingga ketepi laut. Raja dan seluruh yang
hadir menyambut gembira kedatangan ketiga puteri itu.
Tidak
lama kemudian negeri pulih kembali seperti dahulu dan tidak ada lagi bencana
yang melanda negeri. Rakyat bersuka cita dan kembali bekerja dengan giat. Setahun
kemudian raja menyerahkan takhtanya
kepada puteri Lembayung. Puteri Lembayung menjadi seorang ratu yang dikenal
arif dan bijaksana. Sementara puteri Kenanga dan puteri Kemuning ikut membantu kakak sulung mereka menjalankan
kekuasaannya sebagai ratu.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar