Rabu, 24 September 2014

Senang Sinjang











Senang Sinjang

Berawal dari masa kecil saya ketika saya suka  memperhatikan  ibu saya yang memiliki koleksi sinjang dan pada beberapa acara tertentu ibu saya suka mengenakan sinjang. Saya suka memperhatikan ibu saya mewiron sinjang atau melepe sinjang, lalu ibu saya melipatnya dengan rapi dan menaruhnya didalam lemari. Mungkin dari sana awal mulanya saya juga mulai menyukai  mengkoleksi sinjang. Motif-motif sinjang yang saya koleksi lebih cenderung pada motif-motif jaman dulu.  ibu saya dulu senang membeli dan mengkoleksi sinjang yang merupakan batik  tulis yang harganya pasti sekarang sangat mahal sekali. Ada beberapa batik tulis simpanan ibu saya yang kemudian  saya simpan, namun saya juga memiliki koleksi batik cap  dan saya simpan untuk senang-senang saja. Bila ditanya itu motif apa, saya kesulitan menjawab karena saat ini saya masih sebatas senang saja dengan menyimpan kain-kain dengan motif-motif  jaman dulu dan pastinya dibutuhkan banyak waktu buat saya untuk mempelajari beragam motif-motif kain yang saya miliki… 
































Add caption














































Senin, 22 September 2014

Asta dan Warung Nasi Bu Minah









Asta berjalan pelan melintasi warung nasi itu.Warung nasi yang selalu terlihat penuh dengan pengunjung hampir setiap harinya dari pagi hingga petang.Pemilik warung itu seorang wanita separuh baya yang selalu terlihat sibuk melayani pengunjung warung nasinya.Ada dua perempuan muda yang membantu bu Minah berjualan.Kedua gadis itu terlihat sangat cekatan bekerja dan selalu ramah menyapa setiap tamu yang datang berkunjung ke warung nasi itu.
Hari itu hujan turun dengan deras. Asta berjalan memasuki warung nasi. Perutnya terasa sangat lapar sekali. Sebetulnya dia tidak memiliki uang sepeserpun namun perutnya terasa sudah sangat perih sekali menahan lapar sepanjang hari yang belum diisi makanan sedikitpun.
“Silahkan duduk, nak.”Sambut bu Minah dengan ramah. “Mau makan apa?”
“Saya pesan nasi dan daging ayam saja.” Sahut Asta. Agak ragu dan malu.
Bu Minah menyuruh salah seorang pembantunya untuk menyediakan pesanan Asta. Tidak lama kemudian gadis itu datang membawa pesanan Asta. Tidak lupa pula menyediakan segelas air teh panas. Juga lalapan dan sambalnya.Asta makan dengan sangat lahap sekali.Dia lupa bahwa dia tidak memiliki uang sepeserpun untuk membayar makanan yang sedang dimakannya.Tidak lama kemudian makanan yang dipesannya telah habis. Oh, bukan main nikmatnya karena kini perutnya terasa nyaman setelah diisi.
Asta melihat bu Minah dan kedua pelayannya sedang sibuk melayani pembeli lainnya.Asta sejenak merasa ragu.Dia bisa saja segera pergi sebelum bu Minah dan kedua pelayannya memperhatikannya telah selesai makan.Namun niatnya diurungkan.Dia mendekati bu Minah.
“Bu….” Panggil Asta pelan.
“Sudah selesai?Tadi nasi dan ayam goreng. Ada tambahan lagi?” bu Minah sudah siap akan menghitung.
Asta menatap bu Minah malu.Dia sekilas memperhatikan orang-orang yang tengah makan.Tidak ada yang memperhatikannya.
“Bu, saya malu, saya sama sekali tidak punya uang untuk membayar makanan yang tadi saya makan….” Ucap Asta lirih.
Bu Minah menatap Asta sejenak.Lalu tersenyum.“Tidak apa-apa bila tidak punya uang.Kau tidak harus membayarnya.”Ucap bu Minah.
“Tapi bu, saya sungguh sangat malu sekali…..” ucap Asta.
“Tidak usah malu.Apa yang sudah kau makan tadi anggap saja pemberian dari saya.”Ucap bu Minah.
“Oh, terima kasih, bu.” Ucap Asta. Dia lalu pamit pergi.
Esok sorenya ketika Asta lewat didepan warung nasi itu, dia melihat warung nasi itu penuh seperti biasanya.Asta sejenak berhenti memperhatikan warung itu dari seberang jalan.Perutnya terasa lapar.Namun dia bergegas pergi.Namun baru saja dia melangkah, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak dari dalam warung.
“Nak, mari mampir dulu.”
Oh, ternyata bu Minah yang keluar dari dalam warungnya dan memanggil Asta. Asta berhenti.Bu Minah melambaikan tangan kearahnya.Dengan ragu Asta berjalan mendekati warung bu Minah.
“Mari mampir dulu.Perutmu pasti sangat lapar sekali.”Ucap bu Minah mengajak Asta masuk kedalam warungnya.
“Bu, saya sama sekali tidak punya uang.”Ucap Asta malu.
“Makanlah apa saja yang kau mau.Kau tidak usah membayarnya.”Kata bu Minah dengan ramah.
Bu Minah menyuruh salah seorang pelayannya untuk menyiapkan makanan buat Asta.Meskipun merasa malu namun Asta akhirnya menyantap makanan yang disediakan untuknya.Demikianlah hampir setiap hari setiap kali Asta menewati warung nasi bu Minah, bu Minah selalu memanggilnya menyuruhnya masuk dan makan.Tidak terasa sudah tiga bulan lamanya hampir setiap hari Asta makan diwarung bu Minah tanpa membayar.
Suatu hari Asta pergi mencari ikan seperti biasanya.Tiba-tiba jaringnya terasa berat.Dia menarik jaringnya. Bukan main terkejutnya ketika dia melihat hasil tangkapannya adalah seekor ikan mas yang sangat besar sekali. Oh, aku sangat mujur hari ini, pikir Asta gembira. Dia akan memberikan ikan mas itu kepada bu Minah. Namun bukan main terkejutnya ketika tiba-tiba dia mendengar suara yang lembut.
“Tuan, saya jangan ditangkap.Lepaskan lagi saya kedalam sungai dan saya akan memberikan sesuatu yang sangat berharga untukmu.” Oh, ternyata ikan itu yang berbicara.
Asta mendadak menjadi ketakutan.
“Jangan takut.Aku adalah anak raja ikan penguasa sungai ini.Aku tersesat bermain terlalu jauh dari istanaku. Ayah dan ibuku serta semuanya pasti sekarang sedang mencari aku. Lepaskanlah aku.Nanti aku akan memberimu banyak hadiah.”
“Apakah kau bisa dipercaya?”Tanya Asta ragu. Dia sudah berniat akan memberikan ikan mas besar itu kepada bu Minah.
“Aku bisa dipercaya.Lepaskan aku dan tunggulah aku akan segera kembali menemuimu.” Kata ikan mas itu. “Oh ya, siapakah namamu?”
“Asta.” Sahut Asta.
“Asta, sekarang kau lepaskan aku dan aku akan segera kembali lagi kemari.” Kata ikan mas itu.
Akhirnya Asta melepaskan ikan mas itu. Ikan itu berenang dengan cepat dan tak lama sudah menghilang kedalam sungai.Asta  lalu duduk ditepi sungai menunggu kedatangan ikan mas itu kembali. Namun sekian lama dia menunggu, ikan mas itu tidak juga datang kembali. Asta menyesal mengapa dia melepaskan ikan satu-satunya hasil tangkapannya itu.Hari sudah semakin sore. Akhirnya Asta memutuskan akan pulang dengan perasaan kecewa.
Namun baru saja dia melangkah beberapa langkah akan meninggalkan sungai, mendadak terdengar suara memanggilnya.
“Asta!Asta!”
Asta menoleh. Bukan main terkejutnya ketika dia melihat ikan mas yang tadi ditangkapnya diiringi oleh beberapa ikan mas besar lainnya yang menyeret sesuatu.
“Asta, kemarilah.Aku membawakan sesuatu untukmu.” Kata ikan mas itu.
Asta turun ke sungai. Beberapa ekor ikan mas besar itu mendekati Asta. Diatas tubuh beberapa ekor ikan itu ada sebuah kotak kecil.
“Asta, ambilah kotak itu sebagai hadiah dari ayah dan ibu karena kau telah melepaskan aku, dan pergunakanlah apa yang ada dalam kotak itu dengan sebaik-baiknya untuk hidupmu.”
Asta mengambil kotak itu dia lalu membukanya. Oh, bukan main terkejutnya karena didalam kotak itu berisi beraneka macam perhiasan mas dan berlian dalam jumlah yang banyak.
“Apakah ini semua untukku?”Tanya Asta tak percaya.
“Ya, semuanya itu untukmu.Mulai saat ini kau jangan lagi mencari ikan dan menangkap ikan-ikan rakyat ayahku.Hiduplah dengan tenang dengan harta pemberian dari ayahku itu.” Kata ikan mas itu.
Asta lalu berjalan pulang.Ketika melewati warung bu Minah, dia melihat bu Minah sedang berada didepan warungnya dan kelihatannya sedang menunggu seseorang.Ketika melihat Asta, bu Minah terlihat gembira.
“Ah, akhirnya kau datang juga.Tidak biasanya kau pulang sesore ini.Mari masuk, makanan sudah menunggumu.”Kata bu Minah.
Seperti biasanya Asta pun makan diwarung bu Minah.Setelah selesai makan, dia menghampiri bu Minah.
“Bu, sudah tiga bulan lamanya saya makan diwarung ibu. Saya sangat malu sekali namun saya sangat berterima kasih sekali atas kebaikan  ibu.” Kata Asta.
“Ibu sangat senang bisa membantumu, nak.Kau kelihatannya jujur. Dan ibu percaya suatu saat nasibmu akan berubah. Jangan kau pikirkan apa yang sudah kau makan dari warung ibu ini. Ibu ikhlas memberikannya kepadamu.”Kata bu Minah.
Asta mengeluarkan kotak kecil pemberian ikan mas itu. Bu Minah terkejut ketika melihat isi kotak itu yang berisi perhiasan mas berlian yang mahal harganya.
“Ah, dari mana kau mendapatkan kotak berisi perhiasan berharga ini?”Tanya bu Minah sambil menatap Asta curiga.
Asta segera menceritakan kejadian hari itu kepada bu Minah.Lalu dia berkata.“Bu, hari ini saya mendapat rejeki yang tidak terduga. Saya akan membagi dua isi kotak ini dengan ibu. Saya sangat berhutang budi dan sangat berterima kasih sekali pada ibu yang telah memberi saya makan pada saat saya sedang kelaparan.”
“Ah, tidak.Itu adalah rejekimu.Ibu ikhlas memberikan apa yang sudah ibu berikan kepadamu.”Tolak bu Minah.
“Tidak bu, ini adalah rejeki kita berdua. Saya akan membagi dua isi kotak ini dengan Ibu.” Kata Asta.
Akhirnya Asta membagi dua isi kotak itu.Lalu dia menyerahkan kotak itu beserta isinya yang setengah kepada bu Minah.Bu Minah menangis terharu sambil memeluk Asta.
Asta pulang kerumahnya.Esok harinya dia menjual sebagian perhiasan itu.Dengan uang hasil penjualan perhiasan itu dia membeli sebidang tanah yang cukup luas, lalu membangun rumah dan hidup sebagai petani.Beberapa bulan kemudian sambil mengendarai kereta kuda miliknya, Asta melewati warung nasi bu Minah.Namun warung nasi itu kini sudah tidak ada lagi.Warung itu sudah berubah menjadi sebuah rumah yang sangat bagus.Asta segera turun dan masuk kedalam rumah itu.Bu Minah hampir tidak mengenali Asta bila Asta tidak memperkenalkan diri karena sekarang penampilan Asta sudah jauh berbeda dengan Asta yang dulu.Bu Minah bercerita, dengan hasil penjualan emas berlian itu dia bisa hidup layak.Dia menutup warungnya karena usianya sudah semakin tua dan dia ingin beristirahat menikmati masa tuanya.Sebagian uang hasil penjualan perhiasan itu dipakainya untuk merombak warungnya menjadi sebuah rumah yang bagus.Kini bu Minah hidup tenang dan ditemani oleh kedua pelayannya yang setia.

--- 0 ---