Minggu, 05 Januari 2014

Kudowanengpati





Erlangga, pendiri kedua kerajaan Mataram, yang terdiri dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, ingin turun takhta pada tahun 1040. Namun puteri mahkota yang bernama Wijaya Tungga Dewi, yang kemudian dipanggil Kilisuci, menolak untuk naik takhta karena dia telah memutuskan akan menjadi rahib perempuan.
Erlangga memiliki dua orang anak laki-laki. Jayengrana dan Jayanegara,  mengusulkan kepada ayahanda mereka agar membagi kerajaan. Raja menjadi sangat sedih, sebab dia telah membangun kerajaan setelah berperang yang menelan banyak korban jiwa. Namun akhirnya raja setuju dengan usul kedua puteranya itu.
Sebelumnya Borada, seorang biarawan besar, berkata bahwa mereka harus bersumpah tidak akan mengumumkan perang melawan satu sama lain dan anak laki-laki tertua Jayengrana harus menikah dengan anak perempuan Jayanegara.
Akhirnya Jayengrana menjadi raja Kediri dan Jayanegara menjadi raja Singasari.
Dua puluh tahun kemudian Jayengrana memerintahkan Kudowanengpati, putera mahkota  pergi ke Singasari untuk meminang  puteri mahkota pamannya yang dipanggil Anggraeni.
Namun Kudowanengpati tidak mematuhi perintah ayahandanya dan berkata, “Ayah, aku telah meminta Sekar Taji, anak perempuan mangkubumi untuk menjadi isteriku dan aku tidak akan pernah melanggar ucapanku.”
Ayahnya menjadi sangat marah dan berkata, “Aku telah menentukan perkawinanmu sebelum kau lahir. Seorang raja tidak pernah melanggar ucapannya. Pergilah ke Kilisuci, bibimu, dan mintalah nasehatnya.”
Setelah pangeran mahkota meninggalkan kerajaan, raja memanggil anak keduanya dan memberinya sebuah keris. Raja berkata, “Lihatlah senjata ini tidak mempunyai sarung. Pergilah ke taman, kau akan menemukan seseorang.”
Pada mulanya pangeran tidak memahami apa maksud ayahnya dengan kata-katanya itu, namun ketika dia memasuki taman dengan keris ditangannya, dia pun memahami maksud perintah itu seketika. Disana dia melihat Sekar Taji, tunangan kakaknya, sedang bermain dengan pelayan wanitanya.
Tetapi Sekar Taji pun mengerti seketika bahwa pangeran datang untuk membunuhnya.
Sekar Taji berkata, “Aku tidak mau ayahmu melanggar sumpahnya.” Dia melompat pada sang pangeran dan keris beracun itu menusuk jantungnya.
“Kudowanengpati, pahlawanku, aku tetap setia kepadamu.” Sekar Taji berbisik dan  mati.
Pelayan puteri mengikuti apa yang dilakukan oleh majikannya.
Pangeran berlutut dan ketika air mata mengalir membasahi pipinya, dia berbisik, “Maafkanlah aku, Sekar Taji.”
Lalu dia menutup kedua mayat itu dengan bunga-bunga yang harum di taman.
Pada saat itu pangeran mahkota, yang sedang berada di biara dengan saudara perempuan ayahnya, merasa tidak tenang perasaannya. Kilisuci tidak dapa membujuknya untuk mengawini  keponakannya.
Setelah pamitan putera mahkota pulang secepat mungkin. Ketika dia tiba di istana, dia sangat sedih dan marah. Tak seorangpun dapat menceritakan kepadanya dimanakah tunangannya.
Akhirnya saudaranya menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi.
Kudowanengpati tergesa-gesa ke taman didampingi oleh seorang pelayannya yang setia.
Mereka membungkus kedua mayat itu dengan sutera dan membawanya pergi.
“Mari pergi ke pantai.” Kata sang pangeran. “Dulu aku pernah berjanji kepadanya akan berperahu.”
Siang malam mereka berlayar tanpa berbicara, makan dan minum, hingga suatu hari sebuah hujan badai yang berat membawa kapal itu ke pantai Bali, sebuah pulau di Jawa Timur, namun kedua mayat itu telah lenyap.
Kudowanengpati mengelilingi pulau itu, dia menjadi seorang ksatria yang mengembara dan akhirnya dia lupa kepada namanya sendiri, begitu pula kepada nama temannya. Dia telah menjadi seorang gila yang sangat menderita.
Ketika dia sedang duduk sendirian, dia selalu berkomat-kamit, “Anggraeni…… Anggraeni…….”
Pada saat itu kerajaan Jayanegara sedang dalam bahaya sebab sedang terjadi pemberontakan. Prajurit-prajurit Jayengrana dikirim untuk menolong Jayanegara namun mereka bertempur dengan sia-sia melawan para pemberontak.
Ketika Kudowanengpati menghilang, ayah Sekar Taji mengumumkan bahwa yang menyelamatkan kerajaan akan mendapat hadiah berupa  puteri mahkota.
Kudowanengpati, ksatria gila yang berambut panjang, sehingga tak seorang pun mengenalinya, telah diberitahu  oleh beberapa pengungsi dari Singasari bahwa dia dapat mencoba untuk menyelamatkan kerajaan itu.
Dia menyeberang dan menawarkan jasanya kepada raja Singasari.
Dengan mengendarai seekor gajah dia menyerang pemberontak sehingga mereka terbunuh atau melarikan diri. Lalu dia kembali untuk meminta hadiahnya.
Namun sebuah kejutan menunggunya. Bukan Anggraeni yang dilihatnya, namun Sekar Taji, tunangannya.
Anggraeni merasa sangat sedih, bahwa Sekar Taji dibunuh dan Kudowanengpati telah menghilang. Oleh karena itu dia berdoa kepada Tuhan siang dan malam agar  merubahnya menjadi Sekar Taji dan menolongnya menemukan Kudawanengpati di akhirat. Tuhan merasa kasihan kepada puteri mahkota itu dan pada suatu malam roh Sekar Taji  masuk kedalam tubuh Anggraeni untuk membuatnya kelihatan lebih cantik, sehingga setiap orang percaya bahwa dirinya adalah Sekar Taji. Kudawanengpati akhirnya  menemukan tunangannya kembali.

--- 0 ---

Dari Buku Cerita Anak-anak Jaman Dulu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar