Sudah hampir tiga tahun lamanya negeri dalam
keadaan susah. Musim kemarau membuat hasil pertanian rusak. Tak ada panen padi
ataupun palawija. Rakyat berulang kali meminta bantuan pada Raja Depp agar
membuat saluran air, namun Raja Depp tidak pernah menggubris keluhan rakyat.
Raja muda itu sangat gemar berburu ke hutan. Musim kemarau membuat Raja Depp hampir
setiap hari pergi berburu ke hutan dan pulang ke istana dengan membawa rusa
hasil buruannya, lalu rusa itu dijadikan daging panggang dan dinikmati oleh
Raja Depp beserta para pengawalnya. Tak sedikitpun Raja ingat pada rakyatnya
yang sudah mulai dilanda kelaparan dimana-mana karena sudah tidak ada lagi yang
bisa dimakan.
Rakyat yang kelaparan sudah sangat marah sekali
kepada raja mereka yang sering melakukan perbuatan sewenang-wenang. Makanan-makanan
busuk yang dibagikan Raja Depp berserakan dijalanan, berbaur dengan sampah.
Seluruh rakyat sudah bersiap akan melakukan pemberontakan agar Raja Depp mau
peduli pada rakyatnya yang tengah dilanda kelaparan sementara di istana makanan
berlimpah dan dijadikan untuk berpoya-poya oleh Raja Depp.
Namun Raja Depp menganggap apa yang dilakukan
rakyat sungguh sangat tidak berterima kasih. Suatu hari Raja Depp memperhatikan
dari balik jendela kamarnya dilantai atas pada halaman istana yang dipenuhi
rakyat yang tengah berteriak-teriak memanggil Raja Depp agar keluar menemui
rakyatnya. Diantara pemberontak itu ada seorang anak muda seusianya yang gagah
dan tampan. Anak muda itu kelihatannya yang menjadi pemimpin dari pemberontak
itu.
“Siapakah anak muda itu?” Tanya Raja Depp pada
salah seorang pengawal yang mendampinginya.
“Yang mana, Tuan?” Tanya pengawalnya sambil ikut
melihat keluar jendela.
“Anak muda yang mengenakan topi hitam itu, yang
berdiri paling depan.” Sahut Raja Depp.
“Oh, dia adalah anak seorang petani. Namanya Bucek.”
“Panggil anak muda itu dan suruh menghadapku. Hanya
anak muda itu saja. Aku terkesan dengan keberaniannya.”
Pengawal itu segera keluar istana dan menemui anak
muda itu. Raja Depp memperhatikan dari balik jendela kamarnya. Kelihatan anak
muda itu mengikuti pengawal itu masuk ke istana.
Anak muda itu duduk dihadapan Raja Depp dengan
sikap penuh keberanian.
“Siapa namamu?” Tanya Raja Depp.
“Bucek.”
“Aku suka dengan keberanianmu. Kau kelihatannya
gagah berani. Maukah engkau menjadi salah seorang pengawalku?” Tanya Raja Depp.
“Tidak, Yang Mulia. Bukan pekerjaan yang hamba
cari. Hamba mewakili teman-teman semua yang merupakan rakyat Tuanku Yang Mulia
agar Tuanku bersedia membantu kami semua yang sedang dilanda kesusahan. Sudah
bertahun-tahun kami para petani tidak pernah panen karena musim kemarau yang
sangat panjang. Yang kami butuhkan adalah bantuan dari Tuanku Yang Mulia berupa
pipa-pipa untuk menyalurkan air dari sungai sehingga sawah kami bisa diairi
lagi dan bisa diolah kembali.” Sahut Bucek dengan suara lantang.
“Bicaramu panjang sekali dan lantang, padahal kau
sedang bicara dengan Raja.” Tegur Raja Depp sambil tersenyum.
“Maafkan hamba, Tuanku. Kesempatan bertemu dengan
Tuanku sudah lama sekali hamba tunggu, dan baru sekarang hamba bisa bertemu
dengan Tuanku.” Sahut Bucek.
“Sebetulnya kalian semua tidak perlu protes ke
istana apalagi merencanakan pemberontakan hanya karena musim kemarau yang
terlalu panjang. Kalian bisa menanam tanaman lain sebagai pengganti padi dan
gandum. Bukankah banyak tanaman lain yang bisa ditanam yang tidak memerlukan
banyak air?”
“Misalnya apa, Tuanku?”
“Bukankah bertanam kentang dan umbi-umbian tidak
memerlukan banyak air? Jadi walaupun musim kemarau kalian masih bisa panen
kentang dan umbi-umbian untuk kalian makan?” sahut Raja Depp.
“Tuanku, bertanam apapun kami para petani tetap
membutuhkan air untuk menggemburkan tanah sebelum ditanami. Mohon maaf yang
sebesar-besarnya, sudikah Tuanku sejenak saja meninjau sawah ladang kami dan
melihat sendiri bagaimana tanah sudah sangat kering kerontang. Bahkan sawah-sawah
tanahnya sudah terbelah-belah akibat kekeringan yang sangat parah tahun ini.”
“Anak muda, aku mengerti. Baiklah, akan aku
pikirkan hal itu. Hanya saja aku tidak suka bila kau memimpin rakyat untuk
memberontak kepadaku. Aku bisa menghukummu dengan hukuman yang sangat berat.” Kata
Raja Depp.
“Tuanku, tidak akan pernah terjadi rakyat
memberontak pada Raja apabila rakyat sudah hidup makmur dan tercukupi seluruh
kebutuhan hidupnya.” Sahut Bucek. “Perut yang lapar lah yang membuat rakyat
marah, tuanku.”
“Baiklah, sekarang aku akan melihat sendiri sudah
separah apakah kerusakan yang melanda sawah dan ladang kalian sehingga kalian
ingin melakukan pemberontakan kepadaku. Kau temani aku bersama dengan para
pengawalku.” Kata Raja Depp sambil bangkit.
Raja Depp berserta Bucek dan para pengawalnya naik
kuda. Rakyat yang tengah berkumpul diluar halaman istana memberi jalan ketika
iring-iringan Raja Depp lewat. Raja Depp merasa terkejut ketika dibawa oleh Bucek
ke pesawahan dan ladang-ladang. Tanah-tanah
sudah sangat kering sekali. Bahkan beberapa penduduk yang dilihat Raja Depp
tubuhnya sudah banyak yang kurus kering. Anak-anak banyak yang menderita busung
lapar karena kekurangan makanan bergizi. Raja Depp merasa terkejut melihat apa
yang dilihatnya. Dia baru sadar bahwa ternyata keadaan negerinya sudah sangat
menderita sekali sementara di istana dirinya hidup senang dan berpoya-poya.
Raja Depp menahan airmatanya. Dia teringat pada pesan almarhum ayahnya sebelum
menyerahkan takhta kepadanya bahwa dia harus memperhatikan rakyatnya dengan
sebaik-baiknya. Namun kini dia telah melakukan kesalahan yang sangat besar sekali
dengan menelantarkan rakyatnya. Hatinya dipenuhi dengan penyesalan.
“Jadi yang kalian butuhkan adalah pipa-pipa untuk
menyalurkan air dari sungai?” Raja Depp menoleh pada Bucek.
“Ya, Tuanku. Air sungai sudah mulai mengering juga.
Itu salah satu pilihan menarik air sungai untuk mengairi sawah dan ladang.
Pilihan lainnya adalah membuat beberapa buah sumur dibeberapa tempat, lalu
dibuat sebuah bak yang besar sekali sebagai bak induk pada beberapa tempat
dimana dibuat sumur itu. Melalui beberapa buah bak induk itu dialirkan air pada beberapa tempat
sehingga bisa mengairi sawah dan sebagian lagi pada beberapa bak induk lainnya dialirkan
air pada jamban-jamban umum untuk kebutuhan penduduk sehari-hari.” Kata Bucek.
“Baiklah. Aku akan memenuhi permintaan rakyatku.”
Raja Depp mengangguk setuju.
“Terima kasih, Tuanku.” Ucap Bucek dengan gembira.
Tidak lama kemudian rakyat berkerja bergotong
royong menggali tanah pada beberapa tempat dan membuat sumur. Dibawah tanah
yang kering itu ternyata tersimpan air yang jernih dan bening. Begitu sebuah
sumur selesai digali, air yang jernih dan bersih memancar keluar. Rakyat
bersorak sorai gembira. Sebagian rakyat lainnya pada beberapa tempat membuat beberapa buah bak
induk sebagai tempat penampungan air. Sementara itu air sungai pun ditarik
untuk mengairi beberapa sawah yang paling dekat dengan sungai. Semuanya bekerja
dengan giat dan penuh harapan. Bucek memimpin semua pekerjaan itu. Dia sangga
bahagia ketika melihat semua teman-temannya bekerja dengan penuh semangat.
Bantuan-bantuan peralatan dan bahan-bahan dari Raja Depp mengalir dengan penuh
sehingga pekerjaan bisa diselesaikan dengan cepat.
Ketika beberapa bulan kemudian pekerjaan telah
selesai, para petani kembali turun ke sawah dan mulai menggarap kembali sawah
ladang mereka. Air mengalir dimana-dimana. Bukan hanya sawah ladang yang
terpenuhi kebutuhan akan air, bahkan seluruh penduduk pun terpenuhi kebutuhan
akan air bersih. Mereka tidak perlu lagi pergi rame-rame ke sungai untuk
mencuci pakaian dan mandi karena dibeberapa tempat sudah tersedia jamban-jamban
yang mengalirkan air yang bersih dan jernih. Rakyat gembira dan Raja Depp pun
merasa puas dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik.
Raja Depp terkesan dengan keberanian dan
kesungguhan Bucek dalam menjalankan
tugasnya. Akhirnya Raja Depp menjadikan Bucek
sebagai sahabatnya. Apabila Raja Depp
ingin turun ke desa-desa meninjau rakyatnya, Bucek selalu menemaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar