Asta berjalan pelan melintasi
warung nasi itu.Warung nasi yang selalu terlihat penuh dengan pengunjung hampir
setiap harinya dari pagi hingga petang.Pemilik warung itu seorang wanita
separuh baya yang selalu terlihat sibuk melayani pengunjung warung nasinya.Ada
dua perempuan muda yang membantu bu Minah berjualan.Kedua gadis itu terlihat
sangat cekatan bekerja dan selalu ramah menyapa setiap tamu yang datang
berkunjung ke warung nasi itu.
Hari itu hujan turun dengan
deras. Asta berjalan memasuki warung nasi. Perutnya terasa sangat lapar sekali.
Sebetulnya dia tidak memiliki uang sepeserpun namun perutnya terasa sudah
sangat perih sekali menahan lapar sepanjang hari yang belum diisi makanan
sedikitpun.
“Silahkan duduk, nak.”Sambut bu
Minah dengan ramah. “Mau makan apa?”
“Saya pesan nasi dan daging ayam
saja.” Sahut Asta. Agak ragu dan malu.
Bu Minah menyuruh salah seorang
pembantunya untuk menyediakan pesanan Asta. Tidak lama kemudian gadis itu
datang membawa pesanan Asta. Tidak lupa pula menyediakan segelas air teh panas.
Juga lalapan dan sambalnya.Asta makan dengan sangat lahap sekali.Dia lupa bahwa
dia tidak memiliki uang sepeserpun untuk membayar makanan yang sedang
dimakannya.Tidak lama kemudian makanan yang dipesannya telah habis. Oh, bukan
main nikmatnya karena kini perutnya terasa nyaman setelah diisi.
Asta melihat bu Minah dan kedua
pelayannya sedang sibuk melayani pembeli lainnya.Asta sejenak merasa ragu.Dia
bisa saja segera pergi sebelum bu Minah dan kedua pelayannya memperhatikannya
telah selesai makan.Namun niatnya diurungkan.Dia mendekati bu Minah.
“Bu….” Panggil Asta pelan.
“Sudah selesai?Tadi nasi dan ayam
goreng. Ada tambahan lagi?” bu Minah sudah siap akan menghitung.
Asta menatap bu Minah malu.Dia
sekilas memperhatikan orang-orang yang tengah makan.Tidak ada yang
memperhatikannya.
“Bu, saya malu, saya sama sekali
tidak punya uang untuk membayar makanan yang tadi saya makan….” Ucap Asta
lirih.
Bu Minah menatap Asta
sejenak.Lalu tersenyum.“Tidak apa-apa bila tidak punya uang.Kau tidak harus
membayarnya.”Ucap bu Minah.
“Tapi bu, saya sungguh sangat
malu sekali…..” ucap Asta.
“Tidak usah malu.Apa yang sudah
kau makan tadi anggap saja pemberian dari saya.”Ucap bu Minah.
“Oh, terima kasih, bu.” Ucap
Asta. Dia lalu pamit pergi.
Esok sorenya ketika Asta lewat
didepan warung nasi itu, dia melihat warung nasi itu penuh seperti
biasanya.Asta sejenak berhenti memperhatikan warung itu dari seberang
jalan.Perutnya terasa lapar.Namun dia bergegas pergi.Namun baru saja dia
melangkah, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak dari dalam warung.
“Nak, mari mampir dulu.”
Oh, ternyata bu Minah yang keluar
dari dalam warungnya dan memanggil Asta. Asta berhenti.Bu Minah melambaikan tangan
kearahnya.Dengan ragu Asta berjalan mendekati warung bu Minah.
“Mari mampir dulu.Perutmu pasti
sangat lapar sekali.”Ucap bu Minah mengajak Asta masuk kedalam warungnya.
“Bu, saya sama sekali tidak punya
uang.”Ucap Asta malu.
“Makanlah apa saja yang kau
mau.Kau tidak usah membayarnya.”Kata bu Minah dengan ramah.
Bu Minah menyuruh salah seorang
pelayannya untuk menyiapkan makanan buat Asta.Meskipun merasa malu namun Asta
akhirnya menyantap makanan yang disediakan untuknya.Demikianlah hampir setiap
hari setiap kali Asta menewati warung nasi bu Minah, bu Minah selalu memanggilnya
menyuruhnya masuk dan makan.Tidak terasa sudah tiga bulan lamanya hampir setiap
hari Asta makan diwarung bu Minah tanpa membayar.
Suatu hari Asta pergi mencari
ikan seperti biasanya.Tiba-tiba jaringnya terasa berat.Dia menarik jaringnya.
Bukan main terkejutnya ketika dia melihat hasil tangkapannya adalah seekor ikan
mas yang sangat besar sekali. Oh, aku sangat mujur hari ini, pikir Asta
gembira. Dia akan memberikan ikan mas itu kepada bu Minah. Namun bukan main
terkejutnya ketika tiba-tiba dia mendengar suara yang lembut.
“Tuan, saya jangan
ditangkap.Lepaskan lagi saya kedalam sungai dan saya akan memberikan sesuatu
yang sangat berharga untukmu.” Oh, ternyata ikan itu yang berbicara.
Asta mendadak menjadi ketakutan.
“Jangan takut.Aku adalah anak
raja ikan penguasa sungai ini.Aku tersesat bermain terlalu jauh dari istanaku.
Ayah dan ibuku serta semuanya pasti sekarang sedang mencari aku. Lepaskanlah
aku.Nanti aku akan memberimu banyak hadiah.”
“Apakah kau bisa dipercaya?”Tanya
Asta ragu. Dia sudah berniat akan memberikan ikan mas besar itu kepada bu
Minah.
“Aku bisa dipercaya.Lepaskan aku
dan tunggulah aku akan segera kembali menemuimu.” Kata ikan mas itu. “Oh ya,
siapakah namamu?”
“Asta.” Sahut Asta.
“Asta, sekarang kau lepaskan aku
dan aku akan segera kembali lagi kemari.” Kata ikan mas itu.
Akhirnya Asta melepaskan ikan mas
itu. Ikan itu berenang dengan cepat dan tak lama sudah menghilang kedalam
sungai.Asta lalu duduk ditepi sungai
menunggu kedatangan ikan mas itu kembali. Namun sekian lama dia menunggu, ikan
mas itu tidak juga datang kembali. Asta menyesal mengapa dia melepaskan ikan
satu-satunya hasil tangkapannya itu.Hari sudah semakin sore. Akhirnya Asta
memutuskan akan pulang dengan perasaan kecewa.
Namun baru saja dia melangkah
beberapa langkah akan meninggalkan sungai, mendadak terdengar suara
memanggilnya.
“Asta!Asta!”
Asta menoleh. Bukan main
terkejutnya ketika dia melihat ikan mas yang tadi ditangkapnya diiringi oleh
beberapa ikan mas besar lainnya yang menyeret sesuatu.
“Asta, kemarilah.Aku membawakan
sesuatu untukmu.” Kata ikan mas itu.
Asta turun ke sungai. Beberapa
ekor ikan mas besar itu mendekati Asta. Diatas tubuh beberapa ekor ikan itu ada
sebuah kotak kecil.
“Asta, ambilah kotak itu sebagai
hadiah dari ayah dan ibu karena kau telah melepaskan aku, dan pergunakanlah apa
yang ada dalam kotak itu dengan sebaik-baiknya untuk hidupmu.”
Asta mengambil kotak itu dia lalu
membukanya. Oh, bukan main terkejutnya karena didalam kotak itu berisi beraneka
macam perhiasan mas dan berlian dalam jumlah yang banyak.
“Apakah ini semua untukku?”Tanya
Asta tak percaya.
“Ya, semuanya itu untukmu.Mulai
saat ini kau jangan lagi mencari ikan dan menangkap ikan-ikan rakyat
ayahku.Hiduplah dengan tenang dengan harta pemberian dari ayahku itu.” Kata
ikan mas itu.
Asta lalu berjalan pulang.Ketika
melewati warung bu Minah, dia melihat bu Minah sedang berada didepan warungnya
dan kelihatannya sedang menunggu seseorang.Ketika melihat Asta, bu Minah
terlihat gembira.
“Ah, akhirnya kau datang
juga.Tidak biasanya kau pulang sesore ini.Mari masuk, makanan sudah
menunggumu.”Kata bu Minah.
Seperti biasanya Asta pun makan
diwarung bu Minah.Setelah selesai makan, dia menghampiri bu Minah.
“Bu, sudah tiga bulan lamanya
saya makan diwarung ibu. Saya sangat malu sekali namun saya sangat berterima
kasih sekali atas kebaikan ibu.” Kata
Asta.
“Ibu sangat senang bisa
membantumu, nak.Kau kelihatannya jujur. Dan ibu percaya suatu saat nasibmu akan
berubah. Jangan kau pikirkan apa yang sudah kau makan dari warung ibu ini. Ibu
ikhlas memberikannya kepadamu.”Kata bu Minah.
Asta mengeluarkan kotak kecil
pemberian ikan mas itu. Bu Minah terkejut ketika melihat isi kotak itu yang
berisi perhiasan mas berlian yang mahal harganya.
“Ah, dari mana kau mendapatkan
kotak berisi perhiasan berharga ini?”Tanya bu Minah sambil menatap Asta curiga.
Asta segera menceritakan kejadian
hari itu kepada bu Minah.Lalu dia berkata.“Bu, hari ini saya mendapat rejeki
yang tidak terduga. Saya akan membagi dua isi kotak ini dengan ibu. Saya sangat
berhutang budi dan sangat berterima kasih sekali pada ibu yang telah memberi
saya makan pada saat saya sedang kelaparan.”
“Ah, tidak.Itu adalah
rejekimu.Ibu ikhlas memberikan apa yang sudah ibu berikan kepadamu.”Tolak bu
Minah.
“Tidak bu, ini adalah rejeki kita
berdua. Saya akan membagi dua isi kotak ini dengan Ibu.”
Kata Asta.
Akhirnya Asta membagi dua isi
kotak itu.Lalu dia menyerahkan kotak itu beserta isinya yang setengah kepada bu
Minah.Bu Minah menangis terharu sambil memeluk Asta.
Asta pulang kerumahnya.Esok
harinya dia menjual sebagian perhiasan itu.Dengan uang hasil penjualan
perhiasan itu dia membeli sebidang tanah yang cukup luas, lalu membangun rumah
dan hidup sebagai petani.Beberapa bulan kemudian sambil mengendarai kereta kuda
miliknya, Asta melewati warung nasi bu Minah.Namun warung nasi itu kini sudah
tidak ada lagi.Warung itu sudah berubah menjadi sebuah rumah yang sangat
bagus.Asta segera turun dan masuk kedalam rumah itu.Bu Minah hampir tidak
mengenali Asta bila Asta tidak memperkenalkan diri karena sekarang penampilan
Asta sudah jauh berbeda dengan Asta yang dulu.Bu Minah bercerita, dengan hasil
penjualan emas berlian itu dia bisa hidup layak.Dia menutup warungnya karena
usianya sudah semakin tua dan dia ingin beristirahat menikmati masa
tuanya.Sebagian uang hasil penjualan perhiasan itu dipakainya untuk merombak
warungnya menjadi sebuah rumah yang bagus.Kini bu Minah hidup tenang dan
ditemani oleh kedua pelayannya yang setia.
--- 0 ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar