Disebuah lereng bukit, yang
bercuaca dingin, pada sebuah pondok yang sederhana tinggallah tiga orang gadis yang sudah lama ditinggal kedua orangtuanya.
Ketiga gadis itu bernama Kemuning, Kenanga dan Seruni. Mereka bertiga hidup dengan
menggarap ladang peninggalan kedua
orangtuanya. Seperti kedua orangtuanya, mereka pun menanami ladang dengan kentang
dan ubi. Hasilnya dijual ke pasar. Ketiganya
gadis yang giat dan rajin bekerja. Setiap pagi mereka sudah berangkat ke ladang.
Ladang peninggalan kedua orangtua mereka
digarap dengan sebaik-baiknya sehingga walaupun hasilnya tidak banyak namun
cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari. Sebagian dari hasil panen kentang dan ubi itu mereka simpan
digudang untuk persediaan makanan mereka sehari-hari.
Suatu hari hujan turun
dengan sangat derasnya. Kemuning, Kenanga dan Seruni tidak bisa pergi ke ladang
seperti biasanya. Mereka hanya tinggal saja didalam pondok mereka. Seruni
menutup jendela rapat-rapat ketika angin berkali-kali membantingkan daun
jendela.
“Oh, cuaca sangat buruk
sekali.” Kata Seruni pada dirinya sendiri. Angin yang kencang masuk menerobos melalui
lubang-lubang bilik pondok. Sementara itu Kemuning dan Kenanga tengah memasak didapur. Bau
masakan kentang dan kue yang terbuat dari ubi sangat harum. Tak lama Kemuning
membawa piring besar berisi masakan kentang, sementara Kenanga membawa pinggan besar berisi kue ubi.
Seruni membantu kedua kakaknya membawakan nasi dalam bakul dan piring. Mereka
menggelar tikar dan duduk bersama.
“Ayo kita makan.” Kata
Kemuning pada kedua adiknya.
“Baunya harum sekali. Kakak
pintar sekali memasak.” Kata Seruni. Kentang dengan bumbu kemiri dan cabe merah
itu sangat menggiurkan sekali.
Ketiganya mulai makan. Namun
tiba-tiba mereka mendengar suara ringkik kuda diluar pondok mereka. Tak lama
kemudian terdengar ketukan pintu yang cukup keras.
“Bisakah aku menumpang
berteduh? Hujan sangat deras sekali.” Kata sebuah suara.
Ketiga gadis bersaudara itu
saling berpandangan. Ketiganya lalu bergegas berdiri. Kemuning membukakan
pintu. Seorang pemuda dengan baju yang basah kuyup berdiri didepan pintu
pondok. Mereka merasa kasihan sekali melihat pemuda yang kelihatan letih dan
basah kuyup itu.
“Masuklah. Kebetulan kami
sedang makan. Kau bisa makan bersama kami.” Kata Kemuning.
“Terima kasih. Aku beruntung
melihat pondok ini.” Kata pemuda itu sambil masuk.
Kemuning memberikan handuk
pada pemuda itu. Dia pun mencari baju bekas ayahnya. Kebetulan masih ada satu
setel baju milik ayahnya. Diberikannya pada pemuda itu. Dia menunjukan kamar.
“Gantilah bajumu. Kau pasti
kedinginan mengenakan bajumu yang basah itu.” Kata Kemuning.
“Terima kasih.” Pemuda itu
menerima pemberian Kemuning dengan gembira. Tak lama kemudian pemuda itu keluar dari kamar dan sudah berganti pakaian
dengan pakaian petani. Mereka duduk bersama dan mulai makan.
“Namaku Joni. Aku sudah
seminggu berkelana di hutan. Aku mencari kedua kakakku, Bunbun dan Boni. Mereka
sudah sebulan lebih hilang saat berburu.” Kata pemuda itu. “Aku ditugaskan oleh
orangtuaku untuk mencari mereka. Namun usahaku tidak berhasil. Seminggu lamanya
.aku menjelajahi hutan namun aku tak berhasil menemukan jejak mereka.” Kata
pemuda itu.
“Mudah-mudahan kedua kakakmu
selamat.” Kata Kenanga.
“Ya, aku pun berharap begitu.
Besok aku akan mencoba mencari mereka lagi.” Kata Joni.
Keesokan harinya, Kemuning, Kenanga dan Seruni menemani Joni
mencari kedua kakaknya. Kemuning mengeluarkan satu-satunya kuda peninggalan
ayah mereka. Dia naik kuda itu bersama dengan Kenanga. Sementara Seruni naik
kuda bersama Joni. Cukup jauh mereka
memasuki hutan. Namun tidak ada jejak yang menunjukan dimana keberadaan Bunbun
dan Boni.
“Hutan ini sudah sangat
gelap. Apakah sebaiknya kita pulang saja dan besok kembali lagi?” Tanya
Kemuning pada Joni.
“Ya, sebaiknya kita pulang
dan besok kembali lagi.” Kata Kenanga.
Joni kelihatan bingung.
Namun tiba-tiba dia melihat sesuatu yang tersangkut pada ranting.
“Hei, lihat! Itu topi
kakakku, Bunbun. Berarti dia berada disekitar sini.” Seru Joni sambil bergegas
turun dari kudanya dan mengambil topi yang tersangkut pada ranting. “Ya, benar.
Topi ini milik Bunbun.”
Dia berjalan kembali dan
mencoba mencari-cari lagi. “Kalian kemarilah, ini sepatu milik Boni.” Panggil
Joni sambil berjongkok memungut sesuatu.
Ketiga gadis itu bergegas
menghampiri Joni. Joni memperlihatkan sebelah sepatu.
“Oh, berarti kedua kakakmu
memang masuk hingga kemari, Joni.” Kata Kemuning. Dia menatap Joni dengan
cemas. “Jangan-jangan…..”
“Kita cari lagi sebentar,
bila tidak ketemu juga, kalian pulanglah. Biarkan aku mencari kedua kakakku
sendirian.” Tukas Joni cepat sebelum Kemuning menuntaskan kalimatnya.
“Kami tentu akan menemanimu
hingga kau menemukan kedua kakakmu.” Kata Seruni membesarkan hati Joni. Joni
tersenyum penuh rasa terima kasih pada Seruni.
Keempatnya kemudian berjalan
semakin jauh kedalam hutan. Mendadak mereka melihat ada yang tergantung diatas
pohon.
“Hei, lihat. Siapa itu yang
terikat dan digantung diatas pohon?” seru Kenanga.
Joni terpekik kaget. Kedua pemuda
yg pinggangnya diikat dan digantung diatas pohon itu adalah Bunbun dan Boni.
Namun ketika dia akan menolong kedua kakaknya, mendadak terdengar suara
menggeram. Sesosok raksasa perempuan berambut gimbal dan panjang tiba-tiba muncul dari balik semak-semak dan
menghadang Joni.
“Siapa kau yang akan
mengganggu santapanku?” seru raksasa wanita itu.
“Lepaskan kedua kakakku!”
seru Joni.
“Olala, berani benar kau.”
Seru raksasa itu dengan marah. “Kalau begitu kau akan menjadi santapanku
berikutnya.”
Raksasa perempuan itu berusaha menangkap Joni. Namun dengan
gagah berani Joni berkelit dan segera menghunus pedangnya. Tak lama kemudian
Joni sudah berkelahi melawan raksasa perempuan itu.
“Joni, kau harus bisa
memotong rambutnya. Kekuatan sihir raksasa perempuan itu ada pada rambutnya.”
Seru Bunbun dari atas pohon member petunjuk pada adiknya.
Kemuning, Kenanga dan Seruni
tidak tinggal diam. Mereka berusaha menurunkan Bunbun dan Boni yang terikat dan
digantung pada dahan pohon. Untunglah mereka membawa pisau dan belati yang
mereka selipkan pada pinggang. Kemuning
dan Kenanga bergegas menaiki pohon. Kemuning memotong tali yang mengikat
Bunbun, sementara Kenanga memotong tali pengikat Boni. Tidak lama kemudian
kedua pemuda itu sudah terbebas dan melompat keatas tanah. Bunbun dan Boni
segera membantu Joni melawan raksasa perempuan itu.
“Kemarikan pisau dan belati
kalian.” Kata Bunbun dan Boni pada Kemuning dan Kenanga. Kemuning menyerahkan
pisau kepada Bunbun, sementara Kenanga menyerahkan belatinya pada Boni.
Namun raksasa perempuan itu
sangat kuat. Dia semakin marah ketika melihat kedua mangsanya sudah terbebas
dan menyerangnya.
“Aku akan memangsa kalian
bertiga.” Seru raksasa itu dengan marah.
“Lakukan bila kau bisa.”
Ejek Bunbun. Dia mencoba menjambak rambut raksasa itu. Namun raksasa itu
berkali-kali berhasil berkelit. Boni bergegas memanjat pohon. Sementara Joni
dan Bunbun memancing raksasa itu agar mendekati pohon dimana Boni sudah
berhasil memanjat keatasnya. Ketika raksasa itu lengah, Boni melompat dari atas
pohon dan dengan sekali sabet dia berhasil memangkas rambut raksasa perempuan
yang terurai panjang itu. Raksasa itu menjerit panjang.
“Kurang ajar. Kau memotong
rambutku.” Seru raksasa itu. Dia mencoba menyerang Boni, namun kekuatannya
sudah habis. Raksasa perempuan itu lari tunggang langgang memasuki hutan.
Semuanya menarik nafas lega. Sekarang raksasa perempuan itu tidak akan berani
mengganggu lagi karena sudah tidak memiliki kekuatan lagi.
“Aku dan Boni tersesat
kedalam hutan ketika berburu dan ditangkap
oleh raksasa perempuan itu, lalu digantung diatas pohon.” Kata Bunbun.
“Sekarang hari sudah
menjelang malam. Mari kita pulang.” Ajak Kemuning.
Bunbun dan Boni bersiul
panjang. Tak lama kemudian datanglah kedua kuda mereka yang setia. Oh,
untunglah kuda-kuda mereka masih hidup dan tidak disantap oleh harimau yang
banyak berkeliaran didalam hutan. Akhirnya mereka memacu kuda masing-masing dan
bergegas pulang karena hari sudah semakin gelap.
Keesokan paginya Bunbun,
Boni dan Joni pamitan akan pulang. Namun beberapa bulan kemudian Bunbun, Boni
dan Joni kembali ke pondok dilereng bukit itu. Rupanya Bunbun sudah jatuh cinta
pada Kemuning, sementara Boni jatuh cinta pada Kenanga dan Joni jatuh cinta
pada Seruni. Tidak lama kemudian mereka bertiga melangsungkan pernikahan dan
hidup bahagia.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar