Sekar
mengambil kainnya. Seperti biasanya, pagi itu dia sudah turun dari rumahnya
menuju pancuran yang berada dibelakang rumahnya. Air pancuran itu sangat jernih
dan bening. Air itu berasal dari sumber mata air dikaki gunung. Di pancuran itu
setiap hari Sekar mandi dan mencuci pakaiannya.
Suatu
hari seorang wanita lewat ke dekat pancuran itu. Saat itu Sekar baru selesai
mandi. Rambutnya yang panjang masih basah terkena air. Perempuan itu berdiri
tidak jauh dari tempat pancuran itu.
“Bolehkan
aku itu menumpang mandi dipancuran ini?’ tanya perempuan itu.
“Tentu
saja.” Sahut Sekar. Dia merasa heran karena baru sekarang melihat perempuan
itu. Mungkin dia orang yang kebetulan lewat, pikir Sekar.
Perempuan
itu masuk kebalik tembok rendah yang melindungi pancuran itu dari pandangan orang. Sementara Sekar
segera pulang kerumahnya. Sekar hanya tinggal berdua bersama ibunya. Ayahnya
sudah lama meninggal dunia.
Sekar lalu menanak nasi. Sambil bekerja didapur tak
sengaja Sekar melihat kebawah. Rumahnya terletak ditempat yang agak tinggi sementara pancuran itu
terletak dibawah, tidak jauh dibelakang
rumahnya.
Sekar
merasa heran, perempuan yang tadi masih
mandi bahkan nampak bermain-main dengan air pancuran dengan wajah gembira.
Kemben kuning yang melilit dadanya nampak basah. Perempuan itu nampak cantik
sekali. Rambutnya yang hitam panjang lebat dan bergelombang, nampak basah dan berkilauan terkena sinar matahari.
Sekar
tersenyum. Dia teringat pada dirinya. Kalau waktunya sedang senggang, dia juga
senang lama-lama mandi dibawah air pancuran itu, merasakan kesegaran dan kesejukan
air pancuran itu mengguyur tubuhnya. Namun ibunya selalu menyuruhnya
cepat-cepat menyelesaikan mandinya. Ibunya
suka bilang bila dia lama-lama mandi disana, nanti akan ada hantu
air yang akan menemaninya. Sekar menuruti nasehat ibunya. Dia tidak
pernah lagi mandi lama-lama.
Sekar
selesai menanak nasi. Dia lalu menyiapkan lauk pauknya. Namun ketika dia sudah selesai menyiapkan lauk pauk, dia
kembali menoleh kebawah, ke pancuran itu. Astaga. Perempuan itu masih mandi
disana, seakan belum puas merasakan
kesegaran dan kesejukan air pancuran itu.
Tak
tahan akhirnya Sekar membuka jendela dapur dan berteriak pada perempuan itu.
“Kakak!
Kenapa mandinya lama sekali? Apa tidak merasa dingin lama-lama berada dibawah
pancuran itu?” tanya Sekar.
Perempuan
itu menoleh. “Ya, aku sebentar lagi akan selesai.” Sahutnya.
Sekar
selesai makan. Dia turun akan mencuci piring. Namun bukan main terkejutknya ketika
dia melihat perempuan itu masih mandi disana.
“Kakak,
apakah mandinya masih belum selesai juga?” tanya Sekar.
Perempuan
itu menatap Sekar sesaat tanpa beranjak dari tempatnya. Dia lalu bangkit dan
menemui Sekar. Dari dekat, kecantikan perempuan itu nampak semakin nyata.
Kulitnya putih bersih dan harum. Matanya
berbinar indah dan senyumannya sungguh menawan. Rambutnya yang hitam panjang
lebat dan bergelombang semakin menambah kecantikannya. Perempuan itu sungguh
cantik jelita. Belum pernah Sekar melihat perempuan secantik ini. Sesaat Sekar
merasa takjub melihat kecantikan perempuan itu.
“Aku
sering memperhatikanmu bila kau sedang mandi. Aku heran karena kau kalau mandi
suka lama sekali.” Kata perempuan itu. Suaranya halus dan lembut.
“Oh,
ya. Aku senang membersihkan tubuhku.” Kata Sekar. “Air pancuran itu sejuk dan
segar sehingga aku betah berlama-lama mandi disini dan merasakan kesegaran dari
setiap tetes air yang mengalir membasahi tubuh dan wajahku.”
Perempuan
itu tersenyum. “Aku dulu adalah seorang puteri
raja. Aku senang merawat dan menjaga kecantikanku.
Salah satu yang kulakukan untuk merawat kecantikanku adalah mandi. Dulu, aku
setiap hari mandi dipancuran ini.”
“Bagaimana
mungkin?” tukas Sekar dengan terkejut. “Tadi kakak bilang bahwa kakak adalah seorang
puteri raja, tidak mungkin kakak mandi dipancuran ini.”
Perempuan
itu tersenyum. Tatapannya seakan menerawang. “Ratusan tahun lalu, pancuran ini berada disamping istana. Ya,
pancuran ini adalah pancuran yang dibangun dan diperuntukan untuk aku, puteri
raja.” Kata perempuan itu. Perempuan itu
menatap Sekar.
“Apakah
kau tidak melihat bekas-bekas peninggalan kerajaan disekitarmu?” Perempuan itu
menunjuk pada batu-batu disekitar mereka. Sekar mengikuti pandangan perempuan
itu. “Lihat batu-batu itu, itu adalah
batu-batu bekas reruntuhan kerajaan
ayahandaku. Lihat pula tiang-tiang yang telah runtuh itu, reruntuhaan
tiang-tiang itu adalah bekas tiang-tiang kerajaan ayahandaku. Tempat ini,
ratusan tahun lalu adalah bekas kerajaan ayahandaku, sebelum musuh menyerang kerajaan
kami dan menewaskan kami semua. Dan kau perhatikan dua sisi tembok rendah yang
membentengi pancuran ini, ini adalah tembok-tembok yang
hanya bisa kau lihat dijaman kerajaan
seandainya dinding ini tidak tertutup lumut.” Kata perempuan itu menjelaskan.
Sekar
terdiam, dia memperhatikan batu-batu yang ditunjuk perempuan itu. Dia juga
memperhatikan dua sisi tembok yang membentengi air pancuran itu. Diusapnya sebagian
lumut yang menyelimuti sebagian tembok itu. Ketika lumut itu terlepas, Sekar
melihat bahwa permukaan tembok itu tidak
rata. Seperti ada pahatan-pahatan yang sangat rapi. Sesaat imajinasinya seakan
terbuka, dalam bayangannya, seakan dia melihat gambaran bekas kerajaan pada
batu-batu yang ditunjuk perempuan itu dan juga pada tembok-tembok rendah yang
membentengi air pancuran ini.
“Siapakah
nama kakak?” tanya Sekar. Mendadak dia merasa sungkan kepada perempuan itu.
“Namaku
puteri Sekarwangi. Pancuran ini aku wariskan kepadamu, Sekar. Kelak, akan
banyak perempuan yang ingin mandi disini.” Kata perempuan itu.
Sebelum
Sekar menyadari, tiba-tiba perempuan itu lenyap dari pandangan. Sekar bergegas
mencuci piring. Tak terasa hari sudah sore. Sekar segera mandi. Tiba-tiba dia
mencium harum bunga melati. Sekar merasakan keharuman itu. Dia mencoba mencari
tahu dari mana sumbernya wangi itu. Mendadak Sekar sadar, air dari pancuran
itu yang mengeluarkan wangi melati. Usai
mandi, Sekar masih merasakan keharuman melati dari tubuhnya.
Suatu
saat seorang wanita melintas didekat pancuran itu. Ketika melihat Sekar, dia
meminta ijin mandi disana. Dengan senang hati Sekar mengijinkan perempuan itu mandi disana
sepuasnya. Dia teringat pada ucapan puteri Sekarwangi bahwa nanti akan banyak
perempuan yang ingin mandi dipancuran itu.
Beberapa
hari kemudian perempuan itu datang lagi dan bercerita pada Sekar. “Suamiku sudah
lama meninggalkan aku namun sekarang dia sudah kembali lagi kepadaku setelah aku
mandi disini.” Kata perempuan itu.
Tidak
lama, datang lagi seorang perempuan lain. Dia sudah beberapa kali mandi di air
pancuran itu. Ketika melihat Sekar, dia bercerita, “Aku sudah lama menderita sakit kulit, setelah aku
sering mandi disini, penyakitku
berangsur sembuh.”
Berita
keberadaan pancuran itu dengan cepat menyebar. Semakin lama semakin banyak orang
yang menumpang mandi disana. Atas bantuan penduduk desa, air yang mengalir ke pancuran itu dibagi menjadi beberapa bagian sehingga akhirnya menjadi lima buah pancuran yang
berjejer. Lumut-lumut yang menutupi tembok yang membentengi pancuran itu
dibersihkan. Benar saja, pada dinding tembok itu terpahat gambar yang luar biasa indahnya. Pahatan yang menggambarkan seorang puteri yang cantik
jelita dengan rambutnya yang panjang lebat bergelombang. Sekar bercerita tentang sejarah air pancuran itu
dan siapakah puteri yang terpahat pada
ukiran di tembok itu. Sekar memberi nama air pancuran itu dengan nama pancuran
Sekarwangi.
---
0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar